Chapter 25

2.9K 275 13
                                    

Ini sudah menjadi pemandangan yang biasa di kediaman Kazuomi kalau Toshiro dan Chiyo tidak makan bersama, entah untuk makan pagi ataupun makan malam.

Chiyo tidak tahu apakah Toshiro sudah sarapan atau justru suaminya itu sarapan di kantor. Apapun pilihan Toshiro, Chiyo sudah tidak peduli lagi, namun lucunya, ia tetap saja bertahan di keluarga ini. Padahal dia bisa saja keluar dari semua ini, tapi entah mengapa ia lebih memilih bertahan.

Bertahan dengan suami yang tidak mencintainya. Bertahan di pernikahan politik keluarganya. Bertahan di tengah sesaknya dada dan bertahan di kesendirian.

Bodoh memang, karena terus bertahan di semua penderitaan, tapi kalau seandainya Chiyo punya tempat untuk bersandar dan tempat yang ia sebut 'rumah', mungkin ia berani melangkah keluar, sayangnya Chiyo tidak ada pilihan itu. Tidak ada 'rumah' untuknya, entah di keluarganya yang lama ataupun yang sekarang.

Jika ia nekad melangkah sendirian, ia tidak tahu, apakah ia masih berpijak pada tanah atau justru ia bersatu dengan tanah? Membayangkannya saja, sudah membuat Chiyo kembali muram.

Chiyo mengambil napas dengan perlahan dan ia terus melakukannya sampai ia mendapatkan ketenangan.

Di tengah kesepiannya di pagi hari, paling tidak ada hangatnya matahari, serta suara air dari kolam ikan koi yang dulu ia buat untuk Toshiki yang selalu menemaninya dan untuknya itu semua sudah cukup.

Sekalipun terlihat menyedihkan karena sendirian, Chiyo tetap berusaha bersyukur atas segala kelimpahan materi yang semesta percayakan padanya dan sekalipun merasa sedikit sesak karena kesendirian itu, Chiyo tetap menerima itu semua, sebab mungkin saja itu karma untuknya yang memisahkan Toshiki dari Hye-Jin, jadi Chiyo tidak ada pilihan selain menerima dan menjalaninya.

Chiyo menyesap tehnya dan mengamati kolam yang sangat Toshiki sukai karena itu merupakan hadiahnya untuk Toshiki yang kala itu berulang tahun ke dua belas.

Masih tersimpan dengan baik di benak Chiyo betapa senangnya Toshiki saat tahu kalau ia menghadiahkan kolam ikan koi untuknya. Kala itu wajah Toshiki sangat berseri dan ia tidak akan lupa betapa eratnya Toshiki memeluknya karena impiannya memiliki kolam koi terwujud.

"Bisakah kita kembali ke masa itu?" Tanya Chiyo kepada dirinya sendiri sembari menatap penuh arti kolam itu. Sekalipun sudah 24 tahun berada di sana, kolam itu tetap cantik seperti pertama kali selesai dibuat karena Chiyo terus merawatnya.

Dia mau Toshiki tetap tersenyum dan senang setiap kali melihat kolam itu. Senyum yang selalu menyelamatkan Chiyo dari kesesakannya, meski sekarang dirinya sudah jarang melihat Toshiki tersenyum karena dirinya.

"Sepertinya tidak." Chiyo menghela napas lalu menaruh cangkir tehnya bersamaan dengan datangnya salah satu asisten rumah tangga mereka yang membawa sebuah paket.

"Ini paket untuk Nyonya dari Tuan Toshiki," katanya memberi tahu yang berhasil menarik perhatian Chiyo.

"Tolong letakan di meja dan terima kasih telah membawakannya," ucap Chiyo dan tak lupa ia menampilkan senyum ramahnya.

Sang asisten mematuhi permintaan Chiyo, setelah meletakkannya di meja yang Chiyo maksud, ia langsung berpamitan untuk melanjutkan pekerjaannya.

Chiyo menunggu pintunya kembali tertutup dan setelah tertutup, serta telinganya sudah tidak mendengar lagi derap langkah kaki sang asisten, barulah ia mendekati paket itu kemudian membukanya.

Not so RomanticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang