Chapter 01

9.1K 695 35
                                    

Gosip itu lebih menarik ketimbang cowok ganteng.
-Thor-

💌💌💌

Ini bukan kali pertama Ilsa menjadi instruktor bagi pilot junior yang harus sering dilatih, tapi ini adalah kali pertama bagi para pilot muda mendapatkan instruktor seorang pilot wanita terlebih orang luar.

Awalnya sempat diremehkan, tapi selama kelas berlangsung entah berapa kali Ilsa menegur para pilot junior yang sangat kelihatan kalau mereka meremehkan Ilsa.

Ilsa Atmadja, fotokopian ternyata Tarendra Wira Atmadja ini memutuskan untuk mengikuti jejak orang tuanya dan kakeknya dari pihak ibu.

Dari sisi keluarga Djohan, sudah tiga generasi memutuskan untuk menjadi pilot, sedangkan dari sisi Atmadja, Ilsa adalah generasi kedua yang menjadi pilot.

Bangga? Tentu saja bangga. Bukan hanya memutuskan untuk menjadi pilot, tapi Ilsa juga memutuskan untuk bekerja di maskapai luar negri terkhususnya Jepang. Entah kenapa, Ilsa begitu menyukai Jepang.

Mungkin ini efek sering diajak liburan ke Jepang kala dia masih kecil. Jadi Ilsa merasa Jepang adalah rumahnya selain Indonesia.

Kembali ke pekerjaannya sekarang sebagai instruktor. Ilsa kembali menjelaskan materi sebentar dengan gayanya sedangkan yang lain memperhatikan dengan serius.

Jadi pilot itu bukan cuman sekedar terbang sana-sini, tapi ada tanggung jawab membantu perkembangan rekan kerja terkhususnya yang baru.

"Sesi hari ini, cukup sampai di sini." Ilsa mengakhiri sesi latihannya begitu memang jamnya habis. Tidak kecepatan ataupun ngaret, benar-benar on time.

"Arigatōgozaimasu, Ilsa-san!" kata para pilot junior yang mengikuti sesi latihan dengan Ilsa secara bersamaan.

Seharusnya mereka memanggil Ilsa itu dengan nama keluarganya yaitu Atmadja sebagai sopan-santun mereka, mengingat orang Jepang baru mau memanggil nama depan apabila memang begitu akrab. Tapi untuk kasus Ilsa, ia sendiri meminta untuk dipanggil dengan nama depannya, karena sebagian besar orang kesulitan menyebutkan nama belakangnya.

Furusaki Kaoru, seorang co-pilot yang sering ditugaskan bersamanya saja akhirnya menyerah dan memanggil Ilsa dengan nama depannya ketimbang harus memanggilnya dengan 'Atmadja'. Begitu sulit dibaca dan diucapkan, bahkan pernah sekali Kaoru memanggilnya dengan 'Atoma-san'.

Ilsa yang kala itu mendengar hanya bisa tersenyum menahan tawa. Memang sih namanya sedikit ribet untuk mereka, tapi sebisa mungkin Ilsa tidak menertawakan mereka karena dia tahu mereka berupaya bersikap santun kepadanya.

"Otsukaresama, Ilsa-san."

"Otsukaresama." Ilsa membalas dengan ucapan serupa yang memiliki arti 'terima kasih atas kerja kerasnya hari ini'. Kurang lebih begitulah artinya.

"Hari ini makan apa ya?" tanya Ilsa kepada dirinya sendiri dengan menggunakan bahasa ibu sambil berjalan keluar dari tempat latihan.

"Males masak, tapi gak pengen makan di luar. Pengen makan Indomie jumbo, tapi Indomie sini beda sama yang di kampung..." keluhnya sambil berfikir keras untuk menentukan menu makan malamnya.

"Karage? Tapi nanti panas dalam lagi. Makan apa ya..."

Hal yang baru Ilsa pahami semenjak dirinya mandiri adalah hasrat ingin makan itu perlahan memudar apalagi kalau sendirian.

Ponsel Ilsa bergetar dengan teratur di dalam saku coat coklat miliknya yang membuat Ilsa dengan segera mengambilnya dan mengecek ponselnya karena siapa tahu itu hal penting.

Not so RomanticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang