Chapter 11

3.6K 426 25
                                    

Bagaimana bisa aku menegakkan kepalaku sebagai pasangannya kalau dia saja masih tunduk kepalanya?
-Ilsa-

💌💌💌

Sagara mengalihkan wajahnya dari Ilsa yang menatapnya dengan wajah jahil. Ia sama sekali tidak menyangka akan bertemu lagi dengan mantan Toshiki itu.

"Eh? Kau mengabaikanku?" tanya Ilsa pura-pura kecewa karena Sagara mengabaikannya.

Tak mendapat jawaban ataupun respon dari Sagara. "Ya sudah," kata Ilsa dan ia memutuskan untuk duduk manis sambil menunggu ramennya yang sesekali dilirik oleh Sagara secara diam-diam.

Ilsa tahu kalau Sagara itu tengah meliriknya. Wanita kelahiran Indonesia itu berusaha menahan tawanya saat menyadari pipi Sagara itu memerah.

Apa gue keleawat iseng kemarin? Ato gue kelewat cakep? Narsis Ilsa dalam hati.

Bibir Ilsa melengkung dengan indahnya lalu ia membalas lirikan Sagara yang tertangkap dari ekor matanya.

"Kenapa kau terus melirikku?" tanya Ilsa sengaja sambil menoleh ke arah Sagara.

Sagara yang tertangkap basah tengah melirik ke arah Ilsa itu menggelengkan kepalanya sebelum ia berdeham untuk menetralkan emosinya. "Maafkan ketidaksopanan'ku."

"Tidak mau," ujar Ilsa blak-blakan menolak permintaan maaf Sagara.

"Aku tidak mau menerima maafmu karena kau telah mengabaikan aku yang menyapamu tadi dan kau tidak menjawab pertanyaanku barusan. Laki-laki yang lari dari percakapan itu tidak pantas diterima maafnya," tambah Ilsa yang membuat Sagara tidak tahu harus memberi reaksi seperti apa lagi.

Mantan Toshiki ini terlalu di luar perkiraannya, tidak seperti wanita pada umumnya yang sering ia temui.

"Apa yang kau katakan ada benarnya," kata Sagara tiba-tiba lalu memutar kursinya agar ia bisa menatap Ilsa dengan lebih jelas.

"Laki-laki yang lari dari percakapan itu tidak pantas diterima maafnya." Sagara melanjutkan sambil tersenyum miring.

"Karena aku tidak mau punya hutang maaf apapun pada semua orang. Mulai dari sekarang, aku akan berterus terang padamu setiap kali aku bertemu denganmu. Itu yang kau mau, bukan?" Sagara menatap mata Ilsa dengan lurus dan dari sorot matanya Ilsa bisa melihat keseriusan dalamnya.

Ilsa tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Dia suka cara Sagara menatapnya.

"Perlu kukoreksi, itu tidak hanya berlaku untukku, tapi semua wanita." Ilsa membalas tatapan mata Sagara dengan tak kalah serius.

Ilsa sama sekali tidak pernah ragu untuk menatap mata lawan bicaranya karena setiap kali Taren ataupun Islean berbicara padanya, mata mereka selalu menatap mata Ilsa dan dari situ ia yakin itu adalah cara berkomunikasi yang benar sekalipun tidak semua orang melakukannya.

"Jadi, kenapa kau melirikku?" tanya Ilsa mengulang pertanyaan tadi.

"Karena aku tidak menyangka bertemu lagi dengan mantan Kazuomi," jawab Sagara langsung tanpa keraguan tanpa memutuskan kontak mata mereka.

Ilsa mendengus sinis kepada Sagara. "Namaku bukan 'mantan Toshiki'. Atmadja Ilsa." Ilsa mencondongkan tubuhnya sehingga jarak antara wajah Ilsa dan Sagara itu sedikit menipis.

"Ingat itu baik-baik dan panggil aku dengan namaku." Ilsa menjauhkan tubuhnya.

"Atmadja?" ulang Sagara pelan dengan pengucapan nama yang benar.

"Namamu sama dengan tetangga fuchō..." Sagara berhenti sejenak seperti tengah memikirkan sesuatu. "Kau penjual kue itu?"

Ilsa hanya menanggapi dengan senyuman tipis. Sagara ternyata baru sadar juga.

Not so RomanticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang