13|Bakso

331 18 1
                                    

Saat ini Upacara sedang dilaksanakan. Banyak yang mengeluh lelah berdiri karena pembina upacara berpidato sangat lama, termasuk Ocha.

"Aduh gak kuat Gue kalau gini mah. Pidato kok lama bet kek nunggu cintanya doi gak jadi jadi" keluh Ocha dengan suara kecil.

Tidak mungkin ia berkata keras seperti itu yang ada dihukum. Memang sekolahnya ini jika ada yang bercanda atau berbicara, maka akan mendapatkan hukuman. Ocha tidak mau terkena masalah.

Cukup kaki saja yang lelah, otak jangan.

"Oke sekian dari Saya yang bilang barusan, semoga bermanfaat bagi kita semua" kata pembina upacara mengakhiri pidatonya barusan.

"TEGAK GERAK" tegas pemimpin upacara, diikuti oleh semua murid.

Tak sengaja Ocha melihat laki-laki ber-hoodie hitam dengan menutup kepalanya. Ocha bisa melihat sedikit bahwa laki-laki itu tersenyum smirk lalu meninggalkan tempat tersebut.

'Apa orang itu termasuk?" tanya Ocha dalam hati. Memang sudah tiga hari, tidak ada percakapan orang asing itu di WhatsApp. Jadi Ocha berpikir mungkin orang itu sudah lelah atau memang karena Ocha tidak mendekati siapapun kecuali Bella.

Tapi, anehnya Bella tidak dibunuh. Bahkan Ocha harus berpikir keras apa yang merasuki orang itu? Bukankah dirinya dekat dengan Bella maka Bella akan meninggal, tapi ini tidak?

Atau memang orang itu ada sangkut pautnya dengan Bella? Tapi Bella saja tidak tau terror tersebut. Sudah dipastikan bahwa orang itu juga bersekolah disini. Buktinya ia tidak membunuh Bella. Apa jangan-jangan teman terdekat Bella ialah orangnya?

Pernah ia bilang seperti ini pada Bella, tapi jawabannya sangat meyakinkan.

"Lo bahkan tahu, Gue gak punya temen bahkan sahabat pun enggak ada. Jadi, jangan pernah bilang hal aneh kaya gitu"

__________

"Buru bego"

"Sabar babu" balas Ocha tenang. Bella hanya mendelik mendengar kata-kata babu tersebut.

Mereka berjalan beriringan, membuat orang-orang memandang mereka aneh. Lebih tepatnya ke Bella. Tapi, Bella masa bodo. Image nya saja sudah jelek buat apa diperbaiki bukan?

Sesampainya di kantin, Bella langsung menuju ke stan penjual. Sedangkan Ocha mencari tempat duduk. Ocha melihat hanya tersisa meja satu dipojokkan. Lalu melangkahkan kaki dengan riang menuju ke sana.

Murid-murid melihatnya bergidik ngeri, ingin menggosip tapi takut terkena imbasnya. Ya mereka hanya melihat dari jauh Vianus yang biasa saja. Padahal jiwanya bukan Vianus.

Setelah sampai, Ocha duduk sambil menopang dagu melihat sekelilingnya. Ocha memang sangat suka melihat orang-orang bercengkrama atau lebih tepatnya menggosip.

Tetapi disayangkan, di raganya Vianus tidak ada gosip tentangnya. Yang hanya perlu tahu adalah, harus menjauhi Vianus jika ingin hidupnya aman.

Ocha menghela napas pelan.

Bella yang baru sampai hanya bodo amat dan menaruh nampan di meja, mengambil makanannya lalu mengambil makanan Ocha ke hadapannya.

Ocha tersadar saat mencium bau aroma bakso. Ya di raganya dulu, Ocha sangat menyukai bakso bahkan selalu ingin makan bakso setiap hari. Sampai-sampai Mamanya itu sudah hafal cara bikin bakso sendiri.

Sedangkan Bella, hanya spaghetti dengan dilumpuri saus sambal dengan diatasnya daun semacam sayuran. Ia tidak suka makan-makanan yang berat seperti nasi. Maka dari itu ia memilih makanan spaghetti.

"Enak banget rasanya. Jadi kangen sama dunia dulu" senangnya Ocha dengan suara kecil agar tidak teedengar oleh siapapun. Tapi ingatlah bahwa didepannya, Bella mengerut dahinya. 'Dunia dulu? Maksudnya apaan?' katanya dalam hati.

"Ekhem" deheman seseorang membuat kedua perempuan tersebut menghentikan acara makannya. Bahkan penjuru kantin pun ikutan diam. Seolah tertarik apa yang akan diomongin oleh orang tersebut.

"Kenapa Lo ada di tempat biasa Gue?" tanya laki-laki itu.

"Emang kenapa? Masalah buat Lo?" ketus Ocha. Lagi asik-asik motongin bakso eh malah diganggu acaranya.

"Tinggal duduk apa masalahnya sih?" balas Bella membela Ocha.

Laki-laki itu mendengus geli dan terkekeh kecil. Menatap dua perempuan yang sudah kembali ke aktivitas sebelumnya, "Gue gak mau hidup Gue habis ditangan dia Bel"

Seketika Ocha langsung terdiam. Benar, pasti nanti laki-laki itu akan terkena imbasnya. Ocha menatap laki-laki itu dengan tatapan memohon.

"Gue mau makan bentar ajach, abis itu terserah Lo mau ngapain ya" ujarnya dengan sedikit memohon. Memohon karena ia pengen makan sekarang artiannya.

Karena tak tega, laki-laki itu mengiyakan membuat Ocha kesenangan langsung melahap abis bakso di mangkuknya.

"Gue Valdero"

"Lo sendiri tahu kan nama Gue?"

"Iya", Bella yang hanya melihat perbincangan keduanya hanya diam. Ia menatap Valdero dengan tatapan sulitnya.

__________

Suka gak sih sama cerita kedua kei ini? Semoga suka ya. Kei harap semoga yang baca cerita ini artinya ceritanya bagus xixixi.

Jangan lupa vote, coment, dan sharenya ya. Semoga suka, see you.

Octavianus [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang