38|"Bukan Gue!"

158 7 0
                                    

Semuanya telah kembali seperti semula. Seolah Adji yang meninggal adalah hal biasa.

Bella pun juga sudah terlihat baik-baik saja. Bahkan semuanya sudah terkendali.

Hanya saja Bella masih sama seperti saat itu. Menjauh darinya.

Ocha menepuk-nepuk rok abu-abu miliknya yang terkena debu.

Ocha menghela napas pelan dan berjalan sendirian menuju rooftoop.

Memang jika membutuhkan ketenangan maka sendirian lebih bagus. Siswa dan siswi pun langsung menjauhkan diri dari sisi Ocha.

Bicara sedikit saja sudah kena getahnya.

Saat sudah sampai di rooftoop, dirinya dikejutkan pemandangan yang tak biasa.

Bella sedang berbicara dengan Nelson. Itu sangat mustahil. Mereka itu seperti batu dengan kerikil, sama-sama bikin kesel.

Sepertinya Bella sedang mode serius.

"Apa lo yang ngelakuin ini Nel?" tanya Bella serius.

Nelson membuang wajahnya kearah lain tentu bukan kearah Ocha yang sedang mengumpat.

"Udah gue bilang, bukan gue pelakunya. Lo gak paham bahasa gue," jawab Nelson.

Bella mengepalkan tangannya erat. Emosinya tidak terkendali jika mengingat mantan kekasihnya itu.

"Gak usah bohong. Pasti lo kan?"

Nelson menghela napas dan meraup wajahnya kasar dengan sebelah tangannya.

"Gue udah jujur. Bukan gue orangnya, kalaupun iya pasti gue langsung bunuh Via Bel," jelas Nelson.

"Buktinya gue gak percaya sama omongan lo, jelas orang yang lo suka itu mati gegara deket sama Via. Iya kan?" selidik Bella.

Bella memang marah tapi masih dia tahan.

"Gue tekanin sekali lagi kalau bukan gue pelakunya. Paham lo?" tekan Nelson di bagian itu.

"Kalau lo mau nuduh orang, sertai bukti. Kalau gini, lo sendiri yang kena malu," lanjutnya lalu meninggalkan Bella sendirian.

Ocha buru-buru mengumpat di balik pintu terbuka. Nelson keluar dengan santai tanpa amarah.

Itu sudah membuktikan bahwa Nelson tak bersalah, tapi tetap saja harus dicurigai.

Ocha mengintip kembali ke pintu yang belum ditutup oleh Nelson.

Bella berdiam diri dengan pandangan mengarah ke bawah sekolah.

Bisa dilihat Bella menghela napas kasar.

Ocha jadi merasa tidak enak dengan Bella. Karena dia, Adji meninggal.

Ocha yang tak tahan melihat Bella murung pun berjalan kearah Bella dan menepuk bahu Bella pelan.

Awalnya Bella terkejut tapi saat menoleh dia tak kaget melainkan mendatarkan wajahnya kembali.

"Ngapain lo kesini?" ketus Bella.

Ocha cengengesan.

Bella menyentil dahi Ocha kasar dan menoleh kembali ke bawah.

Ocha meringis. Sentilan Bella tidak main-main kawan.

"Apa yang lo lakuin disini?" tanya Ocha pura-pura tak tahu.

"Ngadem," singkat Bella.

Ocha mengangguk paham. 'Mungkin Bella tidak ingin membicarakannya, gak usah khawatir. Dia punya privasy' batin Ocha.

"Emang enak sih ngadem disini. Pantesan aja lo demen banget dateng kesini," kata Ocha sambil terkekeh.

Bella mendengus.

"Tumben lo pengennya sendiri, gak ngajak-ngajak lagi."

"Namanya juga ngadem ya pengen sendiri lah geblek," jawab Bella tentu dengan jitakan mautnya.

Ocha meringis kembali.

"Lo mah kaga ada kasian-kasiannya sama sekali. Sohib sendiri kena gebok mulu," keluh Ocha.

"Ya lo pikir ini lapangan bebas gebok? Ya kagaklah," sinis Bella.

"Iya dah ngalah gue mah." Bella tersenyum tipis melirik Ocha yang masih gerutu.

Setidaknya dia punya Vianus untuk dijadikan sandaran.

__________

Flashback On

Waktu dimana saat dia bertengkar dengan Deric, abangnya. Deric memilih pergi dari rumah.

Ocha yang hidupnya selalu bosan memilih untuk jalan-jalan dekat rumah Bella.

Mungkin ingin bertanya kenapa Bella susah diajak main.

Tapi sesampainya disana, Ocha disuguhkan pandangan Adji yang memandang rumah Bella dengan tatapan rumit.

"Eh lo bukannya yang pernah ketemu sama Bella?" tanya Ocha kepo. Adji menoleh kearah Ocha dan mengangguk.

"Lo siapanya Bella?" Ocha mendesis sambil berjalan kearah Adji yang sepenuhnya memandang Ocha penasaran.

"Ya sahabatlah bego, ngapa lo nanya gitu." Adji terkekeh kecil.

"Ya bukan gitu. Masalahnya Bella itu susah punya temen, dia gak suka gaul," jelas Adji.

"Oh, emang lo siapanya Bella sih?"

"Ya seperti pacaran yang bisa putus kapan aja. Itulah gue." Rumit memang yang dijawab Adji.

Ocha menepuk bahu Adji menenangkan.

"Gamon kan lo?" tebak Ocha dan diangguki Adji. Ocha tergelak dengan kejujuran Adji.

"Gue putus sama Bella karena..."

Ocha menatap tajam Adji dan berucap, "Lo kalau ngomong jangan setengah-setengah anjir," sinis Ocha.

Adji menghela napas dan tersenyum tipis kearah Bella.

"Gue cuman minta lo jangan pernah salah tanggap tentang Bella ya. Dia baik kok."

"Dan untuk gue sama Bella putus, gak ada hubungannya sama pelakor intinya," lanjut Adji.

Flashback Off

__________

Ocha tersenyum miris. Adji sangat tulus dengan Bella.

Ocha menghadap keatas melihat langit yang cerah. Memang Ocha sudah pulang dari awal. Ocha tidak kuat jika melihat Bella menjadi pemurung.

__________

Akei update lagi nih. Ayoo tebak tebakan lagi siapa dalangnya xixi.

Jangan lupa vomet-nya okeee. See you next Chapter-!

Octavianus [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang