[20] A Proposal Acceptance (5)

1.1K 79 37
                                    

Halo, baca notes di bawah ya!💚

.
.

Tim baca jam brp nieeech?

.
.

𓃬 A R B I T E R 𓃬


Gue mengendarai motor kencang agar cepat sampai di lokasi. Beruntung gue memilih jalan-jalan tikus agar cepat sampai, karena pasalnya ini adalah jam-jam siang menjelang sore dimana kebanyakan para kerja sebagian berbondong-bondong untuk pulang. Kasarnya macet.

Gue menambahkan kecepatan motor gue ketika jalanan mulai lenggang. Tak sampai 10 menit, gue beneran sampai di lokasi yang letaknya sebenarnya jauh dari apartemen gue. Segera gue mengambil tempat parkir khusus motor yang terletak di sudut dan melepas helm dengan terburu. Selanjutnya gue beralih buat masuk ke dalam seraya memeriksa ponsel gue, lebih tepatnya lihat jam.

"Athena! Baru sampai?" Itu adalah sapaan dari Kak Dara selaku orang yang menghubungi gue buat pertemuan hari ini.

Gue menghela napas lega, "iya kak, baru sampai. Nggak telat kan?"

Kak Dara tersenyum lembut, "halah santai wae atuh. Yuk aku anter ke ruangan meetingnya. Btw, lo ke sini naik apa? Kok kek ngos-ngosan gitu..."

Gue terkekeh seraya mengikuti Kak Dara dari belakang, "motoran, Kak. Nggak ada waktu make mobil, macet parah."

Kak Dara mendelik kaget, ia menatap gue tak percaya sembari mempersilahkan gue masuk ke ruangan meeting. Di sana sudah ada beberapa orang dan sepertinya cuma gue doang yang telat masuk ruangan.

"Oh my god, Athena. Kamu serius?" Gue mengangguk seraya duduk di kursi yang telah disiapkan.

"Kenapa, Dar?"

"Itu, Pak. Athena ke sini motoran. Kaget saya." Kak Dara membalas seraya menyerahkan berkas yang sedari ia pegang. Yeah benar, Itu Pak Leo, selaku manajer di bidang marketing. 

"Kenapa kaget? Orang Athena kalau naik motor nggak bakal malu juga ya, Then? Rumah gue dibandingkan motornya kayaknya tersentil." Gurau Pak Leo tatkala tangannya membuka lembaran berkas yang ia terima dari Kak Dara.

"HAH ANJIR KAGET!" Umpat salah satu cewek yang duduk agak nggak jauh dari gue. Ia menoleh ke arah gue sebelum menoleh ke Pak Leo seraya tangannya menyodorkan ponselnya.

"ATHENA ASTAGA ATHENA, ini yang seratus enam puluh miliar itu kan?" Sontak seluruh orang yang ada di dalam ruangan menatap gue takjub dan tak percaya.

"Ya kalo gue jadi Athena mah gapapa naik motor, orang yang dinaikin seharga mansion anjir. Kayaknya gue bakal barter tuh motor sama puluhan penthouse Di Jakarta deh." 

"Kalau punya ye, Sa." Sahut seorang pria yang gue rasa seumuran dengan orang yang barusan bilang penthouse.

"Dah yuk guys, mulai kerja. Boleh deh perkenalan dulu. Biar nanti akrab sama Athena."

Gue tersenyum singkat dan mulai memperkenalkan diri terlebih dahulu. Selanjutnya Pria Penthouse berdiri, "Gue Mahesa Aditama, copywriter. Btw Athena, Ini fix pakai informal aja kan biar cepet akrab?"

Gue mengangguk singkat karena gue tadi perkenalan pakai informal. Ya biar cepat akrab aja.

Sesi perkenalan terus berlanjut hingga tiba dalam sesi percakapan yang serius. Pak Leo beserta anggota marketingnya mulai menjelaskan produk-produknya ke gue. Fyi, gue ditawari jadi brand ambassador produk skincare. Memang saat ini gencar-gencarnya masyarakat mulai paham apa pentingnya merawat kulit. Dan sebenarnya nggak sedikit juga yang sempat menawari gue sebagai Brand Ambassador skincarenya. Namun entah mengapa, gue lebih memilih untuk menerima tawaran dari Kak Dara. Yap, skincare IRo, deluxe skincare.

ARBITERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang