Jalan jalan

400 71 41
                                    

Aydin sedang mengerjakan tugas sekolah nya, akhir akhir ini banyak sekali tugas sekolah nya dan membuat nya sangat kesal dan pusing. Hari ini dia akan menyusun makalah yang materinya sudah dikirimkan oleh teman sekelompok nya.

Dia fokus menatap laptop nya dengan tangannya sesekali mengelus kepala fahin yang ada di pahanya. Iya, seorang Fahin Gariyan yang sedang tertidur pulas dengan berbantalkan paha Aydin.

Aydin sudah tidak kaget lagi, semenjak pulang dari pasar rakyat beberapa minggu yang lalu dia merasa kedekatan dia dan Fahin makin intens. Fahin sering berkunjung ke rumah nya walaupun hanya untuk menumpang merokok dan meminta minum.

Fahin juga suka meminjam pahanya untuk di jadikan bantal tidur padahal sudah dia tawari bantal nya. awalnya dia menolak tapi namanya juga Fahin ya, orangnya keras kepala dan tidak mau mengalah jadinya dia yang mengalah membiarkan Fahin sesuka hatinya. Tapi memang di dalam lubuk hati nya entah kenapa dia tidak bisa tidak menolak permintaan Fahin.

Satu jam kemudian dia menyelesaikan tugasnya, kemudian dia menyandarkan punggungnya ke sofa sambil meregangkan otot-otot nya. Kemudian dia menatap Fahin yang sedang tertidur itu, tangannya perlahan terangkat untuk mengelus pelan wajah Fahin.

Fahin itu gak kalah ganteng dengan mantan pacarnya dan dia merasa kalau anak-anak nya bunda itu ganteng ganteng semua nya gak ada yang jelek, Apalagi dia pernah melihat kalau almarhum ayah Fahin itu ganteng banget walaupun itu di foto jadinya gak heran kalau ketiga saudara itu ganteng ganteng semua kan induk nya ganteng sama cantik.

"Natap nya biasa aja, Gue tau kalau gue itu ganteng Ndut."

Aydin yang lagi memandangi Fahin tertidur itu langsung terkejut mendengar suara fahin.

"Loh kamu gak tidur?." Tanyanya.

Fahin membuka matanya dan langsung menatap sosok Aydin.

"Gue tidur tapi tangan Lo nyemek nyemek muka gue, gimana gue gak kebangun." Ucap Fahin malas.

"Ih maaf, yaudah tidur lagi." Ucapnya sambil nepuk nepuk pipi nya Fahin.

"Hmm." Ucap Fahin sambil mengangguk kemudian membalikkan badannya, dia memeluk pinggang Aydin dan menenggelamkan wajahnya di perut Aydin.

Aydin membeku sejenak, kemudian dia menenangkan jantung nya yang tiba-tiba berdegup kencang itu. Fahin memang selalu membuat jantung nya berdegup kencang seperti dia sedang berlari maraton.

Beberapa saat Aydin terdiam tidak melakukan apa-apa karena Fahin kembali tertidur dan masih memeluk nya. Tak lama tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah nya, dia bangkit lalu perlahan-lahan memindahkan fahin dan mengantikan paha nya dengan bantal sofa lalu dia kemudian dia berjalan menuju pintu rumahnya.

Fahin kembali terbangun kemudian dia mendengus kesal karena bantal sofa nya tidak empuk seperti paha si Endut, kemudian dia terduduk sambil menunggu Aydin.

Aydin membuka pintu rumahnya da langsung terkejut karena orangtuanya tiba-tiba mengunjungi nya.

"Hai sayang!." Ucap mamanya.

"Mama kok ada disini? Kok gak ngabarin aku dulu?." Ucapnya.

"Kejutan sayang! Ya kan pa." Ucap mamanya sambil tersenyum kemudian menyenggol lengan papanya.

"Iya. Habis nya kamu jarang banget nelpon kita palingan kalau minta uang doang baru nelpon." Ucap papa nya.

Aydin menggaruk kepalanya yang tidak gatal kemudian dia tersenyum gemas supaya orangtuanya tidak marah. Dan benar saja orangtuanya langsung memeluknya sambil mencubiti pipinya.

" yaudah ayok masuk, kamu gak sopan banget orangtuanya gak diajak masuk." Ucap mamanya sambil tertawa.

Aydin ikut tertawa kemudian mengajak orangtua nya masuk kedalam rumah.

GARIYAN [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang