29 - Sedikit Banyak

269 44 2
                                    

29 - Sedikit Banyak

Dalam sunyi yang janggal, menyiratkan keaslian dari hangatnya hati yang menjurus pada penerangan rimbun. Membangkitkan efek tersendiri untuk terus menerobos pada pintu besi yang memiliki ketebalan di bawah tanah.

Menemukan jati diri dari seorang pengendali yang biasanya menunjukkan kekejaman hanya lewat dari mata, namun saat dia sendiri dengan kawanan yang setia. Tak ada yang patut untuk dilewati selain batangan kayu yang rapuh, Atau selembar kertas yang kuat, dan manusia yang dipercaya.

Sebuah pintu gerbang besar telah tampak bahkan dari jarak 40 meter kejauhan.

Jungkook dan Yoongi, berdiri dengan mata yang tak lepas fokuskan dari pada sesuatu sebagai akhir sinar merah terang sang penuntun jalan.

Asap tebal mengarungi luasnya penglihatan, keanehan mulai terjadi semenjak hanya pintu gerbang itu yang terlihat. Seolah disantuni untuk diberitakan bahwa mereka benar benar telah sampai.

"Selesai." Yoongi bersuara. Dan cahaya merah dipermukaan tanah menyusup hilang, lenyap tidak berbekas.

Sedangkan di sampingnya, Jungkook yang telah dalam keadaan pulih seratus persen. Menatap lekat pada apapun yang sekiranya dapat ia capai, namun hingga dia putar tubuhnya untuk memperhatikan sekitar. Tak ada apapun yang bisa menyimpulkan apa yang harus dilakukan selain terus maju dan dapatkan jawaban sendiri.

Pemuda bermarga Jeon lebih dulu langkahkan kaki, akan tetapi, belum sampai kaki kanan ikut terangkat, dia berteriak senyaring buruk gagak yang memerdekakan kematian.

Tergelincir lah Jungkook untuk mengetahui bahwa kakinya masuk ke lava yang memiliki kedalaman ringan.

Nafas pemuda itu teresengal, ia tolehkan kepala untuk dapati wajah datar Yoongi yang menatap ke arahnya. Sebelum mengalihkan wajah memperhatikan sekali lagi dimana mereka.

Asap tebal yang menutupi keseluruhan tempat mulai memudar, berganti dengan gundukan gerumbul sesuatu yang basah namun sangat panas.

Bunyi gelembung lava yang pecah dengan ukuran yang berbeda itu benar-benar akan membuat pengendali elemen lain berlari terbirit-birit. Namun tentu hanya hal yang sedikit mencengangkan untuk kedua elemen api yang bisa menenggelamkan diri di bawah sana.

"Sangat boros." celetuk Yoongi.

Jungkook bangkit dengan susah payah sendiri, uluran tangan ataupun sesuatu yang layak untuk membantu dari Yoongi tidak dia dapatkan.

Yoongi bahkan tak bergrak. Hanya asik bergumam dan mengatai siapapun yang membuat kolam lava ini dengan cacian yang buruk.

Wajar saja, satu ember lava memiliki harga selangit di toko persediaan elemen api terkenal pusat kota. Sulit untuk mendapatkannya karena memiliki harga yang mahal, namun sangat jarang yang membelinya karena tak mau membahayakan sekitar.

Lava adalah musuh terbesar elemen air dan tanah.

Dan lava adalah bantuan terbesar untuk meningkatkan ketahanan tubuh bagi elemen api.

Tak menggubris Yoongi, Jungkook mulai lajukan kembali langkahnya.

Memasukkan secara perlahan satu kaki untuk merasakan relaksasi tersembunyi yang hanya dirasakan pemilik elemen api saat tergabung bersama lava.

"Kau yakin?"

Saat kaki satunya ingin dia sama ratakan dengan letak kaki lainnya. Jungkook hentikan pergerakan itu bersamaan Yoongi bersuara. Mempertanyakan keyakinannya dengan dua kata.

Tanpa menoleh, Jungkook berujar, "Kau takut?"

Yoongi terkekeh sinis, "Sehebat apa ketahanan tubuhmu? Kau bukan seorang raja atau ahli gunung merapi yang bisa mandi dengan lava. Kulitmu akan melepuh dan membiarkan tulang putihmu terlihat. Atau lebih tepatnya, kau bunuh diri."

The User Element (About judgment) Discontinued Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang