37 - Alur

226 31 3
                                    

37 - Alur

Tatapan mata tertuju pada air terjun kecil, duduk termangu dengan pikiran melayang dan memikirkan apa saja yang menjadi alasan hilangnya jejak si gila.

"Mungkin aku bukan wadahnya."

Ke lima puluh enam kali Taehyung bersuara lebih dulu, membuka obrolan yang Jimin sendiri pun ragu apakah dia harus ikut serta atau tidak. Setelah mereka keluar dari kediaman Witr dan menerima fakta lain bahwa si gila tak ada sedikit pun meninggalkan jejaknya pada Taehyung.

Memilih untuk bersama Taehyung dalam rasa bosan dan termenungnya, Jimin juga ikut duduk memandang air terjun dengan pikiran serupa, mencari-cari alasan dan kalimat yang tepat sebagai jawabannya.

"Tidak mungkin. Kau jelas sekali tampak seperti dia." katanya tanpa menoleh.

Alis Taehyung mengerut, "Tampak seperti dia maksudmu?"

Jimin menghela nafas, "Aku sudah ceritakan tentang waktu itu. Saat kau menggabungkan elemen air dan api untuk mengusir badai es."

Menimang dengan mata menatap ke atas, Taehyung mengingat waktu itu, "Ya. Kau benar. Tapi-"

"Tidak ada tapi. Hanya 'iya' dan terima saja. Si gila melepaskanmu, entah akan bertahan sampai berapa lama." suara yang tidak asing datang.

Witr tiba-tiba muncul, dan duduk menengahi keduanya, membuat Taehyung dan Jimin bergeser ke kanan dan kiri.

Wajah rupawan dengan kerutan itu membuat Witr layak dipanggil dengan 'ayah' karena diapit oleh kedua orang termuda.

"Dan kau harus membuat keputusan." ia menoleh pada Taehyung, menatapnya dengan garis rahang lurus dan mata serius.

"Keputusan apa?" bingung jelas tertulis di wajah tampan milik pemuda Kim itu. Di satu sisi dia kebingungan, tentu saja akan selalu mempertanyakan.

"Keputusan, kau berada di pihak mana, pihak kita atau si gila."

Mata Taehyung melebar, dan Jimin harus memundurkan diri untuk menyelamatkan rungunya karena suara temannya ini melengking besar.

"TENTU SAJA PIHAK KALIAN. KENAPA AKU HARUS KE SANA!"

Witr menghendikkan kedua bahunya, "Orang bisa berubah dalam hitungan detik."

Mendengar itu, membuat Taehyung cemberut. Tak pernah satu detik pun dia berpikir bahwa tindakan si gila adalah kebenaran, sekalipun Taehyung tidak pernah merasakan langsung efek serangannya.

Si gila tak pernah melakukan serangan lebih besar dari badai es, namun keberadaannya di luar sana benar-benar menjadi kekhawatiran bagi setiap nyawa.

Dan interaksi Taehyung dan Witr tak luput dari bagaimana Jimin merasa terharu, sinar wajah meredup Taehyung telah kembali bersinar. Wajahnya tak sepucat dua bulan terakhir. Justrujauh lebih baik.

Taehyung murah senyum dan ramah sudah kembali ke sisinya. Jimin merasa tak perlu menjaga temannya ini lagi untuk waktu yang akan datang.

"Kau harus memastikan dia berada di pihak kita ya, Jimin." mendadak Witr perintahkan sesuatu padanya. Membuat Jimin mengangguk cepat, walaupun menerima dengusan jengkel dari pemuda yang disebut.

Surat-surat yang seharusnya sampai pada tangan Jimin tak pernah datang.

Di perjalanan yang seharusnya memakan waktu 2 hari, tak pernah berakhir dengan baik.

Pengirim itu menghilang dan harus diganti dengan pengirim lainnya.

Raja Choi II tak pernah memikirkan hal itu karena dia tidak terlalu peduli proses pengantaran surat. Namun di surat ke 12 ini, tanpa jawaban sama sekali dari Jimin memberikan dirinya sebuah kesadaran adanya kejanggalan.

The User Element (About judgment) Discontinued Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang