💧1

607 59 5
                                    

Green street building, 5708.

"Ahh ... Feels good" erang si pria, tubuhnya yang menjulang mengejang begitu ia mencapai titik orgasme, untuk yang kesekian kalinya.  Keringat perlahan mencuat melalui sulur kulit nya yang kecokelatan.  Rambutnya bahkan mulai terasa basah saat ini.

Dada nya naik turun, seolah memberikan udara sebanyak yang ia bisa pada paru-paru nya yang mulai kosong.  Punggungnya melengkung, lalu melemas sebelum akhirnya terjatuh tepat disamping sang perempuan yang juga tengah mengatur nafas nya yang tidak beraturan.

Helaian rambut yang menutupi sebagian wajah perlahan ia sibak.  Nafasnya semakin teratur seiring dengan gerakan tubuhnya yang kemudian beranjak bangun, duduk di bibir tempat tidur.  Meraih nakas yang berada tepat disampingnya dan mengambil sesuatu dari sana.

"Padahal ga diminum juga ga apa-apa" bisik si pria yang sudah menumpukan kedua tangan sebagai alas bantal kepalanya.  Satu lirikan ia berikan pada punggung polos milik si perempuan yang kini sudah menelan pil KB nya.

"Talk to my ass" decih si perempuan dengan lirikan tajam dari ujung netranya.  Perempuan itu lalu beranjak, menuju kamar mandi dengan tubuh polos tanpa busana. Membiarkan kedua netra yang kini sibuk menatap langit-langit apartemen menyeringai.

"I love youre ass baby" goda si pria yang langsung menarik selimut tebal untuk menutupi seluruh tubuhnya.

"Owh shit! Kamu buat sign lagi?? I've told you Rein, jangan sampai berbekas! Ugh ...."

Suara teriakan dan gerutuan bersahutan dengan suara kucuran air yang berasal dari satu tempat.  Reiner membuka kedua matanya dan mengerjap.

"That old man ga akan perduli mau badan kamu penuh sign ato enggak. Bilang aja digigit nyamuk" celotehnya tidak perduli.  Sejenak ia mengunci bibirnya menunggu gerutuan kembali terdengar tapi rupanya gadisnya terlalu sibuk membersihkan diri hingga malas kembali berdebat dengannya.

"Dia ganteng, dan ga tua-tua amat"

Reiner membuka kembali selimutnya, dengan kerjapan mata yang berubah gusar.  Hey bagaimanapun ia masih ada disini, dan Vanya masih miliknya.  Bisa-bisa nya dia memuji pria lain didepannya, selepas mereka bercinta malahan.

"Gantengan mana sama aku?"

Vanya menaikkan kedua tangannya keatas pinggang kemudian menyeringai berusaha meledek kekasihnya yang kini tengah fokus menatap kearahnya.  Vanya tahu Reiner tidak suka dibandingkan, oh memang semua pria tidak suka saat dibanding-bandingkan dengan pria lain.

"Kamu keren ..." Vanya menggantung kalimatnya sampai kemudian menarik pintu walk in closet apartement mereka dan mulai sibuk memilah dress yang akan ia kenakan malam ini.

"Tapi dia hot .... And rich"

"Sialan" decak Reiner.

"I hear you" pekik Vanya dari dalam ruang kamar ganti.  Reiner mendengus dan meraih gawainya, berkutat dengan layar sentuh miliknya untuk beberapa saat lamanya sampai kekasihnya bahkan selesai berpakaian.

TING

Bunyi dentingan gawai yang kemudian mengusik atensi perempuan itu membuat Reiner menaikkan satu alisnya.  Ia kembali merebahkan tubuhnya diatas bantal empuk yang menjadi sandaran kepala, membiarkan gadisnya menatap layar ponselnya dan mendengus.

"Uang belanjaku masih banyak, but ... Thank you sayang" ucapnya dengan manis, ia mendekatkan dirinya mengejar sebuah kecupan mesra yang malah membuat tubuhnya terjerembab jatuh kepelukan Reiner.

SEREIN  [ Mino and Irene story ] FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang