"Ada yang marah memangnya kalau kamu dianterin saya pulang Joana??"
Pertanyaan menohok barusan seolah menjadi pemecah keheningan diantara Joana dan Erik yang saling membisu didalam mobil mewah milik Pak Manager. Joana yang terlalu sibuk dengan ponsel dan lamunannya hanya membuka bibirnya perlahan dan buru-buru mengatupkannya secepat mungkin.
"Ah ... Itu, enggak"
Erik menyeringai, tidak percaya dengan jawaban barusan. Pria tampan itu kemudian menaikkan ujung kaca mata nya dengan gaya yang elegan dan kemudian menoleh kearah Joana begitu mobil berhenti tepat didepan lampu merah yang menyala.
"Jadi ga enak bawa pacar orang" gumam Erik dengan senyuman yang ditahan. Joana yang mendengarnya buru-buru menoleh dan mendengus yang membuat Erik hampir saja meledakkan tawanya.
"Bercanda Joana ... Tapi jujur saya punya perasaan lebih sama kamu"
Joana yang mendengarkan pengakuan cinta sepihak itu kemudian mengerjapkan kedua matanya, melongo dengan wajah yang tidak santai. Sungguh ini sesuatu yang sebetulnya sangat tidak terduga dan seharusnya ia bahagia mendengarnya.
Tapi saat ini malah terasa hambar.
"Saya fikir kamu ga suka diajak pacaran, dan yeah agak terkejut waktu kamu bisa deket sama si Reiner" lanjut Erik dengan wajah sulit ditebak, kedua netra nya bahkan kemudian menatap jalanan yang sedikit sepi.
"Pak ..."
Erik menoleh kearah Joana dengan cepat dan mengangkat satu tangannya, memberi isyarat pada perempuan itu untuk mengabaikan apa yang baru saja ia ucapkan.
"Its okay"
"Sorry"
"Saya kelamaan ya Jo ..." balas Erik yang diakhiri dengan senyuman manis yang entah kenapa malah membuat Joana serba salah.
Baru kali ini ada pria yang menyukainya secara diam-diam dan malah mengutarakannya tanpa ingin meminta kejelasan.
*****
Reiner tahu ini mungkin terdengar kekanakan atau mungkin sangat berlebihan. Tapi mana bisa dia berdiam diri didalam kamar apartemennya ditemani selimut dan bantal sementara gadis yang dia cintai berada bersama pria lain sekalipun dalam konteks yang aman.
Aman? Secara harfiah mungkin, tapi hatinya yang tidak aman. Hatinya Reiner maksudnya.
Jadi, dengan kenekatan yang tidak bisa diukur dengan nalar pria tampan itu kini sudah duduk diatas motor besarnya tepat didepan apartemen Joana. Menunggu si gadis tiba.
Kedua matanya terus memicing menatap jalanan yang lengang, sembari merutuk dalam hati siapa tahu Erik mengajak gadis itu mampir sebentar untuk makan atau minum.
Ah sialan.
Reiner menunduk, menyentuh erat ponselnya yang sejak tadi menyala. Hati dan fikirannya masih berperang antara mengabari Joana atau tidak. Logika memintanya untuk mengabari saja tapi hati menahannya.
Ia justru penasaran bagaimana Joana memperlakukan pria itu saat ini.
Jatuh cinta memang merepotkan. Pantas saja banyak yang kelimpungan saat perasaan aneh ini muncul disetiap hati manusia. Bodohnya bisa melebihi orang gila rupanya.
"Kamu nunggu aku atau gimana?"
Suara lembut yang sudah tidak asing ditelinga itu mau tidak mau membuat kepala Reiner menoleh dengan cepat. Terlalu familiar dengan suara lembut dan indah milik Joana sampai ia sendiri tidak perlu menebak sipemilik.
Wajah Reiner melengos begitu kedua bulu mata indah itu bergerak cepat begitu kedua netra mereka bertemu. Wajahnya pasti sudah semerah tomat saat ini.
"Kamu kedinginan? Muka kamu merah banget loh" tegur Joana lagi. Gadis itu masih saja menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi yang malah semakin membuat rasa malu Reiner meningkat tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEREIN [ Mino and Irene story ] FIN
General FictionSeperti hujan yang turun disaat langit cerah. Rasanya menyenangkan, membuat sejuk dan bahagia. Seperti itu pula dengan hati Joana, perempuan yang selama hidupnya tidak pernah terikat dalam sebuah hubungan cinta. Joana bahagia, bersama Reiner. Pacar...