💧4

310 51 12
                                    

"Mbak maaf ini sudah waktunya untuk bangun"

Tepukan halus yang dialamatkan pada bahu itu terus berulang, perawat muda perempuan yang sudah merapihkan ruang rawat inap itu hanya menghela nafasnya begitu objek yang ia bangunkan belum juga menandakan akan segera siuman.

Ini orang tidur apa pingsan -pikirnya.

"Hoamm ..... Eh"

Perawat itu mengulas senyum nya dan mengangguk kearah Joana yang baru saja membuka kedua mata dan bergegas bangun dari tidurnya.  Dengan cepat duduk dan mengucek kedua matanya, memastikan dimana dia berada sekarang.

"Loh, ko saya disini?? Suster, ko saya tidur disini"

Perawat itu mengangguk dan menatap kearah perempuan itu dengan bingung.  Kalo dia bertanya seperti itu, dia harus menjawab apa? Memangnya dia tahu alasan kenapa setiap orang bisa tidur dirumah sakit selain orang sakit.

"Aduh saya kurang tahu, saya hanya diperintahkan untuk segera merapihkan kamar ini karena akan segera digunakan"

Joana yang linglung bergegas bangun dari tidurnya dan kemudian duduk dikursi, rambutnya masih acak-acakan.  Ia hanya mematung membiarkan si perawat mengganti seprai yang baru saja ia gunakan dengan seprai baru.

"Pasien nya kemana ya suster?"

"Oh, pasien atas nama Reiner ya mbak?"

Joana menganggukan kepalanya, sekali lagi.  Masih terlalu bingung dengan keadaan yang ada.

"Sudah pulang sejak semalam, dia juga sudah membayar biaya perawatannya dan sewa kamar ini.  Tapi ada pasien yang mau masuk jadi mohon maaf saya harus rapihkan"

"Oh, tidak apa-apa. Maaf permisi" pamit Joana yang kini bisa sepenuhnya mengendalikan diri.  Perempuan itu beranjak bangun dari duduknya dan berjalan ke pintu.  Keluar dari klinik dengan wajah yang sembab karena bangun tidur.

Kenapa malah jadi dia yang tidur semalaman di bangsal klinik? Entah harus tertawa atau marah, tapi setidaknya Joana sedikit bersyukur pria itu sudah melunasi tagihan pengobatannya.

Tidak terbayang kalau ia bangun dengan semua tagihan yang harus dibayarkan sementara pria aneh bertato itu kabur begitu saja?  Joana bersumpah akan menendangnya sampai ke kutub utara.

Well .... Semoga dia baik-baik saja -itu ucapan paling tulus dipagi hari yang bisa ia ucapkan.

*****

"Gimana bisa kaya gini?? Kamu diapain aja sih beb, astaga ....bisa-bisanya"

Reiner mendengus begitu Vanya yang baru saja datang menyerbu nya dengan pertanyaan-pertanyaan yang bahkan tidak bisa ia jawab.  Pria tampan itu hanya mengernyit begitu tangan itu meraba setiap luka yang ada di wajahnya.

"Dia mukulin kamu? Kamu diem aja??"

"Kemana aja kamu?" Tanya Reiner yang malah mengalihkan pertanyaan, Vanya memandangnya sekilas dan menghela nafasnya. Gadis itu kemudian duduk di bibir ranjang dan mencebil.

"Having fun, apalagi? Kamu tau ga sayang, apartemen nya mewah banget ..."

Reiner terdiam, antara sedih, kecewa yang menjadi satu. Ia tidak bisa menyalahkan Vanya atas kejadian semalam, mereka sudah sepakat dengan hubungan aneh ini dan kalau ia marah atas apa yang sudah ia terima malam tadi.  Rasanya itu hanya akan menjadi hal yang sia-sia.

Ia butuh Vanya tadi malam, seharusnya orang terdekatnya lah yang menemani dirinya disaat ia terluka atau sakit bukan?  Tapi kenyataannya? Ia harus sendirian menahan sakit disini sementara gadisnya berpesta dengan pria lain di luar sana.

SEREIN  [ Mino and Irene story ] FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang