💧14

242 45 17
                                    

Saat itu keduanya sama-sama diam, sama-sama saling mengunci bibir dengan posisi yang kini berhadapan lalu salah satu melengos.

Canggung.

Hembusan angin sore yang perlahan memainkan surai milik Joana mengusik netra Reiner yang kemudian tersenyum.

"Yuk pulang" ajaknya, yang kemudian berbalik menaiki motornya.  Menghidupkan mesin motornya secara pelan seraya menunggu perempuan yang kini mematung itu ikut naik bersamanya.  Sadar Joana masih ditempatnya, Reiner mematikan mesin motornya dan menolehkan kepalanya.

"Jo--"

"Itu tadi .... Kamu serius atau cuma bercanda?" tanya Joana akhirnya, merasa harus menyelesaikan setiap hal-hal aneh yang mengusik mereka.  Kedua bulu mata lentiknya mengerjap begitu Reiner menatap kearahnya.

Tersenyum.

"Kalo kamu ga mau juga gpp ko Jo ...."

"Rein"

Reiner kembali tersenyum, tapi Joana tahu ada yang lain dari senyuman pria ini, ia memang terlalu buta dalam masalah asmara tapi Joana bisa melihat dengan jelas ada yang tidak beres disini.

"Udah jangan difikirin"

"Ga bisa.  Aku ga suka mikirin hal-hal yang bakalan jadi bahan overthinking Rein"

"Jo ..."

Gadis itu berjalan mendekati Reiner dan duduk dengan perlahan di belakang pria itu.  Menepuk pelan pundak Reiner dengan senyuman yang kemudian terulas.

"Yaudah, ayo kita pacaran.  Toh emang kamu disewa buat jadi pacar aku kan? Kenapa kita ga beneran pacaran selama tiga bulan ini" ujar Joana dengan nada sesantai mungkin.

Bohong kalau ia tidak gugup saat memberanikan diri mengatakan semua itu.  Tapi Joana lebih suka berterus terang daripada ia harus tersiksa memikirkannya sendirian dikala malam.

Oh tidak.  Itu bukan dirinya.

Reiner yang mendengarnya menggelengkan kepalanya, merasa lucu sekaligus tersindir dengan semua yang gadis itu ucapkan.

Joana bukan gadis biasa rupanya.  Ia terlalu pintar menjaga diri dari setiap serangan-serangan para pria.

Dan ia jadi semakin semangat mengejarnya.

"Bisa banget ya jawabnya" sindirnya yang kemudian menyalakan mesin motor.  Joana menyeringai dibalik punggung Reiner, merasa menang atas keberanian yang sudah ia coba lakukan.

"Iya dong.  Pacar aku aja rate nya bintang lima, aku harus banyak belajar nih"

"Udah deh Jo"

"Malu ya Rein"

Reiner mendengus dan memilih membawa motornya menjauhi kantor yang mulai sepi.   Meninggalkan tatapan tidak suka dari balik jendela gelap mobil mewah yang terparkir tidak jauh dari mereka.

******

"Kamu mau aku masakin apa Rein?" tanya Joana begitu keduanya bersisian disalah satu mini market yang mereka singgahi beberapa blok sebelum arah apartemen Joana.  Reiner yang tengah melihat beberapa merek minuman kemasan mendongak kearah Joana dan menyeringai.

Seumur-umur ia bahkan tidak pernah mendapat tawaran seperti itu dari Vanya.  Dan lagipula Reiner tidak pernah menuntut Vanya bisa memasakan sesuatu baginya.  Itu bukan sesuatu yang harus diributkan.

Tapi mendapat pertanyaan sesederhana ini mau tidak mau membuat senyuman bahagia terukir dari kedua bibir yang sejak tadi terkatup.

"Kamu bisa masak Jo? Masak rendang bisa ga?"

SEREIN  [ Mino and Irene story ] FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang