Siapa yang bilang kalau memiliki seorang pacar itu menyenangkan.
Salah.
Sangat amat menyenangkan. Terlebih bagi Joana, entah kenapa dihari ini suasana hatinya begitu bahagia. Ia bahkan menyelesaikan semua pekerjaan nya tepat waktu, tidak ada lagi kesalahan dan kekeliruan seperti yang biasa ia lakukan.
Jatuh cinta memang benar-benar membuat seseorang menjadi orang yang memiliki semangat.
Tapi apa iya Joana jatuh cinta? Pertanyaan sekilas itu kemudian terlintas dibenaknya ketika tidak sengaja Joana menatap pantulan wajahnya sendiri dari kaca wastafel ketika ia selesai membasuh wajah. Kedua matanya berkedip cepat sampai kemudian ia mengulas senyum.
Terserah. Yang penting ia bahagia, untuk saat ini. Joana tidak ingin memikirkan hari esok, hari esoknya lagi atau bagaimana beberapa hari kedepannya. Ia tidak perduli, untuk apa memikirkan sesuatu yang bahkan belum akan terjadi bukan. Lebih baik ia fokus untuk hari ini.
Puas menatap wajahnya sendiri gadis itu kemudian berbalik dan sedikit terperanjat ketika melihat seseorang yang kini berada si dibelakangnya, dengan kedua tangan yang dilipat diatas dada. Senyuman bahkan tidak tampil diwajahnya, hanya pandangan tajam yang diarahkan padanya. Joana buru-buru mengulas sebuah senyuman kecil pada Pak Erik yang kemudian menatapnya dengan tajam. Gadis itu menunduk dan bersiap berjalan tapi langkahnya terhenti ketika suara deheman mengusiknya.
"Irina"
Joana berhenti, lalu mendogak menatap pria yang kini terlihat canggung dan mulai melepaskan kaca mata nya.
"Saya ... Mau bicara"
Joana terdiam, jarang sekali pria ini mengajaknya bicara. Kalau bukan urusan pekerjaan, dan Joana sedikit berbaik sangka kalau apa yang akan pria ini katakan adalah masalah pekerjaan.
"Iya pak"
Erik menatapnya dan melengos sebentar, memastikan tidak ada siapapun disini sampai ia kembali menatap Joana.
"Maaf sebelumnya, saya tidak berniat untuk ikut campur dalam masalah personal kamu--"
"Ada apa?" sela Joana yang kemudian membuat pria itu terdiam. Erik menatap gadis itu dan kemudian menyeringai begitu Joana mendongak kearahnya dengan pandangan penuh rasa penasaran.
"Sebaiknya kamu tidak bermain-main dengan Reiner ... Dia, tidak pernah serius dengan klien nya" ucap nya, pelan. Namun mampu membuat kedua alis Joana bertaut, gadis itu bahkan sedikit melebarkan kedua matanya merasa kaget mendengar kalimat yang baru saja pria ini lontarkan.
Dia fikir Joana ini gadis polos memangnya? Yang gampang dibodohi dan di manfaatkan?
"Irina ..."
Senyuman kecil terulas dari bibir Joana yang kemudian mendongak. "Terima kasih nasihatnya Pak, tapi .... Saya bener-bener suka sama dia" balas Joana akhirnya. Sedikit menambahi fakta yang melebihi kenyataan, tapi Joana tidak perduli. Toh Erik juga tidak akan langsung berubah fikiran dan berbalik menyukainya juga kan?.
"Oh ... Ternyata begitu"
Joana menganggukan kepalanya dan kemudian tersenyum. "Dia baik, dan begitu perhatian sama saya"
Erik menyeringai mendengarnya, rasanya ingin mengeluarkan semua fakta yang jelas-jelas ia ketahui tapi senyuman bahagia yang ia lihat dari bibir Joana mau tidak mau membuatnya kembali mengunci bibir.
"Baiklah ... Semoga saja dia berubah" sahutnya yang kemudian berlalu meninggalkan Joana begitu saja. Gadis yang kini mematung hanya mendengus lalu menggelengkan kepalanya dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEREIN [ Mino and Irene story ] FIN
General FictionSeperti hujan yang turun disaat langit cerah. Rasanya menyenangkan, membuat sejuk dan bahagia. Seperti itu pula dengan hati Joana, perempuan yang selama hidupnya tidak pernah terikat dalam sebuah hubungan cinta. Joana bahagia, bersama Reiner. Pacar...