"Bagaimana? Sudah puas?"
Vanya melipat kedua tangannya diatas dada dengan bibir sedikit mencebil. Terlalu malas menjawab pertanyaan Reiner yang malah terdengar seperti sebuah amarah. Pria dihadapannya itu bahkan menatapnya dengan kedua netra yang berubah tajam yang bahkan tidak Vanya kenal sama sekali.
Kemana perginya Reiner yang selalu hangat, yang selalu menyambutnya dengan senyuman tulus.
"Kau tenang saja, aku tidak memarahinya seperti yang kau fikirkan. Memangnya aku anak kecil yang akan melabrak seseorang yang sudah merusak kebahagiaan milik orang lain"
"Merusak? Siapa yang merusak? Kau fikir Joana yang bertanggung jawab atas hubungan kita? Come on Vanya ..."
Dengusan kecil terdengar dari bibir Vanya, gadis cantik itu bahkan menampilkan wajah sangat tidak sedap dipandang. Vanya kecewa sebetulnya.
Ia kecewa dengan apa yang Reiner katakan saat ini.
"Secara tidak langsung, dia yang udah bikin kamu ninggalin aku Rein. Dia udah bikin kamu lupa sama aku"
"Terus itu salah Joana?"
"Oh shit!"
Reiner memandang gadis itu dengan tatapan serba salah. Terlepas dengan semua kelakuan Vanya yang cukup membuatnya pusing ia tahu kalau perempuan ini benar-benar takut karena sekarang ia tidak menjadi prioritas lagi dalam hidup Reiner.
"Kita udah selesai, dan seharusnya kamu paham"
"Kita bener-bener udahan?"
"I'm still youre best friend anyway"
Vanya terdiam mendengarnya. Terdengar seperti sebuah kalimat penenang yang tidak ada artinya.
*****
Semilir angin siang ini benar-benar sukses membuat helaian surai hitam milik Joana bergerak dengan indah. Paras gadis cantik yang setengahnya tertutupi oleh kibasan angin pada rambutnya itu membuat pesona nya semakin memancar.
"Udah dua bulan"
Joana menoleh kearah Sela yang kemudian meraih bubble tea nya. Jillian yang duduk diantara keduanya menolehkan kepalanya kearah Joana dan mengerjap penuh arti.
"Satu bulan lagi" tambah Jillian yang lagi-lagi membuat alis Joana terangkat.
"Iya terus ..."
Sela melirik kearah Jillian dengan pandangan penuh arti.
"Dua bulan bareng Reiner kayanya penuh makna nih ya"
"Idih"
Lecutan kekesalan dari bibir Joana yang singkat itu mau tidak mau membuat kedua gadis yang kini sama-sama terfokus padanya menoleh bersamaan. Saling menjengit dan mengangkat bahu tanda tidak percaya.
"Ga usah begitu, naksir mah naksir aja, ga sia-sia kan usaha kita. Yah anggap aja tiga bulan ini kalian trial dulu, kalo cocok ya lanjut ke tahap selanjutnya yang lebih serius" beber Jillian dengan wajah penuh arti. Sela mengangguk setuju dan kemudian menyeringai.
"Dan ... Kalo mau serius ga usah bayar ko. Gratis"
"Oh shut up" decak Joana dengan wajah tersipu.
*****
Senja nya indah, lembayung nya sempurna. Semarak dengan menyatu nya dua warna gradasi yang menjadi pertanda kalau hari akan berganti menjadi malam.
Joana menatap lurus kearah Reiner yang hanya duduk dengan wajah penuh pertanyaan tapi bibir nya seolah kelu untuk sekedar berbicara.
"Kita mau duduk aja nih?" tanya Joana langsung, tanpa basa basi. Si pria hanya mengangkat dagu nya dan kemudian berusaha memperbaiki posisi duduknya dan tersenyum seolah memberi kekuatan bagi diri sendiri untuk mulai berbicara.
"Maaf buat semuanya"
"Its okay Rein"
"Kamu beneran ga marah?" tanya Reiner, sedikit tidak percaya dengan jawaban Joana yang terlampau santai untuk seseorang yang baru saja labrak.
"Ngapain marah?"
Reiner mengangguk paham, memang tidak seharusnya Joana merasa marah atas semua yang Vanya lakukan.
Mereka tidak ada hubungan apapun secara serius. Atau secara komitmen.
Sungguh menyedihkan.
"Kirain kamu bakalan marah Jo .... Karena kalo kamu marah artinya kamu beneran suka sama aku" tantang Reiner akhirnya.
Tidak bisa lagi menahan semua perasaannya.
Joana yang mendengarnya kemudian terdiam, sejenak memberi ruang bagi Reiner untuk menghilangkan kecanggungan yang ia ciptakan.
"Kalo suka emang harus marah ya Rein??"
*****
Malam yang seharusnya berakhir indah seperti yang biasanya mereka lewati kali ini harus terasa sedikit canggung. Sedikit kaku dan serba salah.
Setidaknya itu bagi Reiner. Ia tahu ada yang salah tapi terlalu takut untuk sekedar menjelaskan.
Suara motor yang berjalan pelan seolah menjadi lagu pengantar kesunyian jalanan yang lengang di jam-jam menuju malam. Joana yang memilih untuk fokus menatap jalanan yang dilewati sesekali melengos begitu ia sadar Reiner meliriknya secara diam-diam dari balik kaca spion.
"Ga enak tau diem-diem kaya gini. Kaya lagi berantem aja" gumam Reiner akhirnya, lelah sendiri dengan semua fikiran yang berkecamuk didalam kepalanya.
"Kamu aja diem Rein"
"Kan kamu juga diem aja, aku fikir kamu ngambek"
Joana mengulum senyuman nya. Sedikit membuat Reiner rileks dibuatnya. Jalanan yang sepi seolah memberi ruang pada keduanya untuk sekedar melanjutkan kecanggungan ini.
"Kalo diem kan bukan berarti ngambek"
"Iya sih"
"Gimana sih kamu"
"Iya maaf"
Joana yang akhirnya menyerah tertawa mendengar ucapan Reiner yang terdengar tidak berdaya. Sungguh, melihat Reiner yang serba salah dan canggung itu memberikan kesenangan tersendiri baginya.
"Ko ketawa sih?"
"Ga boleh?"
"Boleh ko"
"Jadi maunya gimana??" Tanya Joana yang terpancing oleh ulah Reiner. Pria tampan itu kemudian menepikan motornya disalah satu trotoar yang lumayan sepi. Joana yang melihatnya kemudian mendongak dan menggelengkan kepalanya.
"Aku maunya kita jadian beneran, gimana?" tanya Reiner untuk yang kesekian kalinya. Katakan ia bodoh atau dungu, tapi menyatakan cinta sekaligus mengajak komitmen seseorang seperti ini baru saja ia lakukan.
Joana yang mendengarnya terdiam sejenak, kemudian menarik nafasnya secara pelan.
"Kasih aku waktu-"
"Berapa lama ..."
"3 hari"
"2 hari"
"4 hari ...."
"Ko malah mundur sih Jo?"
"Yang mau kasih jawaban siapa?"
"Iya iya yaudah 3 hari ..." Keluh Reiner akhirnya, yang kemudian menimbulkan senyuman kecil di bibir Joana.
Reiner yang melihatnya kemudian menepuk kedua pahanya dan mendongak menatap langit dengan pandangan penuh harap.
"Aku udah prediksi sih jawabannya bakal jelek, tapi semoga dalam 3 hari ini ada sesuatu yang bisa bikin kamu berubah fikiran ya Jo ..."
Dan Joana kali ini merasa tidak mampu membalas ucapan Reiner.
Bersambung
Holla reader, maaf baru apdet mana sedikit pula. Btw ... I'm okay thank you buat yang nanya kenapa saya hiatus nya kelamaan wkwkw.
Sekarang saya ngajar sendirian guys jadi bener-bener cape nya kerasa. Doain saya dapet partner baru yaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
SEREIN [ Mino and Irene story ] FIN
General FictionSeperti hujan yang turun disaat langit cerah. Rasanya menyenangkan, membuat sejuk dan bahagia. Seperti itu pula dengan hati Joana, perempuan yang selama hidupnya tidak pernah terikat dalam sebuah hubungan cinta. Joana bahagia, bersama Reiner. Pacar...