"Sepertinya kamu ... Agak stress, you look hot but wild tonight, why?"
Kepulan asap rokok meliuk diudara, terhempas bersamaan dengan angin malam yang berhembus manja disela pertengahan waktu malam. Rengkuhan kuat kemudian melingkar di bahu Vanya, gadis yang kini tengah asyik dengan sebatang rokok dan lamunan nya yang menjadi satu kesatuan.
Chandra melepaskan rengkuhannya dan menaikkan satu alisnya, bingung.
"Kamu percaya aku kan, you can tell me everything sayang ..."
Segaris senyuman kemudian mampir diujung bibir, lirikan mata tajam membuat si pria akhirnya mengulum bibir tanda ia menyerah membujuk si gadis untuk bercerita.
"Oke, aku mandi duluan deh ya, kamu bisa nyusul" sambungnya dengan senyuman manis dan satu kerlingan manja. Vanya mengangguk dan membiarkan Chandra berlalu dari hadapannya.
Gadis itu kembali menghisap rokok nya, menghisapnya kuat-kuat dan menghempaskannya dengan sekali hentak. Seiring dengan kalutnya isi hati yang kini tidak sinkron dengan isi kepala.
Sejenak ia melirik kearah layar ponsel yang sejak tadi diam. Ini tidak sepertu biasanya, tidak ada telepon, pesan bahkan spam panggilan dari Reiner. Sesuatu yang jarang sekali terjadi, dan Vanya sadar hubungan mereka sepertinya sulit untuk dipertahankan lagi.
Jauh dilubuk hatinya Vanya ingin memberi kabar terlebih dahulu, tapi rasanya ia sangsi Reiner akan membalas pesannya.
Ia tahu hati pria itu tidak lagi seperti yang kemarin. Ada yang berubah, ada yang sudah mengisi hati Reiner rupanya.
'Lo cari tau siapa klien Reiner sekarang, ASAP!'
Vanya mendengus begitu ia mengirimkan sebaris pesan yang mungkin akan membuat Geana misuh-misuh.
Persetan!.
*****
"Seperti apa dunia kamu Rein?"
Malam itu, entah ada angin dari surga yang keberapa sampai Joana memberikan izin pada Reiner untuk menginap di apartemen nya. Reiner tahu ini masuk lebih jauh dari yang ia bayangkan, satu step lebih dari yang ia duga.
Tapi Reiner tahu diri untuk tidak melewati batas yang sudah di garis kan. Jujur ia sendiri lebih nyaman seperti ini.
Berjalan dengan santai tanpa harus terburu-buru.
"Memangnya kita hidup di dunia yang berbeda? Sama aja kali Jo ... Dunia kita yang dunia yang sama, yang isinya manusia bernafas dengan oksigen, dunia yang akan dihampiri mentari dan senja seiring dengan perputaran waktu" balas Reiner sekena nya. Malam ini keduanya sepakat menonton salah satu film di saluran berbayar yang ada di apartemen Joana.
Dengan Joana yang duduk dibawah dan Reiner yang merebahkan diri di sofa panjang milik Joana. Kedua mata memang menatap intens kearah scene demi scene film yang diputar tapi keduanya seolah larut dalam pembicaraan yang tidak tentu arah.
"Duniaku membosankan. Isinya cuma kerja, lembur, meeting, kerja yaudah gitu aja"
Reiner tersenyum mendengarnya. Yang barusan Joana ucapkan dulu pernah menjadi sesuatu yang ingin sekali ia lakukan, tapi tidak bisa. Jiwanya terlalu bebas untuk terkurung dalam satu rutinitas.
"Duniaku, seperti roaler coaster. Tanpa tujuan"
Joana menaikkan satu alisnya.
"Masa iya ada orang yang hidup tanpa tujuan? Gila kamu"
"Iya aku gila ... Karena kamu"
Wajah Joana memerah, ia meraih satu bantal kursi dan melemparkannya kearah Reiner yang mengerang begitu bantal itu telak mengenai wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEREIN [ Mino and Irene story ] FIN
General FictionSeperti hujan yang turun disaat langit cerah. Rasanya menyenangkan, membuat sejuk dan bahagia. Seperti itu pula dengan hati Joana, perempuan yang selama hidupnya tidak pernah terikat dalam sebuah hubungan cinta. Joana bahagia, bersama Reiner. Pacar...