💧8

244 52 14
                                    

Katakan Joana norak, karena memang itu benar adanya.  Selama ia hidup baru kali Joana dijemput pacar.

Rasanya aneh dan agak sedikit membuat jantungnya berdebar tidak karuan.  Terlebih lelaki seperti Reiner yang nyatanya tidak memiliki rasa malu sedikitpun.  Joana bahkan tidak menyangka kalau pria itu akan menjemputnya di lobby utama.  Dengan motor besarnya dan tampilannya yang sungguh membuat Joana pusing kepala.

Jillian yang kaget bahkan langsung menarik bahunya dan meremasnya dengan kuat.  "Jo?? Itu... Itu yang kemaren digebugin Pak Erik kan? Ko dia ada disini??"

Joana mendengus kecil begitu melihat Reiner yang melambaikan satu tangan kearahnya.

Jillian yang melihatnya semakin memucat, ia bahkan menarik Joana yang membuat perempuan itu menghentikan langkahnya.  "Ngapain sih Jo??"

"Pulang"

"Ko bareng dia pulangnya"

Joana menyeringai lalu melepaskan tangan Jillian dari bahunya.  "Emang kenapa? Udah ya, dah Jillii" pamitnya dengan satu lambaian tangan yang ia arahkan pada Jillian yang mematung.  Joana mendengus dan berjalan menghampiri Reiner yang sudah memegang helm, pria itu beranjak bangun dan melambaikan satu tangan kearah Joana dengan senyuman yang tidak berhenti terulas.

"Hallo pacar, gimana kerjanya hari ini? Lancar?" sapa nya yang dengan sigap memasukan helm ke kepala Joana. Gadis itu bahkan harus merapihkan sisa anak rambut karena helm itu dimasukan dengan paksa.

"Rambutnya keluar Rein ish!"  gumam Joana yang dengan sebal merapihkan rambutnya, gadis itu bahkan sedikit membungkuk kearah kaca spion dan merapihkannya.  Reiner menyeringai melihatnya.

"Ga ada baper nya sih kamu mah, ga seru" sahutnya dengan bibir mengerucut.  Joana terkekeh mendengarnya, ia bahkan langsung saja naik tanpa dipinta.  Reiner yang sudah duduk terlebih dahulu mengulas senyuman halusnya.

"Udah?"

"Iya udah" balas Joana pelan.

Reiner menyeringai.  "Yaudah turun, kan udah"

Joana yang mendengarnya menepuk pundak pria itu dengan sebal.  Reiner terbahak dan buru-buru menyalakan motornya, mengabaikan pandangan orang-orang yang baru saja keluar kantor.

"Dilihatin tuh sama orang-orang, ga malu Jo?" tanya Reine disela bisingnya suara motor.  Joana mengangkat bahunya dan menggelengkan kepalanya.

"Tadinya sih malu, tapi daripada aku pulang naik bis"

"Udah aku duga sih, tapi nanti kalo aku jemput pake mobil pasti kamu disangka open BO malah loh"

"Kurang ajar!!"

Reiner lagi-lagi terbahak mendengarnya.  Ia bahkan mengabaikan gebukan halus yang Joana daratkan di punggungnya.

Seru juga membuat gadis polos ini emosi.

******

Langit Jakarta terlihat sedikit mendung sore ini, lalu lintas yang semakin padat membuat laju kendaraan semakin lambat.  Reiner yang memang memilih melintasi jalanan utama kota sengaja melambatkan laju motornya membiarkan mereka berdua terjebak kemacetan di beberapa titik jalanan.

"Mau langsung pulang atau muter-muter dulu"

Joana yang mendengarnya sedikit mendorong kepalanya sampai kepalanya beradu dengan punggung bidang itu.  Aroma khas laki-laki yang kuat tercium sekali dari jaket tebal itu.  Gadis itu perlahan memundurkan wajahnya dan terdiam begitu lampu merah didepan mereka menyala.

"Gimana?"

"Muter-muter liat apa Rein? Kan sama aja, ga ada yang aneh" jawab Joana akhirnya.  Ini salah satu yang mungkin membuat Joana tidak bisa secara intim dekat dengan lawan jelas.  Hal-hal sepele seperti ini saja ia tidak bisa memahami, baginya keadaan sekitar yang biasa ia lewati tidak berubah.  Dan kalau yang berpacaran berkeliling-keliling hanya sekedar melihat-lihat itu sesuatu yang aneh baginya.

"Emang ga bakalan ada yang aneh Jo, ga akan ada Godzilla juga sih dijalanan Jakarta ini"

"Ya terus ..."

Reiner mendengus lalu menghela nafasnya, ini sih seperti mengajari seorang yang polos mengenal cinta namanya.  Joana muridnya dan ia tutornya.

"Kalo orang pacaran kan biasanya gitu Jo, keliling-keliling sampe masuk angin naik motor cuma liat jalanan"

"Ga guna" balas Joana pelan.  Reiner mengangguk singkat, walaupun sedikit tersindir dengan jawaban super singkat itu.

"Bukan gitu Jo, esensi nya bukan liatin jalanan.  Tapi moment berduaan nya itu loh, kadang yang lagi pacaran belum tentu bisa ada waktu berdua.  Kadang lagi makan bareng malah sibuk sama ponsel masing-masing, nonton bareng malah fokus sama film.  Nah kalo dijalanan kan jadinya fokus satu sama lain" jelasnya panjang lebar.

Joana yang mendengarnya menganggukan kepalanya, paham.  Mungkin, tapi sepertinya ia sedikit paham dengan penjelasan yang Reiner berikan tadi.

"Kalo gitu ayo kita keliling Jakarta"

"Buset dengkul copot dong"

"Tadi katanya mau!" sentak Joana akhirnya, Reiner yang mendengarnya sontak menganggukan kepalanya dan buru-buru meralat ucapannya.

"Iya enggak ko, ga apa-apa dengkul copot asal hati kamu ga ikutan copot aja ya"

Joana menyeringai.  "Gombal"

"Susah gombalin kamu Jo ..."  gumam Reiner yang dibalas smirk kecil dari ujung bibir Joana.

Perempuan itu mendongak menatap lampu lalu lintas yang berubah hijau.  Reiner yang kemudian memacu motor nya kembali berjalan membelah keramaian jalanan di senja ini, sementara Joana yang akhrinya mendongak menatap punggung kukuh didepannya dengan pandangan sulit ditebak.

Bukan susah.  Joana, hanya tidak mau menyertakan hati nya dalam kontrak ini.

*****

"Laper ga Jo?" tanya Reiner begitu ia menepikan motor besarnya disalah satu tempat yang lumayan ramai.  Ada beberapa penjual makanan yang berderet sepanjang jalan, ada tempat main untuk anak-anak yang ramai oleh pengunjung serta deretan motor yang diparkir sepanjang jalanan.  Joana yang tersadar menoleh kesana kemari dan kemudian menunjuk salah satu gerobak.

"Banget, ayo makan" ajaknya tanpa alasan lagi.  Reiner yang mendengarnya mengangguk dengan senyuman sumringah, ia fikir gadis ini akan susah diajak makan.  Tapi diluar perkiraan Joana justru langsung memilih sendiri makanan apa yang hendak ia santap.

"Serius makan siomay? Sore-sore gini? Ga laper lagi nanti?" tanya Reiner beruntun, tapi pria itu ikut mendudukan diri disamping Joana yang sudah memesan.

"Kamu pesen sendiri aja ya, aku ga tau kamu mau makan apa" sahut Joana enteng, Reiner yang mendengarnya mengangguk.

"Gampang lah aku mah"

"Oke"

"Ga mau makan yang berat-berat nih?"

Joana yang mendengarnya mendongak dan menaikkan satu alisnya.  "Apa? Batu?"

"Ya enggak batu juga dong Jo ... Nasi goreng, angkringan mungkin"

"Enggak, yang ringan-ringan aja dulu.  Nanti yang berat kamu yang bayarin ya" sahut Joana dengan seringai halusnya.  Reiner yang mendengarnya tertawa, tanpa sadar ia mengusak ujung kepala perempuan itu dengan gemas, keduanya tertawa bersamaan tapi kemudian Reiner menarik tangannya.

"Maaf kelepasan"

Joana mendengus mendengarnya, tapi ia senang Reiner ingat dengan pernjanjian mereka.

"Dimaafin asal ga diulangi lagi"

"Abis gimana, kamu gemesin" gumam Reiner yang entah dalam kondisi sadar atau tidak mengucapkan kalimat barusan.  Pria itu lalu berdiri menatap beberapa gerobak penjual makanan, sementara Joana yang masih duduk mengulum bibirnya.

Jantung nya tiba-tiba saja bertalu nih.

Sial.
















Bersambung












Gemes ga sih kalian. Ko gue bikin fluff gini sih 😭 kan niatnya mau bikin mature scene.

Nikmatin ajalah ya bestie.... Jangan lupa berikan jejaknya. Dikomen ayo biar makin awet ini work hahahaha

SEREIN  [ Mino and Irene story ] FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang