26
.
.
.
.
.
.
Sanha sengaja mengajak mamah dan ayahnya jalan jalan bareng, yang katanya mamah sangat bosan terus menerus berada dikamarnya ingin berjalan jalan mencari udara segar, buat sanha langsung mengajak ayahnya yang mumupung tidak ada kerjaan pekerjaannya.
Tiba tiba suasananya cangugung dengan sanha yang memang masih canggung dengan ayahnya, karena saat ayahnya berubah kepadanya, dengan mamah juga yang mungkin udah lama tidak berjumpa atau tentang..
Kejadian pas itu?
Entahlah, tapi sanha ingin membuat hubungan mamah dan ayahnya akur lagi walau gak bisa, seperti dulu lagi.
Mamahnya ingin duduk karena sudah capek berjalan, jadi mereka duduk dibangku taman dekat rumah rawat seperti rumah sakit, tapi bedanya disini bisa dirawat kapan saja asal ada bayarannya dan mamahnya dititipkan tinggal disini dan dirawat oleh suster suster disini dan diperiksa oleh dokter untuk mengecek kondisi pasien.
"Em, aku beli minum dulu ya, buat mamah sama ayah" pamit sanha buka pembicaraan yang tadinya hening setelah duduk lama, belum ada jawaban dari mamah dan ayahnya sudah ngacir pergi tinggalin mereka yang memandang kaget sanha yang kemudian saling menatap tak lama saling buang muka, canggung.
Yang aslinya sanha gak sepenuhnya pergi, sanha menguping dibalik pohon hias yang lumayan besar tumbuh pendek dari pohon pohon biasa.
Yang tak berapa lama mamahnya lah yang membuka mulut, karena suaminya pendiam dari dulu sejak awal pertemuan mereka bertiga.
Yah..
Sama ayahnya sanha.
"Makasih, udah bawa sanha kesini" kata mamahnya gugup buat ayahnya buka mulut juga, "hm, maaf aku pisahin kamu sama dia, pasti kamu sudah menunggu sangat lama, sanha untuk jengukin kamu" kata ayahnya merasa bersalah, iya selama ini ayahnya memisahkan ibunya dengan anak kandungnya sendiri walau, dia bukan ayah kandungnya tak ada berhak untuk memisahkan.
"Ah, gak papa kok.. mas, aku ngerti" kata mamahnya mencoba mencari suasana diantara mereka, "hm"
"Aku juga minta maaf, sepantutnya aku bilang ke mas kalo aku sudah menikah terlebih dahulu sebelum nikah sama mas, pasti.." kata mamahnya tak melanjutkan perkataannya buat suaminya menghembuskan nafas berat.
"Itu sudah jadi masa lalu dwi, jangan bahas lagi!" Kata ayahnya tak menatap buat istrinya diam, menciut.
Merasa tak enak ayahnya pun menghadap mamahnya penuh dengan tatapan mendalam, "aku tau, memanggil seharusnya aku tidak masuk dalam kehidupan kalian, aku tau kalian saling mencintai, aku tak tau diri terus mengikuti kata hatiku yang terlanjur cinta sama kamu" kata ayahnya buat mamahnya diam memandang.
"Aku maafin kamu, aku terima sanha sepenuhnya seperti anakku sendiri, aku akan menyayanginya seperti seno, aku sudah menerima kenyataan, walau.. aku tak bisa menjamin hubungan kita tak seperti dahulu" kata ayahnya, "hubungan kita menggantung begitu saja tanpa ada hubungan lanjut, ini memang mendadak buat aku tapi.. jujur, aku kangen kamu dwi" lanjut ayahnya buat mamahnya melebarkan matanya terharu masih belum menyahut membuka mulutnya.
"Kalo aku boleh meminta satu permintaanku pas dulu kamu tawarkan, apa tawaran itu masih ada?" Kata ayahnya kemudian menggenggam jari jemari mamahnya.
"Kalo masih ada..., Aku meminta... Untuk kamu.. " kata Ayahnya menggantung buat mamahnya maupun sanha yang sedang menguping gereget ingin sekali ayahnya menyelesaikan perkataannya.
Ayahnya narik nafas kemudian menghembuskan, menatap lagi mamahnya dengan sangat dalam nan lembut, "hidup bersamaku lagi, sama sanha dan seno, menjadi keluarga lengkap buat mereka terutamanya buat kita" lanjut ayahnya buat mamahnya membatu dengan nafas yang terengah engah merasakan jantungnya berdegup dengan sangat cepat dam lemas seketika.
Butuh beberapa menit untuk mamahnya menenangkan hatinya untuk membuka mulutnya menjawab pertanyaannya.
'ta-tapi, apa aku berhak untuk menerima pertanyaannya?'
'aku.. udah membuat kekacauan, apa aku berhak?'
Batin mamahnya yang perlahan melepaskan genggaman dari ayahnya buat ayanya kaget begitu pun dengan sanha dan lebih kagetnya dengan perkataan mamahnya.
"Maaf mas, aku.. gak berhak terima pertanyaan mas barusan, karena aku-" kata mamahnya terhenti saat ayahnya memeluk tubuhnya.
"Kamu berhak!, Kehidupan kita mulai dari awal dwi ya" kata ayahnya membujuk dalam pelukan sambil mengelus lembut rambut pendek mamahnya menenangkan.
"Hmm" jawan mamahnya sedikit ragu tapi.. apa dia egois?
.
.
Melihat itu sanha tersenyum senang, tapi..
Mamahnya tadi, mau menolak.
Sanha tau itu, berat buat mamahnya.
Tapi sanha ingin punya keluarga yang lengkap, seperti dahulu.
Apa dia egois?
......
Ngebut guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Berdua Bersama, (Sanha | Umji) ✔️
ParanormalSMA glory- Ceritanya tentang mengejar impian umji tapi bisa dibilang hobinya sanha juga, awalnya sanha biasa aja menerima tawaran itu, tapi setelah mengenal lebih dalam kehidupan kakak kelasnya itu dengan sekuat kemampuannya ia mau impian kakak kela...