Grey dan Sunny cukup terkejut melihat Mikha yang sudah datang ke kelas pagi ini bahkan sebelum mereka sampai. Mikha juga tidak menyangka ia akan datang sepagi ini, hanya saja ia bisa gila dengan pikirannya jika terus berada di apartemennya.
Sejak semalam Mikha tidak bisa tidur, bahkan ketika dia memiih untuk mengalihkannya pada drama favoritnya, pikirannya akan kembali berputar pada Lava, wajahnya, matanya, senyumnya, bibirnya. Mikha sudah berguling - guling dikasurnya, mencari posisi yang nyaman untuk ia tidur. Tapi memang kepalanya tidak menghendakinya untuk beristirahat. Apalagi pesan Lava malam itu membuatnya semakin terjaga.
'Jika seperti ini terus bukankah dia akan benar - benar gila?'
Mereka memang tidak banyak bertukar pesan. Namun, setiap balasan yang Lava kirimkan selalu membuat Mikha berdebar hingga membuatnya seperti orang gila karena membuat Mikha tanpa sadar tersenyum dan tertawa.
"Tolong aku" ucap Mikha tiba – tiba.
"Kenapa? Karena kau merasa sangat asing datang sangat pagi? Kalau itu aku pun tak bisa membantu" Ucap Gray sambil memandang Mikha yang ada di belakangnya.
"Seseorang tidak mau pergi dari kepalaku." Ucap Mikha sedikit frustasi, sambil menunduk memegangi kepalanya.
"Siapa kali ini?" Grey menjawab sekenanya, ia berfikir Mikha akan bercerita tentang salah satu tokoh di drama yang biasanya dia lakukan.
"Cinta."
Kedua temannya saling berpandangan mendengar jawaban Mikha.
"Cinta? apa sekarang sahabtku sedanng jatuh cinta?" Sunny memastikan apa yang didengarnya.
"Iya, sepertinya cinta akhirnya datang." Mikha mendramatisir keadaannya pada teman - temannya.
"Siapa?" Kedua temannya kini penasaran mengingat Mikha tak pernah sekalipun bercerita tentang lali - laki. Seringkali justru ia kesal karena menurutnya seseorang yang menyukaiya hanya menganggu.
"Entahlah, dia hanya terus ada dikepalaku bahkan saat aku akan tidur dia semakin jelas. Aku hanya merasa ingin bertemu dengannya. Apa aku sudah di guna - guna? Dia benar benar tidak mau pergi dari kepalaku. Tapi anehnya aku merasa senang saat memikirkannya. Masalahnya, saat aku melihatnya dengan mataku saja jantungku, jantungku tidak berdetak normal seperti biasanya. Tolong aku! Sepertinya aku akan gila"
"Kau jatuh cinta tapi kau tidak tahu jatuh cinta dengan siapa?" Sunny berkata dengan tenang namun dengan mata yang menyelidik Mikhaila.
"Apakah mungkin jatuh cinta karena pertemuan beberapa kali? Tapi aku suka bertemu dengannya." Mikha tanpa sadar bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri.
"Kau tidak tahu pepatah cinta pada pandangan pertama? tunggu apa maksudnya beberapa kali?" Grey bertanya dengan menyipitkan matanya menyelidik.
"Haaah, sebenarnya aku sudah bertemu dengannya sebelumnya." Mikha akhirnya menceritakan mengenai pertemuannya dengan Lavaris di perpus hingga kejadian kemarin.
"kau baru menceritakannya sekarang?"
"Maaf, sebelumnya aku tak yakin karena kau tahu aku baru pertama kali merasakan hal ini. Ku kira hanya rasa penasaran seperti saat aku menonton drama yang kusuka dan jatuh cinta, setelah itu akan hilang. Aku tidak tahu bahwa ini akan membuatku memikirkannya sedalam ini, bahkan saat aku akan terlelap aku masih bisa melihatnya." Seperti teringat sesuatu Mikha melanjutkan.
"Tapi yang terpenting adalah kalian harus membantuku. Hanya kalian yang bisa membantuku. "Mikha memelas memohon bantuan kedua temannya.
"Baiklah, apa yang bisa kami bantu tuan putri?" perkataan Grey membuat Mikha tersenyum lebar.
"Sebenarnya saat pertemuan kedua kami kemarin. Aku sudah berciuman dengannya." MIkha mengatakannya dengan sangat cepat, entah mengapa Mikha sangat malu untuk mengatakan hal ini pada kedua sahabatnya.
"Apa? Sejak kapan temanku sangat agresif seperti ini?"Kali ini Grey bertanya dengan nada serius pada Mikha.
"Bukan aku. Dia yang memulainya."
"Lalu apa yang dia katakan setelah melakukan itu? Apa dia menjelaskan alasannya?"
"Awalnya dia hanya bilang maaf karena terbawa suasana, tapi tadi malam ia menghubungiku untuk membicarakan masalah ini."
Sunny dan Grey hanya mengaggukan kepalanya paham.
"Ya sudah kau tinggal temui saja dan dengarkan penjelasannya."
"Lagipula seingatku, Frans pernah mengatakan bahwa Lavaris tidak pernah dekat dengan wanita manapun dikampus ini. jadi sepertinya dia bukanlah orang jahat yang suka mempermainkan wanita." Frans adalah kekasih Sunny yang juga satu Studi bersama Lavaris. Tak aneh Sunny bisa mengenal Lavaris dengan mudah.
"Masalahnya dia meminta untuk mengosongkan jadwalku hari minggu ini. Saat kutanya kemana kita akan pergi? dia hanya menjawab tidak perlu khawatir. Jika aku tidak tahu kemana aku akan pergi, bagaimana bisa aku menyesuaikan pakaiannya. Kalian tahu dia hanya bilang pakai saja yang seperti biasanya. Tapi sejak semalam aku masih tidak bisa memutuskan apa yang harus aku pakai." Mikha menjelaskan panjang lebar mengenai isi pesannya dengan Lavaris.
"Kau jatuh cinta pada lelaki tampan di kampus kita. Sepertinya kita harus melindungi tuan putri kita dari patah hati pertamanya. Tapi mengingat lelaki yang rumornya tidak suka wanita itu menciumu lebih dulu bahkan mengajak bertemu lebih dulu, bukankah cintanya tidak bertepuk sebelah tangan."Grey mulai mendramatisir mengeluarkan keahlian teaternya.
"kencan pertamanya tidak boleh gagal, kau harus melakukan sesuatu sobat." Grey melanjutkan sambil merangku pundak Sunny.
"Tuan putri kita memang sangat berpengalaman menolak laki laki, tapi tak tahu apa – apa tentang berkencan. Kalau begitu serahkan saja pada kami, kau hanya tahu beres. Kau akan menjadi satu – satunya wanita yang tidak bisa ditolak lelaki panas yang dingin itu. " Sunny menyilangkan tangannya di depan dada sambil tersenyum dengan menaikkan kedua alisnya yakin pada Mikha.
"Lebih dari itu kalian harus membantuku melatih kesehatan jantungku. Bertemu dengannya seperti akan bertemu Professor Enders, namun sensasinya tidak semenakutkan dia."
"Bukankan walaupun mendebarkan tetap terasa sensasi menyenangkan dan menenangkan secara bresamaan? Kau hanya perlu ikuti alurnya. Jika berdebar bukankah itu bagus. Itu berarti hau hidup." Ucapan logis Sunny memang satu - satunya yang membuat membuat Mikha sedikit lebih tenang.
***
Bonus:
Lava terus memandangi ponselnya. sambil beberapa kali berguling di kasur dan kembali duduk. Membaca beberapa kalimat yang dikirimkan Mikha padanya. Matanya tak lepas dari foto yang terpampang di akun Mikha. Lava tidak pernah membayangkan bahwa melihat gambarnya saja bisa membuatnya sangat bahagia. Lava sadar bahwa mulai malam ini, malam - malam selanjutnya akan menjadi sangat panjang.
Vote
Vote
Vote
Vote
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKHALAVA (REVISI)
RomantizmKarena kamu adalah hidupku. Kisah ini hanyalah kisah dua orang yang saling jatuh cinta. Kisah cinta dua orang yang hanya ingin saling memiliki. Tapi sepertinya waktu tidaklah berpihak pada mereka. Sejak kapan hubungan ini jadi hanya milikmu dan di...