Bab 9 Officially

123 17 4
                                    

Happy Reading!

Hari minggu ini Mikha memaksa Lava untuk menemaninya melihat pembukaan resmi Sea World terbesar yang paling besar dari yang pernah ada. Lava yang diseret oleh Mikha hanya bisa mengikuti Mikha yang sedang mengantri untuk masuk kedalam Sea World . Sesekali Lava menaruh dagunya diatas kepala Mikha ataupun menundukan kepalanya bersandar pada bahu Mikha yang ada didepannya sambil memeluk pinggang Mikha posesif.

***

"Kau sangat suka?" Lava menatap Mikha dari samping tanpa melepas pelukan pada pinggang Mikha yang sedang takjub dengan akuarium raksasa didepannya.

"Aku ingin mendekat." Lava melepaskan pelukannya pada Mikha dan membiarkannya menikmati waktu melihat ikan ikan kecil yang berwarna -warni yang ada didepan mereka.

" Lava melepaskan pelukannya pada Mikha dan membiarkannya menikmati waktu melihat ikan ikan kecil yang berwarna -warni yang ada didepan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pantulan warna dari akuarium yang terpancar pada wajah Mikha membuatnya lebih cantik. Lava  tidak pernah menyangka bahwa wanita yang selalu membuatnya tepesona ini kini ada dihadapannya. Awalnya Lava hanya penasaran, bagaimana tatapan mata, senyum bahkan ekspresi wajahnya bisa begitu berbekas diingatannya. Baginya, sosok Mikhaila sangat indah. Tapi, semakin Lava mengenal Mikhaila, semakin mudah pula baginya untuk jatuh dalam pesona wanita ini. MIkhaila yang dilihatnya sekarang lebih bersinar dan lebih cerah dari apapun.

"Kau tak lapar?" Mengingat waktu yang sudah menunjukkan siang hari, dan keduanya belum makan apapun sejak tadi. 

"Lapaar." Mikha menganggukan kepalanya memandang Lava melas. Lava menahan senyumnya saat melihat eksprei lucu Mikhaila. Lava tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Ia seperti lelaki murahan yang semudah itu jatuh pada pesona Mikhaila. Semua hal yang Mikha lakukan dan katakan hanya akan membuat Lava semakin jatuh.

***

Akhirnya keduanya keluar akuarium raksasa tersebut dan menemukan kedai roti yang cukup ramai. Memesan dua buah sandwich  membuat Lava dan Mikha menikmati makanannya masing - masing. Mikha yang terlihat sangat kelaparan, melahap roti itu dengan cepat. Lava yang melihatnya hanya tertawa sambil sesekali mengelap saus yang tersisa di bibir Mikha.

Setelah rotinya habis, Mikha menarik Lava menuju kedai Ice crem dan memesan satu Ice cream cone besar dengan rasa vanila. Lava sangat takjub melihat nafsu makan Mikha yang cukup besar untuk badan yang cukup kurus menurut Lava.

 Lava sangat takjub melihat nafsu makan Mikha yang cukup besar untuk badan yang cukup kurus menurut Lava

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat sedang menikmati Ice creamnya, Lava menatap wajah Mikha dalam. Nafsu makannya sudah hilang sejak jantungnya terus berdetang kencang dengan rasa cemas yang kian menggila seiring berjalannya waktu. Perasaanya seperti meluap - luap saat dia menatap MIkhaila yang saat ini tepat dihadapannya.

"Aku boleh berkata sesuatu?" Mikha mengangguk menatap Lava dengan mata bulatnya, menatap mata Mikha yang berbinar saja sudah membuat Lava gila.

"Sudah berapa kali kau menjalin hubungan?" Mikha sempat terkejut dengan pertanyaanya, Mikha bahkan sempat membuang mukanya sebelum menjawab Lava.

"Belum pernah." Suaranya terdengar kecil, tapi Lava masih bisa mendengarnya. Lava tidak penah menduga jawaban Mikhaila akan membuatnya sesenang ini.

"Bagaimana mungkin tidak ada yang tertarik denganmu?" Mata Mikha memiching, seakan Lva sudah meniynggungnya.

"Aku yang tidak tertarik! Selama ini bagiku menjalin hubungan itu terlalu rumit dan tidak menarik."

"Bagaimana dengan sekarang? Masih tidak menarik?" Lavarias mendekatkan wajahnya pada Mikhaila. Mencari ekspresi yang mungkin terlihat positif dimatanya.

"Entahlah" MIkhaila tersenyum mengejek dan melarikan diri meninggalkan Lava dengan sejuta pertanyaan dikepalanya.

"Kenapa kau berlari? Jangan membuatku penasaran Mikhaila!" Lava sedikit berteriak saat Mikhaila berlari diantara banyak orang yang berlalu - lalang didepan kedai makanan ini.

"Tangkap aku jika kau penasaran." Perkataan Mikha membuat Lava termotivasi untuk menangkapnya. Beberapa kali Lava nyaris menagkapnya, Tapi entah bagaimana Mikha berhasil melepaskan diri.

Lava terus berusaha mendapatkan Mikha. Senyum tidak pernah hilang dari keduanya. Bahkan Mikha tertawa beberapa kali saat ia melihat ekspresi Lava yang puas namun didetik kemudian menjadi kecewa. 

Kelakuan keduanya menjadi tontonan beberapa orang yang sedang beristirahat ataupun sekedar mengisi perut mereka. Namun, Mikha dan Lava tidak peduli, mereka hanya menikmati waktu yang mereka habiskan bersama. Seperti sepasang anak muda yang menikmati waktu bahagia mereka tanpa peduli apa yang orang pikirkan.

"Dapat!" Lava melingkarkan tangannya pada pinggang MIkha. Kali ini Mikha sudah tidak bisa melepaskan pegangan Lava padanya. Bahkan Mikha terangkat saat lava mendekat tubuhnya untuk mendekat.

Tidak sulit bagi Lava untuk mengangkat tubuh ringan Mikhaila. Mikhaila yang kakinya terangkat dari tanah tentu saja terkejut. Suara teriakan yang dibarengi tawa membuat Lava semakin semangat megangkat Mikha. Bahkan Lava sempat memutar tubuh Mikha sebelum menurunkannya.

"Jadi apa jawabannya?" Lava berbisik dibalik punggung Mikha, mengeratkan pegangannya agar Mikha bisa mendengar detang jantung Lava yang menggila. 

"Sekarang-- , sepertinya menjalin hubungan dengan seseorang tidak seburuk yang kupikirkan." Lava tahu bahwa ini adalah kesempatannya. 

"Lalu bagaimana dengan menjalin hubungan denganku?"

Bersambung...

MIKHALAVA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang