Bab 3

111 25 5
                                    

Happy Reading!

Mikha hanya diam setelah menyelesaikan kelas siangnya. Ia masih bingung memikirkan bagaimana ia bisa bertemu lagi dengan lelaki itu. Kemarin malam, Saat berjalan menuju apartemen, Mikha memasukkan tangannya kedalam saku jaket tersebut. Merasa ada yang aneh, Mikha mengeluarkan isinya dan melihat beberapa struk belanja yang Mikha pikir dari toko buku yang tadi ia kunjungi juga. Namun, melihat ada sesuatu yang keras di dalam kertas gulungan struk belanja itu, Mikha menemukan kartu kredit atas nama 'Lavaris Revano'.

Sekarang Mikha tahu siapa namanya. Tapi bermodalkan wajah dan nama saja, mana bisa Mikha menemukannya di kampus sebesar itu. Apalagi jika dia bukan mahasiswa di kampusnya. Mikha bingung, apakah ia harus mencarinya di perpustakaan kampusnya lagi atau ke toko buku tempat mereka bertemu kemarin. 

Jika perpustakaan, bukankah dalam seminggu ini ia bisa bertemu dengan Lavaris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika perpustakaan, bukankah dalam seminggu ini ia bisa bertemu dengan Lavaris. Nyatanya mereka justru bertemu di toko buku. Tapi jika MIkha ke toko buku dan dia tidak ada juga bagaimana? Bukankah kartu ini cukup penting untuknya. 

"kau kenapa? Tumben sekali, biasanya saat makan kau yang paling semangat?" Sunny yang melihat tingkah aneh Mikha membenarkan apa yang dikatakan Grey.

Mikha berfikir beberapa saat, apakah ia perlu memberitahu teman – temannya atau tidak.

"Tidak, aku hanya sedang befikir, untuk mengejar takdir atau menunggu takdir datang padaku."Mikha memilih untuk menyimpannya dulu. Lagipula Mikha pikir, apa yang harus dia ceritakan pada sahabatnya itu? Bahwa ia jatuh cita pada orang yang tidak dia kenal? Tapi ia memiliki kartu kreditnya. Semuanya masih terlalu runyam untuk Mikha ceritakan.

***

Bermodalkan nekat. Setelah kelasnya selesai, Mikha menuju toko buku tempat mereka bertemu kemarin. 

Sambil memikirkan banyak hal dikepalanya, langkah kaki Mikha tanpa sadar menggerakan kakinya gelisah. Sesekali ia akan memeriksa jam di ponselnya sambil menghembuskan nafasnya keras. Entah kenaapa, berjalannya waktu, semakin cemas Mikha memikirkan jika lelaki itu tidak akan datang. Mikha memegang tas paperbag yang berisi jaket Lava sambil sesekali memelintir pagangannya yang tanpa sadar membatnya sedikit tenang.

Menunggu cukup lama membuat Mikha menunduk sambil memikirkan apa yang harus dilakukannya jika Lava tidak datang. Mikha akhirnya mendongakan kepala setelah berfikir untuk pulang menuju apartemennya dulu hari ini. Tepat pada saat itu, matanya bertemu dengan mata lelaki yang membuat jantungnya berbedar lagi.

"Aku bertanya - tanya apakah itu benar kau? ternyata aku benar." Lavaris mendekat sambil tersenyum manis menatap Mikhaila.

Karena posisinya yang lebih tinggi Mikha bisa melihat wajah Lavaris yang terkena sinar lampu dari toko buku membuatnya lebih bersinar. Mata teduhnya menatap Mikha lembut, yang membuat Mikha ikut tersenyum membalas senyumannya.

 Mata teduhnya menatap Mikha lembut, yang membuat Mikha ikut tersenyum membalas senyumannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang kau lakukan disini?" pertanyaan Lava menyadarkan Mikha.

"Ah, aku ingin mengembalikan jaketmu. Sebenarnya aku ingin mengucapkan ini kemarin, aku sangat berterimakasih karena kau mau meminjamkannya. Dan karena aku tidak tahu bagaimana untuk mengembalikannya padamu, jadi kuputuskan untuk menunggumu disini. 

"Dan jika aku tidak datang?" Lavaris mengerutkan keningnya.

"Hmm, mungkin aku akan datang besok?" Lavaris terlihat tidak suka degan jawaban Mikha.

"Sejak kapan kau menunggu disisni?"

"Mungkin satu jam?"

"Jika aku tidak datang berapa lama kau akan menungguku?Apa kau sudah makan?"

Mikhaila mulai bingung menjawab pertanyaan Lavaris. MIkha akhirnya hanya menjawabnya dengan gelengan untuk pertanyaan terakhirnya.

"Kalau begitu ikut aku." Lava menarik lembut tangan Mikha.

***

Pagi ini entah mengapa Mikha terus tersenyum. Mood nya memang terlihat sangat bagus sejak pagi. Apalagi kelasnya pagi ini, tidak membuatnya mengeluh karena harus bangun pagi. Sunny dan Grey yang melihatnya juga bingung dengan tingkah sahabatnya itu. Biasanya dia akan dalam mood yang bagus hanya jika dia menonton drama.

"Mikha, ceritakan padaku drama apa yang kau tonton semalam?" Mikha yang mendengarnya membalas mereka masih dengan senyuman.

"Drama? Mungkin drama romansa penuh bunga."

"Coba ceritakan pada kami drama itu?"

"Entahlah, aku juga belum tahu. Aku juga masih menunggu begaimana kelanjutan kisahnya."

"Tumben kau mau menunggu drama yang belum selesai?"

"Bukankah sangat mendebarkan menunggu kelanjutan ceritanya. Aku tidak tahu akan semenyenangkan ini menunggunya."

Senyum tidak lepas dari wajahnya. Mikhaila terus mengenggam ponselnya. Menunggu seseorang yang ia tunggu menghubunginya.

***

Bonus:

Ingatannya Lavaris terus berputar pada wanita yang ia temui kemarin. Ia menyesal, seharusnya ia tidak membiarkannya pulang sendiri, tapi jika dipikirkan lagi ia akan terlau berlebihan jika mengantarnya, mengingat mereka belum mengenal satu sama lain. Kelas hari ini juga tidak bisa membuatnya berhenti berfikir tentang wanita itu. Saat perjalanan pulang menuju apartemennya, Sepertinya tuhan mengerti isi hatinya. Matanya bertemu dengan mata jernih yang juga menatapnya kaget. Lava berguman 'kebetulan macam apa ini?' tanpa sadar senyum terukir diwajahnya, berjalan menghampiri wanita yang menganggunya beberapa hari ini. Namun, senyumnya hanya muncul sementara saat sadar bahwa ia membuat wanitanya menungu selama itu. Bagaimana jika dirinya tidak langsung pulang? bagaimana jika ia tidak berjalan kaki menuju apartemennya? Entah kenapa hal- hal itu membuat Lavaris marah pada dirinya sendiri. 

to be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

to be continue..

MIKHALAVA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang