Bab 21

14 2 6
                                    

Happy Reading!

Mikha menatap jalanan sepi dari jendela apartemennya. Waktu sudah menunjukkan tengah malam, tapi Mikha belum berniat untuk tidur di kasurnya. Sesekali ia akan memeriksa ponsel yang terus ia genggam, namun hasilnya tetap saja sama. Tidak ada pesan apapun yang ia dapat dari Lava.

Seharusnya ia yang merasa kesal saat lelaki itu meninggalkannya begitu saja. Tapi bagaimana bisa Lavaris tidak merasa khawatir atau setidaknya meminta maaf karena meninggalkannya sendiri.

Mikha benar - benar tidak mengerti apa yang Lavaris pikirkan. TIdak juga mengerti dengan sikap laki - laki itu. Mikha sadar jika hubungan mereka adalah rahasia, tidak ada yang boleh mengetahuinya dan Mikha berusaha sangat keras untuk tidak menunjukkan perasaanya pada siapapun. 

Tapi Lavaris dengan santai muncul di hadapannya dan membuatnya bingung. Bagaimana ia harus mengekspresikan dirinya di depan laki - laki itu. Di saat ia mulai merasa jika lelaki itu datang untuknya, Mikha akan selalu disadarkan oleh fakta jika Lavaris memiliki orang lain disampingnya. 

Dengan tidak berperasaan, dia mengumbar kemesraan dan menunjukkan pada dunia bahwa mereka memang pasangan yang harmonis. Lalu Mikha? Hanya bisa melihat hubungan harmonis itu dengan perasaan getir di hatinya. 

Sebenanrnya siapa yang salah? Mengapa rasanya sangat menyakitkan? Rasanya hanya dirinya yang merasa tersiksa? Mikha merasa apapun yang ia lakukan sekarang adalah hal yang membuat hatinya sakit. Hatinya goyah setiap kali ia melihat bagaimana mereka terlihat seperti pasangan yang serasi. Setiap kali pikiran itu melintas, Mikha seperti menyakiti dirinya sendiri. Dan dia hanya bisa menahannya dengan anggapan bahwa Lava hanya mencintainya, bahwa Lava memiliki perasaan yang sama dengannya. 

Tapi malam ini keyakinannya memudar. Lelaki itupun tidak ada disaat dirinya berada di posisi paling menyedihkan. Dan akhirnya, Mikha harus mengobat perasaan sedihnya seorang diri, lagi.

***

Suara bel aparemen berbunyi nyaring di telinga Mikha. Ia dengan cepat memeriksa penampilannya dan mengambil barang - barang yang sudah ia siapkan sebelum membuka pintu apartemen yang membuat seseorang di baliknya tersenyum senang.

"Senang rasanya memiliki tetangga."

Mikha tersenyum geli dengan perkataan Aaron. Malam saat Aaron mengantarkannya pulang, keduanya sangat terkejut saat sadar jika mereka tinggal di apartemen yang sama. 

"Lebih baik kita segera pergi." Aaron mengikuti Mikha yang sudah berjalan terlebih dulu menuju lift apartemennya.

Keduanya menuju mobil Aaron yang berada di basement apartemen mereka. Hari ini adalah hari kedua mereka akan melakukan pengambilan adegan. Meski Keyra bisa datang di weekend ini, namuan Mikha tetap harus datang menemaninya di lokasi nanti. Sehingga, Mikha mau tidak mau pergi bersama Aaron.

Saat melewati lobi depan apartemen, Mikha merasa dia seperti melihat mobil Lavaris disana. Tapi setelah ia pikirkan lagi tidak mungkin lelaki yang tidak menghubunginya sejak semalam itu tiba - tiba datang ke apartemennya pagi ini.

***

Mikha tidak pernah berfikir jika ia akan lebih lelah dari pada kemarin. Tapi, ia sudah sangat lelah padahal hari masih sangat siang, membuatnya ingin melambaikan bendera putih pada siapapun yang bisa menolongnya.

Bagaimana tidak, saat sampai di lokasi Mikha baru mengetahui jika pemeran utama dari produksi ini adalah Shafira Dasa. Wanita yang pernah Mikha lihat sedang menunjukkan rasa sukanya pada Lavaris. Bagian terburuknya adalah Keyra memintanya untuk membantu Shafira agar ia bisa mendalami peran sesuai naskah atau lebih tepatnya menjadi rekan dialog dari wanita itu. Sehingga Mikha mau tidak mau terus bersama Shafira selama pengambilan gambar di lokasi. 

Mikha tidak tahu bagaimana ia bisa mengekspresikan dirinya. Dia merasa sangat bingung dengan situasi ini. Bagaimana bisa mereka bertiga terikat dan terhubung di lokasi yang sama seperti ini. Memikirkannya saja sudah sangat membuatnya lelah.

Karena Mika sering hanya berdua dengan Shafira, akhirnya membuat keduanya tanpa sadar mulai membicarakan hal - hal diluar naskah. Mulai dari para pemeran, pengalaman karir Shafira, pertemanannya, bahkan percintaan wanita itu.

"Menurutmu apa yang tidak kumiliki dari wanita itu?" Shafira menatap Lana yang sedang sibuk berbicara mengenai pengambilan gambar yang diinginkannya. 

Tapi bagi Mikha pertanyaan itu seperti pertanyaan tersulit dalam ujian yang bahkan ia tidak tahu jawabannya.

"Entahlah, kenapa kau harus membandingkan drimu dengannya?" Mikha berusaha keras untuk menjauhi pertanyaan itu.

"Aku hanya penasaran bagaimana bisa aku terlihat sangat tidak sebanding dengannya. Apa aku sangat seburuk itu sampai aku tidak dipilih? Awalnya aku tidak terlalu memperduikan apa yang orang lain katakan, tapi mungkin saja kali ini aku tidak melihat sisi buruk yang ada dalam diriku. Sehingga aku pantas untuk tidak dicintai kembali." Wajah sendu Shafira membuat Mikha merasa sangat bersalah. Pikiran dan hatinya seakan kacau. Di sini, hanya Mikha yang mengetahui segala sesuatu mengenai Lava dan itu membuatnya frustasi dengan segala emosi yang menghampirinya. Mikha merasa bersalah pada Shafia karena ia tak bisa jujur padanya.

"Sepertinya itu bukan salahmu. Kudengar mereka adalah teman sejak lama, mungkin hubungan itu sudah dimulai sejak lama pula. Kau tidak perlu mencari kesalahan pada dirimu, menyalahkan dirimu hanya akan membuatmu semakin terpuruk. Bukankah hati adalah hal yang paling sulit untuk kita kendalikan? Mungkin itu juga yang terjadi pada mereka."

Mikha merasa seperti ia sedang berbicara pada dirinya sendiri. Ia bahkan tanpa sadar sedikit meluapkan perasannya pada Shafira.

"Mengapa orang lain bisa terlihat bahagia saat jatuh cinta? Sedangkan aku? Sudah jatuh tapi tidak mendapatkan cinta. Cintaku rasanya menyakitkan Mikha, rasanya sangat menyesakkan setiap kali aku bernafas. Sekeras apapun aku menangis, rasa sesak itu belum juga hilang, dan itu sangat menyakitkan. Mengapa aku terlihat sangat menyedihkan?" Mikha kali ini tidak bisa menjawab pertanyaan Shafira. Karena baginya hal ini pun seringkali ia tanyakan pada dirinya sendiri. 

"Aku tidak bermaksud membuatmu bingung. Hanya saja kadang aku merasa iri padanya. Pada akhirnya aku akan mempertanyakan banyak hal pada diriku sendiri, dan semuanya kembali pada pertanyaan 'Apa yang dia miliki dan aku tidak?" Shafira tersenyum malu saat air mata keluar tanpa dia sadari. Ia menyekanya dengan cepat dan berusaha keras menahan tangisnya.

Mikha merasa perasaan luka yang Shafira rasakan adalah jenis perasaan yang sama dengan dirinya. Dimana dia tidak bisa mengungkapkannya pada siapapun. Mikha hanya bisa memberikan pelukan erat seakan berusaha menguatkan wanita itu. Padahal Mikha juga mencari kekuatan dari pelukan itu. Mikha merasa pelukan yang ia berikan seperti kekuatan yang ingin ia dapatkan. Walaupun wanita itu tidak tahu apa yang Mikha sedang rasakan, Mikha harap Safira bisa sembuh dengan cepat dari lukanya. 

Bersambung...

MIKHALAVA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang