Bab 8

79 14 5
                                    

Happy Reading.

Mikha telah siap dengan kemeja panjang dan cardigan birunya. Ia membiarkan rambutnya tergerai untuk menutupi beberapa tanda yang Lava berikan. Melihatn sisa - sisa cumbuan Lava membuat Mikha menghembuskan nafasnya berat. Sunny menelfonnya tepat sebelum Lava melakukan hal lebih pada tubuhnya. Mikha tidak bisa membayangkan bagaimana jika ia benar - benar melakukannya bersama Lava, padahal mereka belum lama ini saling mengenal. Posisi mereka saat harus berhenti tiba - tiba membuat keduanya sangat canggung. Mikha bahkan sempat melihat kedua telinga Lava bersemu saat dia meninggalkan kamar untuk memberi ruang untuk Mikha bersiap. Setidaknya cukup meyakinkan Mikha bahwa Lava juga merasakan apa yang dirasakannya. 

Setelah Mikha selesai bersiap, Lava juga sudah mengenakan mantel panjangnya menunggu MIkha untuk mengantarnya ke kampus. MIkha yang merasa tidak enak akhirnya hanya mengiyakan dengan pikiran bahwa ini adalah kali terakhirnya menerima bantuan Lava secara percuma.

***

Sesampainya Mikhaila di depan bangunan kampusnya. Mikha segera turun setelah berterimakasih kepada Lava. Ia tidak mau orang - orang memperhatikan mereka. Sialnya, Lava justru memanggilnya dan membuat Mikha berbalik menatap Lava yang berjalan masih dengan senyumnya.  

"Kenapa kau buru - buru?" 

"Ah, kelasku akan dimulai. Kau tau beberapa professor selalu datanng lebih pagi dari waktu kelas dimulai."

"Benarkah?" Lava sudah bediri tepat dihadapan Mikha. Melihat wajahnya yang mulai mendekat mebuat MIkha tanpa sadar membuang wajahnya. Tapi sesaat Mikha bisa merasakan pipinya bersentuhan dengan bibir panas Lavaris.

 Tapi sesaat Mikha bisa merasakan pipinya bersentuhan dengan bibir panas Lavaris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu bayaranku untuk mengantarmu pagi ini." Lavaris sudah memandang Mikha dengan senyum manisnya, berbanding terbaik dengan Mikha yang masih tenggelam  dalam keterkejutannya.

Sensasi tersengat yang Lavaris berikan membuat Mikha tanpa sadar menutup matanya. Tepat pada saat MIkha membuka matanya, Ia bertatapan dengan kedua temannya yang melihatnya dengan tatapan yang tidak kalah tekejutnya dengannya.

***

Mikha harus menahan penjelasannya pada Sunny dan Grey yang terus menatapnya tajam. Ketika Mikha menyusul teman - temannya, Mikha melihat dosen rajinnya itu sudah berdiri menghitung waktu untuk menutup pintu kelas, membuat Mikha tidak bisa berbicara dengan leluasa pada teman - temannya itu. 

Kini mereka menuju taman fakultas mereka yang cukup sepi. Ketiganya duduk dimeja taman yang disediakan untuk para mahasiswa menghabiskan waktu kosong mereka. Sunny dan Grey duduk dihadapan Mikha sambil menatapnya lekat. jika tidak ada meja dihadapan mereka, Mikha berfikir mungkin ia akan dimakan oleh kedua temannya itu.

 jika tidak ada meja dihadapan mereka, Mikha berfikir mungkin ia akan dimakan oleh kedua temannya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi bagaimana kau bisa mengenalnya?" 

"Aku tidak sengaja bertemu denganya di--, perpustakaan, lalu tanpa sengaja bertemu di toko buku langgaanku lalu tidak sengaja juga ia membantuku di halte bus saat hujan, dan tidak sengaja juga dia pernah melihatku di cafe, hhmm-- ku kira seperti itu." Mikha sedikit memiringkan kepalanya mengingat bagaimana ia bisa bertemu dengan Lavaris. Ia sudah berniat jujur pada kedua sahabatnya, menyembunyikan sesuatu pasti akan ketahuan juga. pikirnya.

"Sejak kapan kau mengenalnya?" Sunny bertanya terus terang. Ia tahu sahabatnya ini sudah aneh sejak ia bisa datang pagi dan tidak terlambat. Tapi Sunny tidak menduga bahwa itu karena temannya sedang dekat dengan lelaki.

"Kalau aku hitung sepertinya sejak awal bulan ini." 

"Awal bulan? dan dia sudah berani menciummu didepan banyak orang seperti itu?" Mikha tersenyum miris menatap Grey dan Sunny yang terkejut. Jika Mikha menceritakan apa yang mereka nyaris lakukan pagi tadi sepertinya kedua temannya ini akan meledak didepannya.

"Tapi aku melihatnya beberapa kali mengingat dia adalah teman Frans di fakultasnya. Selama itu aku tidak pernah melihatnya dekat dengan wanita." Ucapan Sunny membuat Grey sedikit tenang. Grey yang tadi sempat berdiri dengan mata yang sudah membulat sempurna, kini telah duduk dengan wajah yang lebih tenang.

MIkha ikut tersenyum mendengar penjelasan Sunny. JIka Lava tidak pernah terlihat dekat dengan wanita bukankah dia bisa menjadi satu - satunya.

Senyum Mikha tidak luput dari pandangan kedua temannya.

"Kau terlihat senang, apa kau sangat menyukainya? Kau sangat menggelikan untuk seorang wanita berusia dua puluhan yang baru merasakan cinta." Grey menyindir temannya yang sedang kasmaran itu. membuat Mikha memajukan bibirnya.

"Kalian selalu memaksaku untuk berkencan, sekarang saat aku sedang jatuh cinta kenapa kau sangat menyebalkan." MIkha menatap Grey tajam yang dibalas kekehan oleh Grey karena dibanding terlihat menyeramkan, Mikha justru terlihat imut saat marah.

"Baiklah aku minta maaf, aku hanya menggodamu sedikit. Mendengar perkataan Sunny membuatku berfikir lelaki itu terlihat cukup baik. Walaupun sedikit aneh untuk lelaki setampan itu tidak pernah terlihat dekat dengan wanita lain. Tapi, selama kau bahagia kenapa tidak kau coba saja dulu." Kini senyum Mikha kembali terbit, hatinya lebih tenang mendengar temannya mendukungnya. Seharusnya bukankah sejak awal ia menceritakan Lavaris pada mereka. 

"Lebih dari pada itu, jika dia sudah sampai menciummu seperti itu lalu sejak kapan kalian berpacaran?"

"Tunggu! Apa itu dilehermu?!"

'Mikha, ingat apa yang kau pikirkan tentang berkata jujur.' 

***

11 Maret 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11 Maret 2023

Vote

Vote

Vote

Vote

MIKHALAVA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang