Karena kamu adalah hidupku.
Kisah ini hanyalah kisah dua orang yang saling jatuh cinta.
Kisah cinta dua orang yang hanya ingin saling memiliki.
Tapi sepertinya waktu tidaklah berpihak pada mereka.
Sejak kapan hubungan ini jadi hanya milikmu dan di...
"Sekarang-- , sepertinya menjalin hubungan dengan seseorang tidak seburuk yang kupikirkan." Lava tahu bahwa ini adalah kesempatannya.
"Lalu bagaimana dengan menjalin hubungan denganku?"
Mikha memiringkan kepalanya sedikit, berpura - pura berfikir. Nyatanya hatinya sedang berdetak tak karuan. Tidak ada yang tahu bagaimana senangnya Mikahila sekarang mendengar pernyataan cinta dari Lava. Betapa keras usaha Mikha untuk menahan senyum bahagianya saat ini.
"Tawaran yang cukup menarik. Tapi--"
"Boleh juga." Mikha membalikkan tubuhnya menatap wajah Lava yang terkejut dengan jawaban Mikha. Sedetik kemudian Lava sudah memeluknya hingga mengangkat Mikha ke udara, memutarnya beberapa kali hingga Mikha merasa cukup pusing. Bahkan saat berpijak, Mikha sedikit timpang. Namun tidak membuatnya berhenti tersenyum. Keduanya benar - benar menunjukan raut bahagia.
***
Setelah pernyataan cinta yang berakhir dengan bahagia itu, salah satu teman Lavaris menghubunginya untuk ikut bergabung di pertandingan basket antar program studi yang digelar sore ini. Mikha yang sudah puas bermain dan sudah merasa kenyang hanya mengiyakan ajakan Lava. Bagaimana mungkin ia ingin berpisah dihari bahagia ini, toh Mikha juga penasaran bagaimana Lava bermain basket.
"Aku akan langsung menuju ruang ganti pemain untuk berganti baju, kau bisa masuk lebih dulu." Mikha hanya mengangguk kecil lalu turun dari mobil dan melambai kecil pada Lava sebelum berjalan masuk ke dalam venue.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mikha yang baru memasuki lapangan sangat terkejut melihat banyaknya orang yang nyaris memenuhi tempat duduk. Padahal ini adalah hari minggu dan pertandingan olahraga ini hanya antara studi saja. Di lapangan tersebut juga baru ada beberapa orang berpakaian basket dengan warna biru tua dengan motif garis berwarna biru.
Berjalan pelan sambil memerhatikan jika ada kursi kosong tersedia. Mikha mendengar seseorang memanggil nama lengkapnya cukup keras.
"Mikhaila Peva." Grey dan Sunny melambai - lambaikan tangan mereka dan menunjuk satu bangku kosong di samping mereka. Mikha bergegas menghampiri kedua temannya itu.
"Tumben sekali kau datang? Kau kehabisan stok dramamu?" Ucap Grey saat Mikha baru saja duduk diantara Sunny dan Grey.
"Hanya ingin." Ucap Mikha santai, sambil memperhatikan lapangan basket dihadapannya.
"Kau tidak pernah mau saat kami ajak keluar di hari minggu. Kau bilang 'mengapa harus ke kampus disaat setiap senin hingga sabtu kau sudah ke kampus', kau juga bilang dramamu tidak bisa menunggu lain hari. Tapi tiba - tiba kau muncul seperti kerasukan, di hari minggu dan di lapangan basket kampus, tanpa alasan?" Mikha yang ditatap oleh kedua temannya hanya mengedikan bahu.
"Entahlah, mungkin selain drama dan kasurku ada hal yang lebih menyenangkan." Kali ini Mikha tersenyum senang memandang lapangan basket yang baru dimasuki oleh berapa orang berpakaian hitam dengan garis merah sehingga membuat semua orang dihadapan Mikha berdiri.
Mikha yang tidak bisa melihat akhirnya memutuskan untuk ikut berdiri bersama teman - temannya. Walaupun posisi duduknya saat ini berada di tengah, namun tetap saja jika penonton bagian depan berdiri maka ia mau tidak mau mengikutinya.
Saat berdiri Mikha bisa melihat Lavaris yang sedang berjalan dengan temannya sambil berbicara sesuatu dan sesekali tertawa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selesai mengobrol, Lava mengambil bola basket untuk melakukan pemanasan. Wajahnya sesekali melirik pada kursi penonton, mencari wajah yang dikenaliya diantara kerumunan.
"Wah ternyata rumor Lavaris datang memang benar. Apa ini juga alasan sahabatku muncul di tempat ini?" Sunny melirik MIkha yang sedangmenahan senyumnya.
"Entahlah, darimana aku harus menjelaskan ya?" Mikha bertingkah sedikit menyebalkan, membuat kedua temannya kesal. Tapi saat ia membuang matanya untuk menggoda kedua temannya itu, matanya tiba - tiba mengarah pada seorang wanita cantik dan tinggi dengan kulit putih dan dress selutut berwarna baige yang menghampiri Lava dengan senyum manis dan membawa sebuah botol minum di tangannya. Melihat interaksi mereka membuat Mikha mengerutkan keningnya tidak suka.
"Siapa dia?" Pertanyaan Mikha membuat kedua temannya menatap arah pandang Mikha.
"Dia? Kurasa hanya kau yang tidak mengenalnya. Dia salah satu wajah kampus kita. Artis muda terkenal dengan jumlah followers lebih dari 1 juta, Shafira Dasha."
"Ia juga terpilih menjadi wanita tecantik kampus ini dengan poling yang sedikit lebih banyak darimu." Kali ini Mikha yang terkejut dengan pernyataan Grey.
"Aku?" Grey menganggukan kepalanya sambil melanjutkan ceritanya.
"Polling yang pernah aku katakan tentang kau yang masuk dalam kriteria wanita tercantik di kampus. Tapi kau tidak perduli dan berkata 'itu hanya kampus, jika aku masuk menjadi wanita tercantik di duniabaru aku akan terkejut' itu yang kau ucapkan. Karena seorang aktris, dia jadi terpilih dengan mudah dan menjadi yang tercantik, seingatku Lavaris adalah yang tertampan."
"Tunggu! jadi polling itu untuk banyak hal?" Grey mengangguk dan melanjutkan
"Bahkan mereka juga terpilih menjadi pasangan yang paling ditunggu dan pasangan paling serasi. Kau juga terpilih, seingatku kau menjadi wanita yang tidak akan bisa berhubungan lama dengan orang lain."
"APA?" Perkataan Grey membuat Mikha tanpa sadar berteriak membuat Sunny harus menutup mulut Mikha dan menundukan kepalanya sedikit meringis tanda meminta maaf pada orang - orang yang menatap mereka.
Mikha yang kesal melepaskan tangan Sunny dari mulutya dan menatap Lava yang telah selesai berbicara dengan Shafira dan duduk dikursi pemain dengan Shafira yang duduk tepat dibelakangnya. Lava duduk memperhatikan para penonton didepannya seperti memindai mencari seseorang. Setelah matanya betemu dengan Mikha wajahnya tersenyum menatap Mikha yang membuat orang - orang disekitar Mikha menjerit, memikirkan bahwa Lava tersenyum pada mereka.