Happy Reading!
Kegiatan di lokasi syuting cukup sibuk. Semua orang tidak bisa bersantai karena setiap kali satu hal selesai mereka sudah memiliki tugas lain untuk diselesaikan. Termasuk Mikhaila yang tugasnya tiba - tiba berubah menjadi apa saja.
Awalnya ia bertugas membantu Shafira, namun saat Shafira mulai menguasai naskahnya dan sibuk dengan proses pengambian gambar, tugas Mikha berubah menjadi membantu tim pencahayaan mengurus barang - barang mereka. Mikha bahkan ikut membantu tim logistik membagikan makan siang mereka. Ia bertanya - tanya apakah ia harus terus menuruti semua perintah yang sudah di luar tugasnya ini.
Kekesalan di kepalanya teralihkan saat ia mendengar suara yang tak asing di telinganya. Namun, Mikha berusaha keras memfokuskan pikirannya dengan terus membagikan makanan yang dibawanya.
"Aku tahu kau selalu perhatian, tapi datang hanya untuk makan siang bersama di saat aku sedang bekerja pasti membuat mereka semain iri denganku Lavaris." Lana bergelayut manja di lengan Lava, menyombongkan kekasihnya itu pada semua orang. Orang - orang di sekitar mereka terdengar riuh menggoda pasangan itu dan terlihat sangat mendukung hubungan keduanya yang di balas senyuman manis Lava dan Lana.
Cih, bahkan namanya saja mirip, hanya Mikha yang merasa kesal. Ia bahkan tanpa sengaja memutar matanya saat melihat tingkah Lana yang manja kepada Lava. Bodohnya, Mikha juga memperhatikan bagaimana Lavaris berekasi dengan tingkah Lana padanya.
Lelaki itu hanya diam dan sedikit tersenyum sesekali saat orang - orang menggodanya. Tidak berniat untuk melepaskan, menjauh bahkan terlihat sangat nyaman dengan semua tindakan wanita itu. Karena terlalu lama memperhatikan, Mikha sempat saling bertatapan dengan Lava, namun dengan cepat Mikha mengalihkan perhatiannya dan kembali fokus pada kegiatannya yang tidak kunjung selesai.
"Kau terlihat sangat sibuk." Aaron menyerahkan satu kotak makan siang untuknya setelah Mikha selesai membagikan makan siang untuk anggota tim lainnya.
"Ya, seperti yang kau lihat." Mikha dengan sangat malas menerima kotak makan siangnya dan berjalan menghampiri Shafira yang terlihat duduk sendirian. Keduanya cukup jauh dari jangkauan orang - orang yang membuatnya tidak nyaman.
Aaron dengan santainya mengikuti Mikha dan ikut duduk di sampingnya yang membuat Mikha tanpa sadar meluapkan kekesalan yang sudah memumpuk di kepalanya. " Kenapa kau mengikutiku?" Wajah Mikha yang sudah terlihat kesal tidak membuat membuat Aaron gentar, ia dengan tidak peduli mengedikkan bahunya, " Siapa yang mengikutimu? Kau tidak lihat semua kursi sudah penuh? Atau kau ingin aku menjadi nyamuk dengan duduk bersama pasangan itu?" Mikha ingin membalas perkataan Aaron, namun Shafira memberikan isyarat dengan mengangguk seakan memintanya untuk membiarkan Aaron makan bersama mereka.
Mereka akhirnya makan siang bersama. Sayangnya Mikha tidak bisa makan dengan tenang. Posisinya saat ini, membuatnya bisa dengan jelas melihat pasangan kekasih yang sedang duduk berdua di bangku yang hanya ada mereka seperti yang Aaron katakan. Mikha berusaha fokus hanya dengan melihat makanan di depannya. Namun suara orang - orang yang terus didengar tanpa ia inginkan membuat nafsu makannya semakin menghilang.
Mikha memberanikan diri menatap apa yang orang - orang bicarakan. Lana dan Lava yang terlihat harmonis membuat orang - orang terlihat iri. Perasaan tidak suka yang timbul membuat Mikha tanpa sadar menghela nafasnya berat dan berhenti memperhatikan mereka.
Namun, tanpa sengaja Mikha justru melihat Shafira yang juga sedang melihat pemandangan yang sebelumnya ia saksikan. Tatapannya yang getir dan makanan yang sama sekali tidak disentuhnya membuat Mikha tertegun.
'Kenapa perasaan yang kau tunjukkan sekarang sama dengan yang aku rasakan? Rasanya patah hatimu itu bisa aku mengerti. Hubungan yang kujalani dengan Lavaris jelas berbeda dengan apa yang kau jalani Shafira. Tapi kenapa semua terasa sama? Aku yang memiliki hubungan rahasia dengan lelaki lain yang sudah memiliki kekasih merasakan hal yang sama seperti dirimu yang patah hati dan tidak bisa merelakan perasaannya karena laki - laki yang kau sukai sudah memiliki kekasih. Anehnya, aku merasa kau lebih beruntung karena dari rasa sakit itu kau seharusnya bisa lebih cepat melepaskannya. Tidak seperti aku yang terjebak dalam hubungan yang membuatku berharap namun tidak membuatku bahagia.'
***
Mikhaila akhirnya bisa sampai di apartemennya. Untung saja ia pulang bersama Aaron tadi, sehingga mereka bisa lebih cepat pulang dan tidak perlu kembali ke kampus seperti sebelumnya.
Hari panjang yang dilalui Mikha akhirnya berakhir. Setelah makan siang, ia terlalu sibuk dengan banyak hal yang Keyra perintahkan, sehingga ia tidak memikirkan Lava yang ternyata ada di tempat itu hingga syuting selesai. Kali ini, ia sedikit berterimakasih dengan kesibukan yang diberikan ketuanya itu.
Mikha baru melihat Lava saat ia sedang berjalan menuju mobil Aaron. Pandangannya yang tidak bisa Mikha mengerti saat mereka bertatapan membuat Mikha memilih untuk mengabaikannya dan memasuki mobil Aaron. Lagi pula tidak ada hal yang bisa ia lakukan di tempat ramai hanya untuk memastikan arti tatapan lelaki itu. Jika Mikha memikirkannya pun hanya akan membuatnya semakin gundah. Jadi, biarkan saja dia melakukan semua yang diinginkannya bersama kekasihnya itu. Mikha sudah cukup merasa lelah.
Entah itu lelah fisik atau mental yang coba untuk Mikha tahan, akhirnya runtuh seketika saat ia sampai di apartemennya. Lampu yang tidak begitu terang membuatnya semakin emosional setelah dengan sangat keras ia berusaha menguatkan dirinya dari semua tekanan yang dihadapinya hari ini.
Tapi Mikha tetaplah manusia. Rasanya sudah tidak ada alasan untuknya menahan semuanya saat ia sendirian di apartemennya. Mikha membiarkan dirinya meluapkan emosi yang selama ini ditahannya.
Belum puas ia menangis, suara deringan ponsel dan gedoran keras di pintu apartemannya membuat Mikha terkejut. Nama Lava muncul di layar ponselnya, berbarengan dengan suara Lava yang berteriak dari balik pintu.
"Mikhaila! Buka pintunya!"
Mikha segera mengusap air matanya kasar dan membuka pintu apartemennya. Wajah Lava yang penuh kemarahan membuat Mikha bingung. Lelaki itu dengan kasar menarik pintu lebih lebar dan memasuki apartemen Mikha paksa.
"Mana lelaki itu?!" Lava berteriak nyalang di ruang tamu dan membuka semua pintu yang ada sana.
"Lelaki? Apa maksudmu?" Suara kebingungan Mikha tak membuat Lava berhenti, dia bahkan berkeliling apartemen dan memeriksa setiap ruangan dengan langkahnya yang besar.
"Lavaris! CUKUP" Kemarahan Mikha membuat Lava semakin marah padanya.
"Jangan kau pikir aku bodoh! Aku tahu kau bersama lelaki lain sejak kemarin malam! JADI DIMANA LELAKI ITU?"
"KAU GILA?!"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKHALAVA (REVISI)
Storie d'amoreKarena kamu adalah hidupku. Kisah ini hanyalah kisah dua orang yang saling jatuh cinta. Kisah cinta dua orang yang hanya ingin saling memiliki. Tapi sepertinya waktu tidaklah berpihak pada mereka. Sejak kapan hubungan ini jadi hanya milikmu dan di...