Karena kamu adalah hidupku.
Kisah ini hanyalah kisah dua orang yang saling jatuh cinta.
Kisah cinta dua orang yang hanya ingin saling memiliki.
Tapi sepertinya waktu tidaklah berpihak pada mereka.
Sejak kapan hubungan ini jadi hanya milikmu dan di...
Suara Mikhaila tercekat. Ia tidak bisa berpura - pura baik - baik saja. Tangannya hanya bisa dia gunakan untuk menutup mulutnya yang bergetar, air mata sudah menggenang dipelupuk matanya. Bagaimana Mikhaila harus bertindak sekarang ketika langit seolah runtuh dihadapannya. Kisah roman yang baru dimulainya langsung diporakporandakan oleh pasangannya sendiri. Baru kemarin Mikha merasa tuhan sangat baik padanya, tapi ternyata takdir hidup menolaknya bahagia.
Bagaimana Mikha melewati ini sekarang?
Disaat yang sama dosen kelasnya memasuki kelas dan bersiap memulai kelas, membuat kedua temannya segera menatap sang dosen dan tidak memperhatikan Mikhaila yang ada di belakang keduanya. Mikha mengelap air matanya cepat pura - pura merapikan rambutnya agar tidak menarik perhatian mahasiswa lain, khususnya kedua teman dihadapannya.
***
Mikhaila menekan kuat emosinya. Ia tidak bisa terlihat sedih, apa yang harus ia jelaskan pada teman - temannya jika mereka melihat Mikha menangis sekarang. 'Lelaki yang kemarin menyatakan cinta padaku juga menyatakan cinta pada wanita lain di hari yang sama?' Mikha tidak sanggup mengatakan itu. Apa yang diihatnya barusan bahkan membuat Mikha merasa apa yang terjadi kemarin seperti mimpi. Dunia sedang bercanda padanya. Satu - satunya orang yang bisa meyakinkan Mikha hanya Lavaris. Mikha harus memastikan emua ini padanya. Dengan sisa harapan, Mikha meyakinkan dirinya untuk bertanya pada Lava. Mikha yakin Lavaris tidak mungkin melakukan itu dan teman - temannya mungkin hanya salah sangka. ya benar, seperti itu.
"Catat semua rincian tugas dan kumpulkan saat pertemuan selanjutnya." Ucap dosen kelasnya sebelum meninggalkan kelas. Mikha segera meraih tasnya untuk meninggalkan kelas.
"Mikhaila! kau tidak makan bersama kami?" Grey sedikit berteriak melihat Mikha yang sudah berada di pintu keluar kelas.
"Lain kali." Mikha berbalik sebentar sebelum melanjutkan langkah cepatnya.
"Sepertinya memang dia sedang terburu- buru."
Keinginan Mikhaila sepertinya terkabulkan dengan mudah. Tak lama sejak ia keluar kelas ia bisa melihat wajah Lavaris dari banyaknya mahasiswa yang baru saja menyelesaikan kelasnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mikhaila melihat Lavaris sedang berdiri didepan kelas sambil membaca buku tebalnya namun sesekali memeriksa ruang kelas di hadapannya seperti menunggu seseorang. Mikhaila bergegas mendekat, sayangnya kelas yang selesai bersamaan membuatnya tak bisa berjalan cepat.
Lavaris yang tidak menyadari Kehadiran Mikhaila kembali membaca bukunya. Mikha akhirnya memilih untuk memanggil Lavaris. Belum sempat ia membuka mulut, suaranya sudah tercekat dengan pemandangan yang disaksikanya sekarang.
Seorang wanita yang keluar kelas berlari dan membuat Lavaris terlihat mengerutkan keningnya. Sayangnya wanita itu tidak terlihat peduli dan tersenyum senang sambil berlari dan memeluk Lavaris. Memeluknya erat, bahkan Lavaris membalas pelukan itu, ikut tersenyum tanpa peduli bahwa banyak orang memperhatikan mereka termasuk Mikhaila.