"Ona..."
"Ih Ares! Nyebelin banget sih? Tau gak pas kamu telfon aku, bunda kamu kan ada di rumah. Kamu lupa? Aku yang baru sadar aja langsung kesini."
Ona memekik setelah ia menggebrak pintu kamar Lareska, berlarilah ia menuju tubuh kekar sang kekasihnya itu untuk ia peluk.
Sedangkan Lareska hanya menggarukkan kepalanya, untung Ona bukan tipe orang pemarah atau posesif. Lareska pun menggapai tubuh kecil Ona, mengelus rambut panjangnya yang tergerai.
"Maaf, aku gak enak badan sama.. Gak enak sama kamu kalau aku bilang."
Gadis itu berdecak dan memasang wajah pout, mengeratkan dekapan lengannya dipinggang Lareska.
"Aku gak suka kamu bohong, kalau ada apa apa bilang aja sama aku ya? Aku kan pacar kamu, aku bakal ngertiin kamu kok, Res."
Lareska tersenyum, sedikit paksa. Entahlah, pikiran Lareska sedang tak karuan dan entah apa yang membuatnya seperti itu.
"Besok aku manggung di caffe Raffles mau ikut?" Lareska memecah hening diantara keduanya berbarengan dengan melepas tautan tubuh mereka.
Ona menggeleng "Aku ada latian dance, maaf gak bisa liat kamu manggung kesekian kali." Lareska mengangguk pelan.
Oh iya, Lareska adalah salah satu anggota grup band. Band dia sering diundang di berbagai caffe besar bahkan caffe besar diluar kota sekalipun. Lareska menduduki posisi drumer dengan Gama sebagai vokalis, Asra sebagai gitaris, Hans sebagai gitaris bass dan Koko sebagai Keyboardis.
Diusianya yang masih 16 tahun, Lareska bisa dibilang sudah mampu untuk membiayai hidup dia dengan band nya. Tapi tetap saja, Lareska menekuni hal ini karena hobi. Tidak mementingkan uang, karena orangtua Lareska sendiri sudah cukup kaya raya dan hidupnya lebih dari berkecukupan.
"Gak papa, semangat ya latiannya. Sekarang jadi jalan?"
"Kamu gimana? Katanya gak enak badan."
"Ah.. gak, demi cantiknya Ares, aku masih kuat kok lagian besok juga udah gak apa.
Ona menebar senyum sangat manis, senyum milik Lareska. "Yaudah kamu mandi siap siap aku tunggu diluar ya" Ujar Ona sembari meninggalkan kamar Lareska.
☆ Vanilla ☆
Lareska dan Ona memutuskan menuju rumah makan langganan mereka, asik berbincang dan menyantap makanannya, Lareska dikagetkan dengan bunyi ponselnya yang bergetar.
"Yap, giman-"
.....
"Sialan."
.....
"Iya gua kesana, sekarang."
Panggilan diputuskan oleh Lareska dan beralih menatap wajah Ona. Ona yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan bingung pun membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANILLA [❌]
Teen Fiction"Porsi terbesar mencintai itu kamu, vanilla ku" -Lareska Kisah Lareska yang bertempur dengan perasaannya sendiri, hingga ia menyesali segala keputusannya. Lareska benci perpisahan, ia benci pertemuan, ia benci kenangan. Hingga kehidupan Lareska tan...