"Porsi terbesar mencintai itu kamu, vanilla ku" -Lareska
Kisah Lareska yang bertempur dengan perasaannya sendiri, hingga ia menyesali segala keputusannya. Lareska benci perpisahan, ia benci pertemuan, ia benci kenangan.
Hingga kehidupan Lareska tan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lareska mendekatkan bibirnya ke telinga Yasella, membiarkan netra dari teman temannya menatap aneh.
"Lo tau Se jawabannya."
Gadis itu melirik Lareska, melemparkan tatapan penuh kebingungan. "Maksud lo apa sih?"
"Gak ada maksud apa apa, cuma ngingetin eh lo lupa juga."
Lareska mengumpatkan tangan pada saku celana osisnya, menegakkan badannya dan melirik ke arah Jidan.
"Sorry, lanjut."
Yasella, Jidan, Zyva, Berly dan Reyaksa pun tak berkutik. Melihat keanehan pada laki laki bermarga Ghexion itu, mereka hanya menyimak dan tak berani bicara apa pun.
Pada dasarnya, jika Lareska tipe laki laki yang tidak mudah marah tapi jika sudah marah atau tersinggung ia tidak main main. Bahkan ia bisa membunuh siapapun di dekatnya saat itu juga, ibaratnya.
Lareska pun meninggalkan sekelompok siswa SMA Renjana itu, entah kemana kaki nya melangkah ia akan mengikuti saja. Dan ternyata rooftop. Dia masih menyembunyikan tangannya di saku, memicingkan matanya menatap pemandangan kota dari atas sekolahnya.
"Aneh. Gak mungkin gue suka sama Yase."
"Oh, lo suka sama gue?"
Laki laki itu tersentak, menatap siapa yang mendengar ujarannya itu. Mengetahuinya, ia terkekeh pelan dan kembali menatap ke arah langit. "Kenapa? Kaget?"
"Gak, gue heran aja sama lo. Aneh tau gak? Sikap lo, perkataan lo, tatapan lo juga. Aneh Res."
Yasella menghela nafasnya, "Perlakuan lo-"
"Beda."
Sejujurnya, Yasella memang pernah mengira bahwa Lareska menyukainya. Tapi itu hanya pemikiran belakanya saja, apalagi semenjak Lareska mencomblangkan dirinya ke Jidan.
Lareska mengusap surai Yasella yang berterbangan karena angin. "Gue juga gak tau, bukannya gue udah bilang? Gue gak tau apa yang gue rasain dan lakuin, salah atau benar, gue gak tau Se."
Tatapan Lareska kembali teduh, bola mata coklat milik Lareska sungguh teduh, Yasella akui itu. Dan Yasella sendiri pun tidak pernah menolak dan protes atas semua perlakuan Lareska selama ini, dari mereka masuk ke SMA Renjana hingga sekarang sudah hampir 1 semester.
"Emang yang lo rasain apa, Res?"
"Kadang gue ngerasa pengen banget ngelindungin lo, Se. Dari apapun itu, dan kadang gue ngerasa salah ngelakuin hal itu. Kadang gue ngerasa kayak gue suka sama lo tapi kadang yang gue rasain itu gak bener."
Yasella terkejut namun tak ia tampakkan, ia tetap menyetel ekspresi biasa saja. Gadis itu menghela nafas panjang, mempersiapkan beberapa kalimat untuk laki kali di sebelahnya itu. Tangan Yasella terulur menuju dada Lareska, 5 detik.
"Dia tau kok, gue juga udah pernah bilang kan? Hati lo tau kok apa yang harus nya lo lakuin dan apa yang lo rasain. Lo cuma perlu ngeyakinin diri lo sendiri. Ck, gue tadinya mau gak interaksi sama lo, jadi nyeramahin gini."