18

5 2 9
                                    

"Ehh... Hai juga!" balas Chania ikut tersenyum kearah orang yang menyapa mereka.

Avril melambaikan tanganya sebagai jawaban. Dengan segera Chania menggeserkan duduknya,memberikan orang itu tempat duduk di samping dirinya.

Yuna pun duduk di samping Chania, berhadapan dengan Avril. Ya, orang itu adalah Yuna.

"Kalian udah selesai?" tanya Yuna melihat piring milik Chania dan Avril yang sudah kosong.

"Iya, baru aja" jawab Avril.

Yuna mengangguk sambil memotong baksonya lalu memakanya. "Telat dong gue" ucap nya diakhiri kekehan.

"Enggak kok. Masih ada 10 menit buat lo ngabisin baksonya, dan kita duduk disini" jawab Chania.

Setelah itu ketiga nya diam. Avril memainkan es batu di dalam gelas sisa es jeruk nya tadi dengan sendok. Chania menidurkan kepalanya dengan tangan sebagai bantalan di atas meja kantin. Sementara Yuna masih asik menghabiskan baksonya.

"Yuna.. Gue mau tanya sesuatu. Boleh?" tanya Avril ketika melihat Yuna sudah menelan bakso tadi.

Sebelum menjawab pertanyaan Avril, Yuna menyempatkan untuk meminum es teh miliknya karna kepedasan.

"Boleh. Tanya apa?".

"Lu kenapa pindah kesini? Padahal bentar lagi mau ujian kelulusan." tanya Avril.

Chania menegakkan kembali badannya dan mulai menyimak dengan serius.

Jujur saja, ia juga bingung kenapa Yuna pindah sekolah sementara kurang dari tiga minggu lagi mereka akan ujian kelulusan.

"Gue ikut orang tua. Gue punya abang yang udah tiga tahun tinggal di sini.
Dia disuruh pulang ke Jogja gak mau, katanya udah nyaman di sini. Jadi orang tua gue yang ngalah, mutusin untuk pindah ke sini biar bisa kumpul lagi." jelas Yuna menghentikan suapan baksonya.

"Trus kok lu bisa masuk ke SMP Lentera? Biasanya kalau mau deket deket ujian gini, murid baru gak diterima" Chania juga bertanya mengeluarkan rasa penasaran nya pada Yuna.

Yuna yang sedang mengunyah bakso, segera menelan baksonya untuk menjawab pertanyaan Chania. "Ummmmmm  Gimana ya ngomong nya..." ucap Yuna terlihat sedikit bingung.

"Kenapa?" tanya Avril menaikan satu alisnya.

"Lu masuk pake cuan?" tanya Chania.

"Heh!! Omongan lu ya Nyet. Gak bisa di rem apa? Gak boleh gitu" tegur Avril melotot kan matanya pada Chania. Avril tak enak jika pertanyaan Chania tadi menyakiti hati Yuna.

"Ya kan siapa tau Mbing. Dia pun kayak bingung gitu jawab nya. "

"Gak papa kok Vril" ujar Yuna tersenyum pada Avril.

"Sebenarnya sekolah ini punya paman gue. Nah, paman gue itu anak ketiga nenek sama kakek gue dari pihak ayah. Ayah gue anak pertamanya, tadi pemilik sekolah ini adek ayah gue." sambung Yuna menjelaskan.

"HAH??? gimana gimana?!!!!" ucap Avril dengan wajah bingung. Tubuhnya sedikit ia condongkan kearah Yuna dengan pukulan pelan di atas meja kantin.

"Sole Mbing!! Kaget  gue, astaghfirullah" ucap Chania yang sedikit terkejut karna Avril.

"Sole Sole. Selow gubluk" balas Avril sedikit berdiri menjitak kepala Chania.

"Awshhh.. Sakitttttttttt" ucap Chania geram  mengepalkan kedua tangannya diatas meja.

"Astaghfirullah astaghfirullah astaghfirullah sabar kan Chania Ya ALLAH!! Banyak pahala gue hari ini  istighfar mulu karna lo." Sambung Chania.

"Udah udah... Kalian kok jadi berantam sih?!" lerai Yuna kepada dua manusia yang sudah mengganggu ketenangan dirinya untuk memakan bakso.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang