Hari menjelang sore, namun Mafu masih duduk melamun di perpustakaan, menatap tukang kebun di luar jendela yang sibuk melepas lilitan benang layangan putus di kakinya.
Gadis itu menghela napas panjangnya. Seminggu berlalu sejak Soraru memergokinya bersama Amatsuki dan Luz, setelah itu, Soraru tak pernah datang menemuinya lagi.
"Apa aku dah ngebuat dia depresot?"
Mafu memang seringkali merasa tidak enakan, padahal orang lain sering seenaknya padanya.
Ia ingin menghubungi Soraru. Bertanya apakah baik-baik saja. Tetapi ingin bertanya malu, tak bertanya rindu.
"Harusnya aku nggak bawa-bawa dia ke masalahku sama Luz. Aku harus minta maaf langsung. Semoga dia masih ada di kampusnya."
Sembari berjalan di atas trotoar menuju kampus FMIPA, Mafu fokus mengecek ponselnya, menunggu balasan Soraru.
Tiba-tiba dua orang laki-laki yang sedang mengendarai motor supra menarik tas Mafu dari belakang, membuat gadis itu jatuh tersungkur. Mafu masih mempertahankan tasnya dengan memegang erat sampai ia pun terseret-seret oleh motor kang begal yang masih melaju pelan.
Salah seorang dari pembegal itu turun dari motor, menarik paksa tas Mafu, mendorong si empunya lalu melaju dengan tak tahu dirinya bersama supra butut dan temannya yang burique.
Mafu meringis kesakitan. Ia duduk dengan meluruskan kaki, celana jeans-nya sobek dan lengan sebelah kirinya terluka sebab tergesek aspal. Tas berisi dompet dan permen jahe raib, untung saja hp Aipon masih aman digenggamannya.
Jalanan terlihat sepi, hanya ada seorang tukang sapu pinggir jalan yang merekam perbuatan pembegal dari kejauhan dengan hape blekberinya, tetapi enggan menolong Mafu.
Gadis berwajah mungil itu berjalan tertatih-tatih menuju halte dan duduk di sana. Ia mengangkat lengan yang luka lalu meniupnya.
Ponselnya berdering, balasan dari Soraru bahwa laki-laki itu masih di kampus. Mafu pun mencoba menelpon pemuda itu.
"Ano ... aku habis dibegal. Aku di halte dekat perpus. Bisa kah--"
Panggilan terputus. Kuota Mafu habis, baterai ponselnya tinggal 3%.
"Dia ... masih marah?" gumam Mafu sambil meniup luka di lengannya. "Lah, lututku luka juga? Pantesan perih." Mafu mencabut dedaunan di sekitar dan mengusapkan pada lukanya untuk membersihkan darah yang terus merembes keluar.
"MAFU!"
Gadis yang sedang terluka itu menoleh, matanya berkaca-kaca, bibir bawahnya bergetar namun masih berusaha menorehkan senyum. Retinanya menangkap seorang pemuda dengan jas lab putih berlari menghampirinya.
"Kenapa sampai begini?! Ini kan udah sore, kenapa baru pulang? Kenapa sendirian?!" cecar Soraru dengan khawatir. Ia bahkan langsung melaju dengan motornya begitu mendapat telepon dari Mafu, padahal ia sedang berkutat dengan penelitiannya di Lab IPA.
•••✴️•••
"Hoi, kamu masokis? Diobatin bukannya kesakitan malah senyum-senyum," tegur Soraru dengan tatapan datar sembari membalut perban ke lengan Mafu.
Gadis yang sedang duduk di hadapan Soraru itu menoleh ke kanan dan kiri sambil mengayun-ayunkan kakinya. Ia mengamati beberapa mahasiswa yang masih lalu-lalang di klinik universitas ini.
"Pupuru bukan anak kedokteran, kan? Kok kayak ke rumah sendiri. Asal pake ruangan," celetuk Mafu.
"Aku udah sering pakai beberapa ruangan di sini, ngebantu dosen penelitian. Tadi pas kamu telpon, aku lagi sibuk di Lab, tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
『𝕮𝖔𝖙𝖙𝖔𝖓 𝕮𝖆𝖓𝖉𝖞』 ✔ 𝚂𝚘𝚛𝚊𝙼𝚊𝚏𝚞
Fanfiction[[ INI RECEHAN ]] 15+ [Romance, Comedy] [Maso Project] -Terinspirasi dari videonya Mafu yang pake app jadi muka cewek- Manis, Jangan terburu-buru, katamu. Nanti cepat hilang, resapi saja dulu, Jalan cerita kita -Penjual Arumanis- Cover edited by : @...