21. Duh, apalagi?

2K 277 42
                                    

Tidur Jay terusik lantaran pergerakan ribut di sebelahnya. Siapa lagi kalau bukan Jungwon. Tubuhnya terus bergeser kesana-kemari tak tenang. Sedangkan sekarang pukul dua pagi.

"Aduh.."

Jay menoleh ke arah Jungwon yang sibuk memoles minyak kayu putih pada perutnya. Jay mengambilnya lalu menuangkannya sedikit pada tangannya lalu mengusap perut Jungwon.

"Kenapa gak bangunin aku?"

"Mas bobo nyenyak banget."

Jay memang akhir-akhir ini kelihatan lebih kurus. Kepikiran Jungwon, kepikiran pekerjaannya. Kadang ia bingung harus menitipkan Jungwon pada siapa. Winter kini berada di Jepang. Jake dan Sunghoon mengurus anaknya.

Sejujurnya ia juga tak enak badan, tapi Jay tak mungkin mengatakannya pada Jungwon.

"Mas, mau minum susu tapi aku takut ke dapur.."

Jay mengangguk, "duduk disini aja."

Jay melangkah menuruni anak tangga. Sejujurnya Jay juga penakut. Kayak sekarang ini, dia ngerasa ada yang perhatiin dari setiap sudut ruangan. Bahkan Jay juga merasa ada yang mengikutinya sejak tadi.

Hap!

"Astaga, Yang Jungwon."

Jungwon tertawa sembari berpegangan pada bahu Jay.

"Aku kira hantu, ternyata buntelan lemak."

Jay memperhatikan kaki si manis kemudian menatapnya lekat, "untung aku di depan kamu. Kalau engga? Jatuh kamu tadi. Lain kali jangan naik-turun tangga sendiri."

Jungwon mengangguk.

"Aku tadi takut.."

"Kamu duduk di tangga sini, liatin aku bikin susu aja. Jangan ikut turun."

Jungwon mengangguk sekali lagi.

Jungwon menatap bahu lebar milik Jay yang sibuk mengaduk susu di tangannya. Tiba-tiba terlintas dipikirannya untuk berbuat jahil.

"MAS JAY ADA HANTU!"

Jay berlari dengan susah payah karena gelas di tangannya, menaiki anak tangga perlahan kemudian berlari lagi saat sudah dekat dengan Jungwon.

"Dimana?"

"Di hatimu."

Jay merapikan kacamatanya kemudian menyerahkan susu itu. "Abis minum sikat gigi lagi, terus tidur. Aku ke kamar duluan."

Jungwon tertawa puas.

"Mas bercanda, ih."

"Bercandamu gak lucu."

"Maaf.."

"Kalau Mas tadi kena air panas gimana?" Tanya Jay.

Jay kesal.

Ingin berlalu ke kamar tapi kelewat bucin sama si Manis, akhirnya Jay menggandeng Jungwon agar kembali ke kamar.

Usai menyikat giginya, mereka berpelukkan ria di kamar dini hari, memandang langit-langit kamar dengan pikirannya masing-masing. Jungwon yang tak sabar kelahiran anaknya, dengan Jay yang takut Jungwon kenapa-napa.

"Mas Jay, kita udah sepakat buat gak lihat jenis kelaminnya, kan? Mas Jay maunya laki-laki atau perempuan?"

Jay duduk kemudian memijat pelan kaki Jungwon.

"Sejujurnya apapun itu asal sehat. Kalau di tanya maunya apa, maunya perempuan."

"Kenapa perempuan?"

Jay tertawa pelan sebelum menjawab, "mau lihat manisku versi perempuan."

"Eh?"

"Mau lihat Park Jungwon versi perempuan."

Jungwon tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Jay yang melihat itu membalas senyumannya, seperkian detik senyumnya berubah menjadi senyum jahil.

"Tapi Mas serius soal waktu itu."

"Apa?"

"Mau dua anak atau dua belas anak?"

"Dua belas anak mau buat apa?"

Jay tertawa kemudian menidurkan diri di sebelah Jungwon, menelusupkan wajahnya pada ceruk leher Jungwon.

"Buat apa aku nikah sama orang secantik kamu tapi gak bikin duplikatnya? Satu atau dua doang sayang banget, sekalian aja dua belas."

Jungwon mencubit perut Jay.

"Enak di kamu, gak enak di aku."

"Enak di kita, lah. Buktinya setiap kita making love kamu gak cukup sekali."

Jungwon mengarahkan tangan Jay ke perutnya yang tengah bergerak-gerak. Di dalam sana anaknya mendengarkan percakapan kotor kedua orangtuanya.

"Malu sama anak. Udah punya anak kok ngomongnya jorok."

Jay tertawa, "aku udah pakai bahasa sesopan mungkin, Jungwon. Making love lebih baik, daripada ngew-"

"MAS JAY!!!"

***

Jungwon merasa jenuh. Hari ini hari libur tapi Jay sibuk dengan pekerjaannya. Meskipun Jay ada di sebelahnya, tetap saja Jungwon tak di acuhkan.

"Aku tiba-tiba kangen Bunda.."

Jay bergumam tidak jelas hanya untuk menyahuti Jungwon.

"Mas, ih!"

"Apa sayang?"

"Lihat aku! Denger gak tadi aku bilang apa?"

"Iya nanti aku telepon Karina." Sahut Jay.

Jungwon menautkan alisnya bingung. "Karina?"

Jay yang sadar buru-buru menoleh ke arah Jungwon. Dilihatnya Jungwon menatapnya penuh tanya.

"Mas tadi mau telepon siapa?"

"Atasan," cuek Jay.

Jungwon dengar, kok.

Jay yang menyadari kalau Jungwon sadar memilih keluar dari kamar untuk menghilangkan rasa gugupnya.

Tangannya terus mencari-cari nama yang akan ia panggil di ponsel.

Karina.

"Karina.. bisa, kan?"





***




Kira-kira Jay mau ngapain, ya?

Anyway rekomendasi nama buat anak jeiwon dong

©sukajeiwon

GivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang