23. Diberi kejutan

2K 292 26
                                    

Jungwon terus-terusan mengeluh keram pada perutnya. Sejujurnya Jay takut untuk meninggalkannya sendirian di rumah. Tidak sendirian, sih. Ada para pembantu di rumah. Tapi Jay tetap was-was. Pasalnya dua hari yang lalu Jungwon kedapatan hampir jatuh di tangga. Tentu Jay marah besar.

"Kalau kamu mau Mas kerja kamu diem di kamar, ya."

"Bosen," bantah Jungwon.

"Terus gimana? Apa aku gak usah kerja?"

"Mentang-mentang perusahaan punya keluarga jadi seenaknya, Mas mau anaknya jadi anak yang gak bertanggung jawab nanti karena ikut Ayahnya?"

Serba salah.

"Kalau gitu kita pindah kamar di bawah," final Jay.

Jungwon ingin menolak, tapi melihat Jay dengan raut wajah yang seperti ini Jungwon keburu takut. Jay belum pernah se-marah ini sebelumnya.

"Jangan bandel, jangan lompat-lompat, jangan lari, jangan makan junk food, ngerti?"

"Bawel banget ya, Ayah?"

Mana bisa Jay berlama-lama marah padanya? Runtuh sudah pertahanannya.

"Aku berangkat. Seharusnya aku bisa pulang sore, tapi aku ada urusan sebentar. Kemungkinan pulang jam makan malam. Hati-hati, ya?"

Jungwon seketika menyesal membiarkan Jay kerja. Tapi apa bedanya? Saat bersamanya pun Jay sibuk dengan berkas-berkasnya.

***

Benar saja Jay tak langsung pulang ke rumah. Ia pergi menemui seseorang di sebuah cafetaria.

"Jay, disini."

Karina melambaikan tangannya menyuruh Jay segera duduk menghampirinya. "Maaf gue telat."

"Telat terus, gak berubah dari dulu."

Jay mendadak canggung, Karina yang sadar akan hal itu buru-buru menyodorkan satu botol air mineral pada Jay. "Bercanda aja, ini diminum dulu. Minuman sama cemilannya udah gue persen, kok. Kayak biasa, kan?"

Jay mengangguk sebagai jawaban.

"Oke, jadi ada apa? Kenapa kemarin telepon gue ngajak ketemuan? Padahal kalau mau ngomong sesuatu bisa tinggal bilang ke gue lewat telepon. Takut Jungwon tau bahaya juga, kan?"

Jay mengangguk lagi.

"Gue mau minta nomornya Bunda Hwasa."

Karina mengerutkan dahinya, "Jay Park anak pemilik perusahaan serius ngomong begini? Jay, zaman udah canggih, kita bisa berbagi kontak seluler lewat ponsel."

"Gak cuma itu, gue juga mau minta temenin lo beli keperluan bayi."

Raut wajah ceria Karina seperkian detik berubah, kemudian tersenyum lagi. "Tapi gue gak tau banyak soal keperluan bayi, lo tau sendiri gue belum punya anak?"

Duh, Jay jadi merasa tidak enak sekarang.

"Tapi tenang, selera gue bagus. Anak lo harus punya fasilitas mahal, nanti gue bantu habisin uang lo, setuju? Tapi kenapa gak beli sama Jungwon?"

Jay yang semula canggung kini mengulas senyumnya, "terlambat, Rin. Udah hamil gede, gak berani bawa jalan jauh."

Setelah menyantap pesanan mereka, mereka langsung menuju pusat perbelanjaan yang tak jauh dari cafetaria tadi.

Mereka melangkahkan kakinya menuju sebuah toko perlengkapan bayi.

Langkah Karina terhenti saat melihat beberapa pakaian anak-anak berada pada sebuah manekin. Sangat lucu. Ia menghela nafasnya kasar.

GivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang