Prolog

119 14 79
                                    

Holla, Bestie!

Welcome to my new story!😽

Cerita kali ini beda dari yang sebelumnya. Menceritakan tentang cinta segi tiga.

Penasaran sama ceritanya? Yuklah, langsung dibaca!😌

——Happy reading——

"Gak mau mampir dulu?" tanya Zahra pada Aydan Atthallah—kekasihnya. Ia mengembalikan helm merah muda pada laki-laki di hadapannya itu.

"Di rumah ada papa kamu?" Aydan menerima helm tersebut, lalu melihat ke arah pintu rumah Zahra yang terbuka lebar.

"Mobilnya sih, ada. Kayanya, papa ada di rumah, deh," ucap Zahra menatap mobil hitam milik sang papa yang terparkir rapi di garasi.

"Enggak deh, aku langsung pulang aja. Nanti kalau papa kamu tau aku nganter kamu, pasti aku kena amuk," ucap Aydan membuat Zahra menjadi tak enak padanya.

"Maaf ya, Dan."

Aydan menatap Zahra yang tertunduk merasa bersalah. "Maaf untuk apa?"

"Maaf, orang tua aku belum bisa nerima hubungan kita," ucap Zahra pelan. "aku gak tau, apa alasan mereka selalu nentang hubungan ini. Tapi yang jelas, aku selalu berusaha untuk bujuk mama sama papa, supaya mereka mau kasih kamu kesempatan untuk jaga anak perempuan mereka."

Zahra menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan tangis yang tiba-tiba ingin keluar.

Aydan menangkup wajah Zahra, supaya gadis itu mau menatapnya. "Mereka pasti punya alasan yang jelas buat ngelakuin itu. Tapi yang harus kamu tau, aku gak akan nyerah gitu aja sama hubungan kita!"

"Beneran?" Zahra menatap Aydan dengan mata merahnya.

Aydan mengangguk mantap. "Kita gak akan pernah putus, apapun yang terjadi!"

"Apapun?"

"Apapun!" Aydan mengelus pipi Zahra lembut. Ia sangat mencintai gadis di hadapannya itu, gadis yang sudah menjadi pacarnya selama 2 tahun belakangan ini.

"Yaudah, kalau gitu aku pulang dulu, ya?" pamit Aydan pada kekasihnya.

Zahra mengangguk pelan. "Kamu hati-hati ya, kalau udah sampai rumah kabarin aku!"

Aydan mengangguk, ia pergi setelah mencium kening Zahra lembut. Membuat gadis itu tersenyum malu.

Gadis berhijab pashmina hitam itu menatap sang kakak, yang entah sejak kapan berdiri di situ. Ia melangkah mendekatinya.

"Kamu masih pacaran sama dia?" tanya sang kakak—Ghibran Arfan Alhusayn.

Zahra menyalimi tangan Ghibran, lalu sedikit memiringkan kepalanya."Iya, emang kenapa?"

Ghibran berdecak pelan. "Gak boleh pacaran, dosa!"

"Tapi aku suka sama dia, Kak. Kita berdua saling cinta!" ucap Zahra pelan. "lagian, kita gak ngapa-ngapain, kok."

"Saling cinta?" ulang Ghibran menatap sang adik tak percaya.

Zahra mengangguk tegas.

"Saling cinta kok pacaran? Nikah dong, biar pro!" tukas Ghibran tersenyum miring, membuat Zahra memanyunkan bibirnya. "kalau nikah, kan, bonus anak."

"Ih, kakak. Dikira nikah gampang kali, ya? Susah tau!" Zahra mendengus kesal.

Ghibran mengangkat sebelah alisnya. "Yang bilang gampang, siapa?"

Message From Heart | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang