07 - Rumah Baru

37 11 82
                                    

Hollaaa!

Kembali lagi bersama aku, author yang calumut (cantik, lucu, dan imut) ehe😌😂

Tim es teh manis atau teh anget?

Aku sih es teh manis, tapi minumnya bareng Jaemin😌

——Happy reading——

"Assalamualaikum." Zahra memasuki rumah dengan perlahan. Menatap sekitar dengan seksama, takut-takut jika orang tuanya tiba-tiba muncul. Pasalnya, ia hanya izin pada Daffa, tapi tidak dengan orang tuanya. Jika ia meminta izin pada keduanya, sudah dipastikan ia tidak akan mendapatkan izin.

"Kayanya aman, deh," gumam Zahra. Setelah memastikan keadaan aman, Zahra langsung lari ke kamarnya yang berada di lantai dua.

"Zahra?"

"Astagfirullah." Zahra mengelus dada kaget, saat Daffa tiba-tiba memanggilnya. "Ihh, Mas Daffa ngagetin aja, deh!"

"Maaf, Za. Abisnya, kamu ngendap-ngendap, gitu. Kenapa, sih?" tanya Daffa penasaran. Zahra menutup rapat pintu kamarnya, lalu berjalan mendekati Daffa yang baru selesai mandi.

Zahra menggeleng pelan. "Em, gapapa, Mas."

"Beneran?"

"Iyaaa. Mas Daffa, baru selesai mandi?" tanya Zahra mengalihkan pembicaraan. Zahra mengendus bau mint yang menguar dari tubuh tegap Daffa.

"Iya, nih. Kamu udah ketemu temennya?" tanya Daffa diangguki Zahra. "yaudah, gih, mandi!"

"Iya, Mas."

"Za."

"Kenapa, Mas?" Zahra menatap Daffa yang tampak bingung.

"Habis mandi beresin semua barang kamu, ya. Besok kita pindah," ucap Daffa membuat Zahra terkejut.

"Pindah? Pindah rumah, maksudnya?" tanya Zahra diangguki Daffa. "pindah ke mana, Mas? Ke rumah orang tua Mas Daffa?"

"Bukan. Kita pindah ke rumah saya, maksudnya ... rumah kita." Daffa mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil di tangannya.

"Rumah kita?" Zahra mengerutkan keningnya bingung. "Sejak kapan, kita punya rumah? Kita kan, baru nikah kemarin."

"Itu hadiah pernikahan dari abi sama umi, buat kita," ucap Daffa menatap Zahra.

"Terus, kita cuma tinggal berdua? Mama sama papa, tau soal ini?"

Daffa mengangguk membenarkan. "Saya mau kenal kamu lebih jauh, Za. Saya mau lebih dekat lagi sama kamu."

"Tapi kan, tadi Mas Daffa setuju untuk gak bulan madu. Kenapa sekarang, tiba-tiba malah ngajak aku pindah?" Zahra menatap Daffa tak mengerti, membuat suaminya itu tersenyum.

"Saya memang gak setuju untuk bulan madu. Tapi bukan berarti, saya tolak usulan papa untuk bisa lebih dekat sama kamu," ucap Daffa tegas. "saya mau lebih dekat dan lebih mengenal kamu, dari pandangan saya sendiri. Bukan dari orang lain, Za."

Zahra mengatupkan bibirnya yang terbuka. Ia menunduk, mengusap pipinya yang tiba-tiba memanas. "Zahra belum siap buat jauh dari mama sama papa, Mas."

Daffa melangkah pelan, berdiri di hadapan perempuan yang menjadi istrinya itu. "Siap gak siap, kamu harus siap, Za. Kamu harus ikut, kemana suami kamu pergi."

"Mas ...."

"Saya gak maksa kamu, untuk buka hati secepatnya. Saya cuma mau, kamu kasih saya jalan, supaya saya bisa ambil hati kamu dengan cara saya sendiri. Saya tau, ini semua terlalu mendadak buat kamu. Tapi mau gimana pun, ini udah terjadi, Za. Kamu mau kan, bantu saya?"

Message From Heart | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang