Hai, bestie!
Boleh minta satu solusinya buat Zahra?
Semoga masalah Zahra cepet terselesaikan, ya🙂
——Happy reading——
"Gulanya ditaruh di mana sih, Za?" tanya Ghibran yang sedari tadi tak kunjung menemukan gula pasir.
"Ada di rak sebelah kiri, Bran, toples bening," jawab Daffa yang tengah menata piring di meja.
"Owh, iya. Kenapa disimpen di sini, sih? Susah tau nyarinya," gerutu Ghibran pelan. Ia menuangkan satu setengah sendok gula, ke dalam gelas yang terisi sesendok bubuk kopi. Lalu menuangkan air panas dan mengaduknya.
"Aduh, panas!" Ghibran mengusap lidahnya yang terasa panas. Lantaran menyeruput kopi, tanpa mengingat jika itu masih terlalu panas untuk dinikmati.
"Kata Zahra sih, biar gak ketahuan semut. Makanya, ditaruh di tempat tersembunyi," ucap Daffa saat istirnya lagi-lagi tak menjawab pertanyaan Ghibran.
Alis Ghibran berkerut heran. "Dih, ngaruh banget."
Daffa mengangkat bahu tidak tahu. Ia menatap Ghibran saat mendengar suara ketukan pintu. "Kayanya, itu mama sama papa, deh. Biar aku aja yang keluar, sebentar."
Ghibran mendekati sang adik yang sedang mencuci piring, saat memastikan Daffa sudah pergi dari dapur. "Za."
Ghibran memiringkan kepalanya. Memperhatikan wajah Zahra dengan seksama. Gadis itu tampak menatap lurus ke depan, dengan tatapan kosong. Membuat Ghibran menepuk pelan pundaknya. "Zahra!"
"Eh, iya? Kenapa?" Zahra menatap Ghibran linglung.
Laki-laki berhoodie abu-abu itu berkacak pinggang, seraya berdecak pelan. "Kamu tuh kenapa, sih? Dari tadi ngelamun mulu. Hati-hati, kesambet kamu."
"Apaan sih, Kak? Orang aku gak ngelamun," elak Zahra, membuat Ghibran memutar bola mata malas.
Ghibran menyandarkan tubuhnya pada wastafel, lalu menatap Zahra yang berada di sebelah kirinya. "Za. Kakak mau nanya, boleh?"
"Tanya apa?" Zahra menatap Ghibran sekilas, lalu kembali fokus pada piring di tangannya.
"Kamu udah gak berhubungan lagi kan, sama Aydan?" tanya Ghibran, membuat Zahra menghentikan kegiatannya.
"Masih." Zahra menunduk seraya menahan napasnya.
Ghibran menatap adiknya tak percaya. "Kamu udah punya suami, loh, Za."
"Iya, Kak, aku tau."
"Kalau kamu tau, kenapa masih berhubungan sama dia?" tanya Ghibran tak mengerti.
"Aku gak tau harus mulai dari mana, Kak. Aku ...." Zahra menggigit bibir bawahnya, kala merasakan rasa sesak yang menjalar hebat di dadanya.
"Kalau kamu gak berani bilang jujur, biar Kakak yang bilang. Sini, HP kamu!" Ghibran menyodorkan tangan kanannya, membuat gadis berhijab pashmina hitam itu menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Message From Heart | Na Jaemin
Teen Fiction[Tertarik untuk baca? Follow dulu dong!] 🦋 "Saya suka sama kamu," ucap Daffa tiba-tiba. Membuat Zahra tersedak teh manis yang diminumnya. "Uhuk, uhuk!" "Kalau minum hati-hati!" Daffa mengelap lembut bibir Zahra menggunakan jari jempolnya. Zahra men...