Kalian tahu cerita ini dari mana?
Jam berapa kalian baca part ini?
Suka gak sama cerita ini?
Tinggalkan jejak, ya!
——Happy reading——
"Ma–maksud kamu, apa?" tanya Zahra tak mengerti. Calon suami, katanya? Huh, pasti ia salah dengar.
"Saya calon suami kamu," ulang Daffa tanpa beban. Ia tersenyum kecil, saat melihat wajah tak percaya milik Zahra.
Zahra tertawa tak percaya. "Aduh, masnya ngaco banget. Baru ketemu, udah ngaku-ngaku aja."
"Zahra." Zahra langsung menatap sang mama yang memanggilnya. "Yang dibilang sama Daffa bener, dia calon suami kamu."
"Kalian dijodohin!" tukas Jasim, membuat Zahra menatapnya tak percaya.
"Dijodohin? Papa jangan bercanda, deh! Zahra baru lulus, Pa."
"Emang kenapa, kalau kamu baru lulus? Salah, kalau nikah muda?" tanya Jasim menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa single.
"Jelas, lah! Zahra masih kecil, Pa. Lagian juga, Zahra punya pa–"
"Sepertinya, Daffa dan Zahra perlu bicara berdua," potong Jasim, membuat Zahra kesal. "Ghibran, temenin adik kamu!"
"Iya, Pa. Ayok, Daff!" Ketiganya langsung ke teras rumah. Kebetulan, di teras rumah ada tiga kursi dan meja kayu jati dekat garasi mobil.
"Kenapa tiba-tiba, sih?" tanya Zahra membuka pembicaraan.
"Gak tiba-tiba kok, Papa udah bilang soal ini dari lama," timpal Ghibran duduk sebelah kanan Zahra. Sedangkan Daffa di sebelah kiri Zahra.
Zahra menatap sang kakak tak percaya. "Kok, aku gak tau?"
"Karena, kamu gak dikasih tau. Papa maunya nunggu kamu lulus, baru deh dibicarain lagi." Mendengar perkataan sang kakak, membuat Zahra kesal bukan main.
"Kak! Aku berhak tau, apalagi ini menyangkut masa depan aku," ucap Zahra kesal. "Kakak kan tau, aku belum siap nikah. Aku baru lulus beberapa hari yang lalu loh, Kak."
"Ya, mau gimana lagi? Papa kan, gak suka dibantah," ucap Ghibran menghela nafas panjang.
"Tega ya, kalian." Zahra menjatuhkan bahunya lesu. Ia menatap Daffa yang sedari tadi terlihat santai. "Kamu ... jangan bilang kalau kamu terima perjodohan ini?"
"Bisa dibilang, iya." Daffa menganggukan kepalanya.
"Kenapa kamu gak nolak, aja?" ucap Zahra membuat Daffa menatapnya.
"Kenapa harus saya, kenapa gak kamu aja yang nolak? Lagian, kenapa saya harus nolak kalau itu kamu?" tanya Daffa menaikkan sebelah alisnya, membuat Zahra semakin geram.
"Aku mana berani lawan papa," gumam Zahra kesal. "lagian, kok kamu mau sih terima perjodohan ini? Kita gak saling kenal, baru ketemu malah. Aku juga masih bocil, belum siap nikah."
"Siapa bilang kita gak kenal? Kita saling kenal, kok. Kamu gak inget sama saya?" Daffa menatap Zahra sedikit lebih lama, lantaran mengagumi kecantikan gadis tersebut.
Zahra memicingkan matanya penuh selidik, lalu menggeleng pelan. "Mau saling kenal di masa lalu pun, bukan berati aku bakalan terima perjodohan ini!"
"Kenapa gak mau? Daffa itu cowok yang baik, bertanggung jawab, dan pinter. Dia mahasiswa lulusan terbaik di salah satu universitas terbesar di kota ini!" terang Ghibran penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Message From Heart | Na Jaemin
Teen Fiction[Tertarik untuk baca? Follow dulu dong!] 🦋 "Saya suka sama kamu," ucap Daffa tiba-tiba. Membuat Zahra tersedak teh manis yang diminumnya. "Uhuk, uhuk!" "Kalau minum hati-hati!" Daffa mengelap lembut bibir Zahra menggunakan jari jempolnya. Zahra men...