16 - Ospek

22 4 55
                                    

Annyeong!

Wp makin ke sini makin sepi, ya.

Semangat nulis pun makin nurun😖

Tapi keinginan untuk bisa terbitin buku gede banget🙂

Agak serba salah yaaa')

——Happy reading——

Zahra menatap sepasang mata di hadapannya, seraya mengerjap pelan. Kalau boleh jujur, ia sedikit terpesona oleh mata indah tersebut. Netra hitam pekat, dengan bentuk yang tak terlalu besar juga tak terlalu kecil itu, mampu membuatnya tersihir.

Hingga Zahra tak menyadari posisi mereka. Ia dan si pemilik mata indah tersebut jatuh bersamaan, dengan posisi kepala menimpah tangan kanan milik laki-laki itu.

"Bisa minggir, gak? Kepala lo berat," ucap orang tersebut membuat Zahra tersadar dari keterkagumannya.

"Eh?" Dengan cepat, Zahra langung beranjak bangun dari posisinya.

Azam yang mengetahui Zahra terjatuh, langsung berlari ke arah gadis tersebut. Ia membantu Zahra bangun dengan perlahan. "Kamu gapapa, Za? Ada yang luka, gak?"

"Gak ada, Kak. Aku gapapa, kok, aman," ucap Zahra membersihkan lengan bajunya yang sedikit kotor. "makasih, Kak."

"Iya, Za, sama-sama. Tapi, ini beneran gapapa?" tanya Azam diangguki cepat oleh Zahra.

Zahra menatap laki-laki yang ditabraknya tadi. "Maaf, kamu gapapa, kan?"

"Gue gapapa, kok. Tapi lain kali kalau ngiket tali sepatu yang kenceng dong, biar gak jatuh. Bahaya tahu, apalagi sampai bikin orang lain ikut jatuh juga," ucap laki-laki bermasker putih tersebut seraya membersihkan rambutnya.

 Bahaya tahu, apalagi sampai bikin orang lain ikut jatuh juga," ucap laki-laki bermasker putih tersebut seraya membersihkan rambutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ma–maaf, aku gak sengaja." Zahra menunduk merasa bersalah sekaligus malu. "Lagian juga, kamu jalannya buru-buru tadi."

"Kali ini gue maafin, tapi gak tau kalau lain kali," ucap laki-laki yang tidak diketahui nama dan wajahnya itu melenggang pergi.

"Ish, jadi cowok songong banget, sih. Namanya juga gak sengaja. Lagian, siapa juga yang mau jatuh," gerutu Zahra menatap sebal punggung tegap yang mulai menjauh itu.

"Mungkin dia lagi buru-buru, Za. Makanya, jawabnya jadi sedikit sensi gitu," ucap Azam membuat Zahra tersenyum kikuk.

"Eh, i–iya, Kak."

"Yaudah, yuk!" Keduanya langsung melanjutkan jalan menuju lapangan ospek.

——

"Zahra?"

Zahra mendongak, menatap orang yang telah menyerukan namanya. "Loh, Khanza?"

Khanza berjalan mendekati Zahra yang tampak kebingungan. "Hai, kita ketemu lagi."

Message From Heart | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang