Haiii!!
Slow up banget ygy, otakku akhir² lagi buntu:(
Agaknya kudu healing ke sokor deh, sekalian ketemu ayang😌☺
Monmaaf ya kalo berantakan, harap dimaklumi.
——Happy reading——
"Kamu mau pulang bareng aku gak, Za? Kebetulan aku bawa mobil sendiri," ajak Khanza berdiri di samping mobil merahnya.
"Enggak, makasih. Aku mau minta jemput abangku aja," tolak Zahra halus.
"Kamu punya abang, Za?" Khanza menatap Zahra dengan mata bulatnya.
"Punya, satu."
"Ganteng gak, Za?" tanya Khanza penasaran.
"Biasa aja, jelek malah," ucap Zahra membuka tasnya, mencari barang yang saat ini ia butuhkan.
"Masa sih? Gantengan abang kamu atau kak Azam?"
Kening Zahra berkerut bingung. "Kenapa jadi bawa-bawa kak Azam?"
"Ya, siapa tau abangmu jauh lebih ganteng dari kak Azam. Jadi kan, bisa aku gebet," ucap Khanza membuat Zahra menatapnya malas. "gapapa, Za, siapa tau jodoh. Nanti kan, kamu bisa punya kakak ipar yang calumut kaya aku."
"Calumut?"
"Iya. Cantik, lucu dan imut." Khanza berpose seimut mungkin, layaknya seperti akan difoto.
"Dih, narsis." Zahra mengangkat bahunya geli. "Lagian, kamu bukan typenya bang Ghibran."
"Owh, namanya Ghibran? Emang, typenya bang Ghibran yang kaya gimana, Za?" tanya Khanza mendekatkan tubuhnya pada Zahra. Membuat gadis tersebut semakin memperdalam kerutan di keningnya.
Zahra mengetuk dagunya menggunakan jari telunjuk. Berusaha mengingat ucapan Ghibran tempo lalu, tentang kriteria wanita idamannya. "Typenya bang Ghibran tuh yang kalem-kalem manis, gitu. Terus salehah, pendiam, penurut, keibuan. Pokoknya, type cewek yang manis unyu-unyu, gitu deh."
"Wah, kebetulan banget. Aku unyu-unyu imut, keibuan, penurut. Cuma, sayangnya aku gak kalem," ucap Khanza menghela napas lesu di ujung kalimatnya.
"Siapa suruh kamu ngarepin bang Ghibran? Dia tuh orangnya resek banget, jahil lagi," ucap Zahra mendengus kesal.
"Tapi seru kan, Za, kalau punya abang? Ada yang jagain kamu, nemenin kamu, selalu jadi orang pertama yang belain kamu."
Zahra mengangguk setuju. "Iya, sih. Tapi, ya ... tetep aja resek."
"Iya deh, iya. Aku pulang duluan gapapa, kan? Soalnya, rumahku lumayan jauh dari sini," ucap Khanza membuka kunci mobilnya.
"Iya, silakan. Kamu hati-hati di jalan, ya?"
"Oke, kamu juga. Kapan-kapan, aku boleh kan main ke rumah kamu?" tanya Khanza membuat mata Zahra sedikit membola kaget.
"Ah. E–iya, boleh." Zahra hanya bisa menampilkan senyum kikuknya. Sebenarnya, ia ingin melarang Khanza, karena takut jika gadis itu tahu semuanya. Tetapi, ingin melarang pun tidak tahu harus memberikan alasan apa.
"Oke deh, kalau gitu. Bye-bye, Zahra." Khanza memasuki mobilnya, dan mulai menyalakan mesin kendaraan beroda empat tersebut.
Zahra hanya melambaikan tangannya, saat Khanza membunyikan klakson mobil seraya melintas di depannya. Ia menatap area parkiran yang mulai sepi, karena sebagian mahasiswa dan mahasiswi sudah pada pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Message From Heart | Na Jaemin
Teen Fiction[Tertarik untuk baca? Follow dulu dong!] 🦋 "Saya suka sama kamu," ucap Daffa tiba-tiba. Membuat Zahra tersedak teh manis yang diminumnya. "Uhuk, uhuk!" "Kalau minum hati-hati!" Daffa mengelap lembut bibir Zahra menggunakan jari jempolnya. Zahra men...