Bahkan orang kuat pun punya titik lemah, dan sesekali ingin didengar juga. Dipeluk, disayang, diberi pundak untuk bersandar. Karena di dunia yang keras ini, kita selalu butuh seseorang yang membuat kita merasa punya tempat untuk pulang dan beristirahat, berkeluh kesah, lalu tertawa bersama.
-Micella.🔥🔥🔥
Hihiw, i'll be back!!!!!!!!!!!!!!
Aku tau kalian ngga kangen aku, tapi aku kangen kaliaannnnn [boong bgt]
Lanjut part aja thor, basi euy.🌻🌻🌻
Drrrtt
DrrttEntah sudah berapa kali ponsel milik Ken bergetar, Bunda tak henti menelponnya. Namun Ken enggan untuk berbicara pada Bundanya itu. Micell yang memperhatikan merasa risih.
"Angkat aja kenapa sih? lo ga boleh kayak gitu jadi anak,"
"Gua males debat, Cell." Ucap Ken santai sambil menyeruput jus jeruknya.
"Lo udah berapa hari ga pulang?"
"Baru tiga hari, sama ini." Kata Ken mengingat.
"Besok lo pulang,"
"Lo ngga akan ngerti, gua benci debat sama Bunda karena gua pasti kalah, tapi gua juga capek nurutin kemauannya yang selalu bertolak belakang sama keinginan gua, Cell."
"Iya, gue paham. Tapi yang namanya orang tua pasti mau yang terbaik untuk anaknya, Ken."
"Lo yang terbaik buat gua!"
Micell diam tidak menanggapi lalu meninggalkan Ken di taman belakang rumahnya.
"Nih,"
Micell kembali dengan membawa sepiring buah mangga yang sudah diiris Bibik.
"Tumben lo yang buat," Ken mencomot mangga dari piringnya.
"Engga sih, Bibik yang siapin." Jujur Micell.
"Gua udah nebak sih,"
Sore itu Ken sengaja berkunjung ke rumah Micell, karena Renza sedang tidak berada di rumah dan juga apartemennya. Cowok pakboi itu sedang menjalani ritual bersama ciwik-ciwik pesanannya.
Ken bukannya tidak menyukai hal menyenangkan seperti itu, hanya saja ia malas dengan kesenangan semata yang berujung petaka. Lain halnya dengan Renza yang senang dengan kebodohannya. Maklum anak tunggal kaya raya dan diberi kebebasan sejak lahir, jadi suka semaunya.
Drrtt
Kali ini handpone milik Micell yang bergetar. Micell melirik layar ponselnya yang menampilkan nama Renza disana.
Dahinya mengernyit, untuk apa cowok itu menelpon Micell?
"Siapa?" Tanya Ken.
"Temen lo tu,"
Ken ikut melirik layar ponsel Micell yang tergeletak di meja.
"Hal- Micell, bilang Ken, jemput gua." Teriak cowok disebrang telpon.
"Apa?" Ken mencoba mencerna perkataan temannya itu.
Brugg
"Lo kenapa bangsat?" Tanya Ken sedikit khawatir.
"Gua- pusing. Kesini Ken, gua ga bis-sa nyet-tir, duh anjing pala gua sakit!"
"Ya, kemana woi!"
"Jalan mawar nomor 21."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi! Micella.. [On Going]
Teen FictionGenre : Teenfiction. 🌻🌻 Hallo! Readers.. Ini cerita pertamaku, maaf ya kalo banyak salahnya.. Hi! Micella.. Bagaimana dirimu? senangkah kamu saat ini? Bahagiakah? Kamu tau. Ada jutaan manusia di Bumi. Tapi yang dihatiku adanya kamu. "Ah, Ken modus...