Begitu sampai,mereka dikejutkan dengan kamar yang sudah tidak ada bentuknya,ulah siapa? Renjun tentunya.
Sangat ingin marah, tetapi mereka tahu bahwa renjun itu gampang rapuh,dibentak sedikit sudah menangis,dicueki dikit menangis. Begitu saja terus.
Winwin memegang kepalanya, tiba-tiba pusing melihat kamar ketiga anaknya yang selalu rapih sekarang? Tidak ada bentuknya. "NA RENJUN!" renjun yang terkejut menatap jaemin.
Tangisnya semakin deras karna suatu hal,
Pertama,ponselnya
Kedua,jaemin membentaknya
Ketiga,pasti mereka akan menghukum renjun lagi..."Daddyー eung. . . Kembalikan ponsel injunーhiks kembalikan!!" Renjun memeluk kaki Jeno, memohon untuk mengembalikan yang ia cari.
Jeno memberi kode untuk memintanya pada jaemin,dan benar saja! Renjun sekarang memeluk kaki jaemin, "hiks kembalikan daddy!!! Injunーinjun memiliki benda hiks penting disana,injunーhiks injun janji tidak akan nakal lagi...janji!"
"Jelaskan tentang kamar ini!" Renjun melepaskan pelukannya,dan memilih berguling-guling di lantai mencoba membujuk jaemin.
Jaemin tergoda? Tidak.
Duk!
Renjun membangunkan tubuhnya,mereka berempat tahu sebuah terompet akan segera ditiup.Yuta berlari pada renjun dan menggendong anak itu,tangan renjun masih pada kepalanya "jangan menangis,bereskan kamar ini lalu papa akan membantu mu untuk meminta kembali ponsel mu okey."
2 jam berlalu,tangis renjun mulai mereda tetapi tenaganya juga ikut mereda "lelah mungkin,biarkan dia istirahat lalu bantulah dia mengerjakan pekerjaannya dikamar" yuta menidurkan renjun disofa kosong didekat situ.
Sampai malampun tiba... "Kami pulang dulu,sudah malam" jaemin mengangguk mengiyakan kata-kata orang tuanya.
"Jaemin!!! Renjun mati atau bagaimana?!!!" Jaemin menatap sengit Jeno,bicara apa anak itu? Mati? Awas saja_batin jaemin.
Setelah pulang,jaemin langsung menerjang Jeno "dasar gila! Kau bilang renjun mati eoh?! Mau berapa tusukan? 15? 20? Aku siap menusuk mu Sekarang,pisaunya sudah lumayan tajam."
Jeno begidik mendengar ocehan tak jelas dari jaemin "aneh" satu kata itu keluar dari bibir indahnya Jeno,jaemin hanya mengangguk,ia mengakui kalau dirinya memang aneh.
"Aku akan meminta ahjumma membuatkan bubur abalone, sepertinya sangat enak. Aku merー benar,mama sudah memasaknya! Baiklah aku akan memasak dan kau tunggu sampai bayi rubah yang nakal itu bangun"
Tak perlu waktu yang lama,renjun benar-benar terbangun "eung..." Renjun menerjapkan matanya,sebuah cahaya terang menerpa wajah cantiknya.
Sangat silau. Renjun menyenderkan kepalanya dipunggung lebar Jeno yang ada disebelahnya, "makan dulu baby" titah jeno.
Renjun menggeleng, mengingat kejadian tadi siang. . . "Tidak mau,injun mau kekamar duー ah! Sialan kau!" Umpatnya karna menginjak sesuatu yang agak tajam.
"Bicara apa tadi? Ucapkan sekali lagi dan Daddy akan membuat mu kehilangan nafas" Jeno tersenyum menghilangkan matanya.
Seolah tuli,renjun kembali mengucapkan kata yang sama membuat Jeno menyeringai "Jaem! Kita ada job!" Jaemin datang dengan sarung tangan karet ditangannya,dan celemek bagian depan.
"Job apa?" Tanya jaemin. Jeno memberikannya tatapan pada renjun yang tengah menatap keduanya dengan tatapan polos "kau tahu? Dia baru saja mengatakan hal yang sangat tidak patut diucapkan."
Mata renjun membola "tapi bagaimana dengan daddy? Injun juga harus menghukum daddy kalau begitu!"
Jaemin tersenyum, melepaskan sarung tangan dan celemek yang ia gunakan "ahjumma! Aku membuat makanan didapur,tolong urus dulu ya!" Teriak jaemin.
"Bawa."
Setelah sampai,Jeno melumat bibir renjun dan menghisapnya, sedangkan jaemin membuka pakaian yang renjun kenakan. Lalu membuat tanda dibawah sana.
Lumatan itu sangat sulit untuk setarakan,renjun juga mulai kewalahan dsn memukul dada Jeno untuk berhenti.
Bukannya berhenti,Jeno dan jaemin malah semakin ganas"Hukuman untukmu tak ada ampun baby." Jaemin mengeluarkan deep voice yang jarang sekali ia keluarkan, sangat menggoda dan menakutkan.
12 menit berlalu,wajah renjun semakin memerah,bahkan hampir menjadi biru.
Setelah itu Jeno melepaskan ciumannya dan tertawa.Renjun menghirup udara secara rakus layaknya habis dicekik "ah! Aku hah hampir saja mati!" Nafas renjun terengah-engah.
Keduanya tertawa "makanya,kalau diomongi harus nurut, sekarang lihat siapa yang tersiksa" tawa Jeno tanpa dosa sedikit pun.
4 jam...
"Daddy injun lelah..."
"Makanya,kamar jangan diberantakkan! Kalau begini siapa yang susah? Renjun juga kan?" Renjun mengangguk.
"Sudah,mandilah lalu turun kebawah untuk makan, sisanya biar Daddy yang urus"
"Iyalah! Turun pasti kebawah,masa turun keatas!" Jaemin mencekik renjun perlahan, sedangkan sang empu hanya bisa tertawa.
"Jangan menggoda,atau injun akan Daddy gigit sampai menangis!" Renjun terbungkam seketika,dan giliran Jeno yang tertawa, "ulangi lagi saja supaya kami bisa membuat tanda yang banyak untukmu baby boy." Saut Jeno
Setelah itu renjun mandi,lalu turun untuk makan. Renjun mengganti pakaiannya dikamar mandi,takutnya Jeno ataupun jaemin mengganggunya lagi dan membuatkan banyak tanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy -norenmin
Fantasidi sebuah jalanan terpampang bahwa ada seorang batita tengah menangis karna seorang wanita,namun itu biasa bukan? jalanan memang terdengar berisik. disitulah jaemin melihat detik² seorang batita akan dibunuh oleh ibunya sendiri,rasa kasihannya karna...