5. Izin

3.1K 401 77
                                    

Hayo siapa yang minta double up?!

Harus VOTE dulu sebelum baca!

Once again, happy haesoo day🤍

🏠🏠🏠

Hae In berdiri di depan cermin besar sambil merapikan penampilannya. Pagi ini ia masih berada di rumah keluarga Kim, dan untungnya ia selalu membawa baju cadangan di mobil, jadi ia tidak perlu bingung jika ada hal mendesak seperti saat ini.

Setelah memastikan penampilannya rapi, Hae In bergegas keluar kamar dan turun untuk bergabung di meja makan dengan para keluarga Kim. Jisoo sendiri sudah menghilang sejak Hae In membuka matanya tadi, wanita itu sepertinya benar-benar serius sedang marah.

Para keluarga Kim sudah berkumpul di meja makan, tidak terkecuali Jisoo. Hae In menyapa ayah mertuanya sebelum duduk di samping Jisoo yang masih enggan melihatnya. "Makanlah yang banyak, Menantu Jung. Kau butuh banyak energi untuk bekerja," ujar Jihoon sambil memberikan lauk di atas nasi Hae In. "Jisoo, kau juga," Jihoon memberi lauk di atas nasi Jisoo. "Dan kau juga, Jiyong-ah."

Jihoon menatap anak dan menantunya secara bergantian. "Rasanya sudah lama kita tidak berkumpul bersama seperti ini," ujar Jihoon. "Aku benar-benar bersyukur memiliki anak dan menantu seperti kalian," Jihoon kembali berujar dengan tulus. "Tapi rasanya masih belum lengkap karena belum ada cucuku di sini."

Jisoo hampir tersedak mendengar ucapan ayahnya. "Ayah!" protes Jisoo. "Bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali jika kami masih ingin menikmati waktu berdua bersama?"

"Aku tahu.. aku tahu.." sahut Jihoon yang tidak senang mendengar lengkingan anak perempuannya. "Tapi bukan itu saja, karena rasanya juga belum lengkap karena menantuku kurang satu."

"Oh no, here we go again." gumam Jiyong kemudian memakan nasinya dan pura-pura tidak mendengar kalimat sang ayah.

"Ayah, bukankah anak Paman Bae itu sudah kembali dari Jerman?" Jihoon membenarkan pertanyaan Jisoo. "Siapa namanya?" Jisoo mencoba mengingat-ingat nama anak dari salah satu teman ayahnya itu. "Ah! Bae Joohyun!"

"Kalian cukup dekat dulu."

Jisoo membenarkan. "Bagaimana jika ayah menjodohkan Jiyong-oppa dengannya saja?" usulan Jisoo membuat Jiyong tersedak, namun Jisoo tidak mempedulikannya. "Joohyun-eonnie adalah wanita yang cantik, dia juga dokter yang pintar, aku dengar dia sekarang bahkan sudah menjadi dokter saraf. Bukankah dia akan serasi jika bersanding dengan Jiyong-oppa?"

"Ya! Kim Jisoo! Apa yang kau bicarakan?" Jiyong menatap Jisoo tajam. "Daripada mengurus pasanganku, bukankah sebaiknya kau memikirkan bagaimana cara memberi ayah cucu?"

"Ayah, aku rasa Joohyun-eonnie adalah kandidat calon istri yang pas bagi Jiyong-oppa." ujar Jisoo tanpa mempedulikan rancauan Jiyong.

"Aku akan membicarakan hal ini pada Bae Do Hyun."

Jisoo tersenyum puas sebelum menjulurkan lidahnya pada Jiyong yang menatapnya tajam. Hae In yang melihat dua saudara sedang bertengkar itu tersenyum kecil. Diam-diam ia merasa iri dengan kedekatan Jiyong dan Jisoo itu, ia iri dengan mereka karena ia tidak memiliki saudara kandung. Sejak kecil ia bermain sendiri dan melakukan apa saja sendiri, ia tidak pernah merasakan bertengkar dengan saudaranya. Ia juga hanya bisa bermain dengan sepupunya, Jung Yoo Jin dan Lee Jong Suk ketika liburan sekolah. Jika diingat-ingat lagi, hidup Hae In memang kurang menyenangkan.

Selesai sarapan, Hae In memilih menunggu Jisoo yang sedang bersiap di halaman belakang rumah sambil menikmati udara segar serta pemandangan kota di pagi hari. Rumah keluarga Kim memang berada di area perbukitan, jadi tidak heran jika area rumah memiliki udara segar dan pemandangan yang indah.

Home [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang