7. Sakit

3.2K 426 140
                                    

Akhirnya aku update!

Jangan lupa kasih bintang lima🤍

Selamat membaca~

🏠🏠🏠

Hari ini Jisoo begitu bersemangat karena besok ia akan pergi bersama teman-temannya, berlibur sejenak ke pulau yang memiliki pemandangan indah di negaranya, Jeju. Jisoo bahkan tidak berangkat kerja demi mengemas barang-barangnya.

Ia tidak sabar berlibur dengan teman-temannya.

"Astaga, kau sudah di dapur saja?"

Suara Shin Hye terdengar sebal, membuat Jisoo terkikik geli. "Aku tidak membawa banyak baju," jawab Jisoo. "Apa kau belum selesai juga?"

"Dia baru selesai mengemas pakaiannya satu jam sebelum berangkat besok," jawab Hee Jin. "Kau tahu dia adalah orang yang paling tidak praktis di dunia ini."

"Jika dia bisa, dia akan membawa seisi rumahnya." Hye Yoon menambahi.

"Ya! Berhenti merundungku!" seru Shin Hye tifak terima. "Aku tidak seburuk itu."

Jisoo tidak bisa menahan tawa ketika mendengar ocehan teman-temannya. Sekarang ini mereka memang sedang melakukan panggilan video untuk memastikan satu sama lain bahwa barang-barang yang mereka bawa tidak ada yang tertinggal.

Suara tanda pintu terbuka membuat Jisoo segera mengambil ponselnya. "Suamiku sudah datang," ujar Jisoo pada teman-temannya. "Sampai jumpa besok."

Jisoo memutus sambungan teleponnya tepat saat Hae In menampakkan dirinya. "Aku pulang." ujar pria itu yang nampak lesu.

Jisoo mengerutkan keningnya. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Jisoo.

"Aku hanya lelah," jawab Hae In. "Sudah sejak lama aku tidak melakukan latihan fisik dengan yang lain, maksudku tidak seberat biasanya, dan hari ini kami melakukan yang lebih berat."

Jisoo menghela napas pelan. "Aku memasak sup iga, mandi lah dan segera makan sebelum beristirahat."

Hae In hanya mengangguk dan mengikuti instruksi Jisoo dengan patuh. Tak membutuhkan waktu lama, Hae In kembali ke dapur dengan menggunakan kaos putih polos dengan celana hitam, nampak lebih segar dari sebelumnya.

Jisoo bergegas menghidangkan makanannya di meja makan ketika Hae In sudah duduk. "Makan lah, supku terkenal ampuh menyembuhkan rasa lelah," ujar Jisoo kemudian duduk di seberang Hae In. "Kau sudah membuktikannya sendiri."

"Tidak ada yang bisa menandingi masakan istriku," jawab Hae In sambil menyuap kuah supnya. "Aku merasa energiku kembali terisi penuh."

"Yah, mau bagaimana lagi? Aku memang hebat dalam memasak."

Hae In tertawa kecil. "Tapi apa kau tahu jika aku sakit hati melihatmu bersinar cerah ketika ingin meninggalkanku?"

"Aku?" Hae In mengangguk. "Bersinar apa? Aku merasa biasa saja."

"Kau tidak pandai berbohong, itu kelemahanmu," sahut Hae In sambil kembali menyuap makannya. "Semua orang yang melihatmu saat ini juga tahu kalau kau begitu senang pergi meninggalkanku."

"Sudah lama aku tidak berlibur dengan mereka," jawab Jisoo. "Apa aku tidak boleh bersenang-senang dengan teman-temanku sebentar saja?"

Kini giliran Hae In yang menghela napas pelan. "Sejujurnya aku tidak mau kau pergi," jawab Hae In dengan jujur. "Tapi aku juga tidak mau membiarkanmu seperti terpenjara di rumah ini. Meski kau istriku, tapi kau tetap individu yang memiliki kebebasan, aku tidak mau mengambil itu."

Jisoo tersenyum manis. "Sepertinya aku harus rajin ke gereja untuk bersyukur karena memilikimu sebagai suamiku."

"Aku anggap itu sebagai pujian."

Home [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang