Kata orang, rumah tidak selalu berwujud bangunan beratap, tapi juga bisa berbentuk tubuh tempat bersandar. Apakah hal itu juga berlaku pada setiap 'rumah'?
In Sub membenarkan. "Divisimu sudah lama tidak menjalani pelatihan, sebagai kepala, tentu kau tidak bisa meninggalkan anak buahmu sendiri," jelas In Sub. "Just two weeks, you won't get hurt."
"Karena dua minggu, itu masalahnya."
In Sub memutar mata jengah. "Jisoo tidak akan diambil orang selama dua minggu kau berada di camp pelatihan."
"Ya! Jaga mulutmu!" Hae In menatap In Sub galak. "Selain durasi yang cukup lama, pelatihan ini cukup mendadak. Anggotaku belum siap."
"Jangan berlebihan, kita sudah pernah menjalani yang lebih berat dan lagipula kita memang dilatih untuk siap di waktu kapanpun dalam keadaan apapun," sahut In Sub. "Kau juga tidak sendiri, divisiku dan Chung Ya akan ikut pelatihan ini," In Sub beranjak berdiri. "Sebaiknya segera beri tahu anggotamu agar mereka bersiap mulai dari sekarang."
Hae In menghela napas pelan setelah In Sub pergi. Sebelumnya Hae In akan dengan senang hati membawa anggotanya melakukan pelatihan karena tentu saja latihan itu dapat mengembangkan mereka, namun sejak menikah rasanya berat sekali pergi latihan bersama karena 'bagaimana dengan Jisoo?' selalu berada di otaknya. Padahal tidak ada yang terjadi selama dia pergi meninggalkan Jisoo sendiri.
Suara notifikasi pesan terdengar ketika Hae In sibuk dengan pikirannya, ia bergegas membuka pesan yang ternyata dari istrinya itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hae In mengerutkan keningnya ketika membaca pesan dari Jisoo, tanpa berpikir dua kali ia bergegas menelepon wanita itu. "Di mana kau sekarang?" tanya Hae In tanpa berniat menyapa setelah telepon tersambung.
"Aku sudah di jalan. Kenapa?"
"Bukankah teman-temanmu sedang berada di Jeju?" Jisoo yang ada di seberang sana membenarkan. "Lalu kau pergi jalan-jalan sendiri?"
"Aku pergi dengan Seung Chul," Hae In menghela napas. "Tenang saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Aku hanya pergi ke pusat perbelanjaan."
Hae In memijat pelipisnya pelan ketika mendengar jawaban Jisoo yang terdengar begitu santai. "Selalu nyalakan GPSmu agar aku bisa memantau keberadaanmu."
"I'm twenty-seven years old, Sir."
"I don't care, just do what I said."
"Aish, I fucking hate you!"
"I love you too."
Sambungan telepon terputus, Hae In kembali menghela napas pelan sebelum beranjak keluar ruangan untuk memberi tahu anggotanya tentang latihan bersama yang akan diadakan minggu depan. Setelah memberi informasi pada rekan-rekannya, Hae In memilih membuat kopi di pantry. Ia butuh kafein untuk menyegarkan pikirannya.