1. Bayi?

4.2K 403 22
                                    

CERITA INI HANYA FIKSI

🏠🏠🏠

Jisoo terbangun dari tidurnya ketika suara alarm berdering begitu kencang memekakan telinga. Ia menggeram tertahan karena tidur nyenyaknya terganggu, namun mau tidak mau ia tetap bangun. Jisoo menatap beker digital di nakas dan mendapati waktu saat ini sudah pukul enam pagi.

Jisoo melihat sisi ranjang di sebelahnya, kosong. Tidak ada orang di sana, namun terdapat sebuah sticky note di atas bantal. Ia kemudian duduk secara perlahan dan mengambil sticky note itu.

Jogging di sekitar kompleks, kembali pukul 7.

Setelah nyawanya sudah terkumpul, Jisoo bergegas turun dari ranjang. Ia meremas dan membuang sticky note itu ke tong sampah sebelum masuk kamar mandi untuk sekadar menyegarkan muka.

Seperti pagi-pagi biasanya, Jisoo akan mengawali hari dengan menyiapkan baju kerja, membuat sarapan sederhana, dan membuat bekal untuk suaminya. Di luar mungkin Jisoo terlihat sebagai business woman yang tidak pandai mengurus rumah karena rasanya tangan Jisoo terlalu cantik untuk melakukan itu, namun pada kenyataannya Jisoo bahkan sangat handal dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.

Sejak ditinggal sang ibu dan hidup dengan sang ayah serta kakak laki-lakinya, Jisoo kecil perlahan tumbuh menjadi wanita dewasa yang mandiri. Meski di rumahnya memiliki pelayan, namun ia tetap mau melakukan pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah hingga mencuci bajunya sendiri. Dan seperti didewasakan keadaan,Jisoo pun jarang merengek atau bersikap manja walau diperlakukan seperti ratu oleh ayah dan kakaknya.

Karena bagi Jisoo diperlakukan seperti ratu akan percuma jika tidak ada sang ibu di sisinya.

Dering telepon menginterupsi Jisoo yang sedang sibuk memasak, ia pun bergegas mengambil ponsel yang ia letakkan di mini bar dapur. "Halo?" sapa Jisoo setelah telepon dari ibu mertuanya tersambung.

"Eo, Jisoo-ya, apa kau sedang sibuk?"

"Tidak, aku hanya sedang membuat sarapan, Ibu," jawab Jisoo sambil mengaduk sup yang hampir mendidih. "Apa ada yang bisa aku bantu?"

"Tidak, tidak. Aku hanya ingin mengundangmu dan Hae In makan malam di rumah malam ini."

Jisoo mengerutkan keningnya, mereka baru saja makan malam bersama tiga hari yang lalu. Hari ini mereka akan makan malam bersama lagi?

"Yoo Jin dan suaminya akan datang berkunjung, bukankah lebih baik jika kalian juga menemui mereka?" jelas Sora—ibu Hae In. "Apa kalian bisa datang malam ini?"

Jisoo berpikir sejenak. "Aku senggang malam ini, sepertinya Hae In-oppa juga begitu," jawab Jisoo. "Apa aku perlu membawa sesuatu?"

"Tidak perlu, kalian bisa datang saja ibu sudah sangat senang," hati Jisoo menghangat mendengar Sora yang berujar dengan tulus itu. "Sampai jumpa nanti malam, ibu menyayangimu."

"Eo, aku juga menyayangi ibu."

Sambungan telepon terputus tepat saat suara pintu rumah terbuka kemudian tertutup kembali. Jisoo tidak perlu memeriksa siapa yang datang karena sudah pasti suaminya, ia memilih menyusun masakannya yang sudah matang di sebuah tempat makan untuk bekal suaminya.

"Aku pulang," ujar Hae In kemudian masuk ke dapur untuk mengambil minum. "Apa bekalku hari ini?" tanya Hae In sambil mengintip di balik punggung Jisoo.

"Sesuatu yang kau suka," jawab Jisoo. "Ngomong-ngomong, ibu mengundang kita makan malam."

"Lagi?"

Jisoo membenarkan. "Yoo Jin-eonnie dan suaminya datang berkunjung, jadi ibu meminta kita datang agar bisa menemui mereka juga."

Home [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang