Update lagiii!!!
Selamat membaca🤍
🏠🏠🏠
Hae In seperti sudah benar-benar kehilangan akal sehatnya ketika tidak menemukan Jisoo di semua tempat yang mungkin Jisoo kunjungi. Ia sudah hampir tidak waras dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke manor keluarga Kim, meski ia tidak tahu bagaimana nyawanya nanti setelah ini.
"Selamat datang, Tuan Muda."
Seorang pelayan menyambut kedatangan Hae In dengan sopan. "Apa Jisoo ada di sini?" tanya Hae In tanpa membelas sambutan dari pelayan itu.
"Untuk apa kau mencarinya?" rahang Hae In mengeras ketika menyadari siapa yang menjawab pertanyaannya. "Apa kau mau melukainya lagi?"
"Bukankah kau sudah tahu fakta yang sebenarnya?" kini Hae In yang bertanya. "Aku tidak pernah berniat untuk menyakitinya. Jadi, di mana dia sekarang?"
Jiyong—orang itu tersenyum sarkas. "Bukankah aku pernah mengatakan jika kau melukai bahkan hanya seujung kuku jarinya, maka aku tidak akan membiarkanmu hidup?" tanya Jiyong, ia menghela napas pelan. "Dan aku sadar, untuk membuatmu mati tidak perlu mengotori tanganku dengan darah. Bukankah dengan menjauhkan Jisoo darimu saja sudah lebih dari cukup?"
"Bajingan!" Hae In menghampiri Jiyong dan menarik kerah kemejanya dengan penuh amarah. "Apa kau lupa jika Jisoo sudah menjadi istriku?! Kau tidak memiliki hak atas dia!"
Jiyong tersenyum miring. "Apa kau lupa jika sebelum itu dia adalah adikku?" Jiyong menatap Hae In remeh. "Apa kau tahu jika sebenarnya kau bahkan tidak pernah pantas untuknya?"
"Berengsek!"
"Apa yang kalian lakukan?!" sebuah seruan membuat Hae In mengurungkan niatnya untuk memukul Jiyong, ia menghempaskan Jiyong dengan kasar dan menatap Jihoon—orang yang berseru tadi. "Sebaiknya kau segera pergi menemui Gwangtae, Jiyong," ujar Jihoon, ia kemudian menatap anak menantunya. "Dan kau, ikut aku."
Hae In bergegas mengikuti ayah mertuanya yang pergi menuju ruangan yang Hae In kenal sebagai ruang kerja Jihoon. "Duduk lah," ujar Jihoon setelah duduk di single sofa yang ada di ruangannya, sementara Hae In duduk di sofa panjang. "Bagaimana kabarmu? Kau nampak...buruk."
"Sejak Jisoo pergi, aku tidak pernah baik-baik saja," jawab Hae In tidak mengelak. "Apa Jisoo mungkin menceritakan padamu atau Jiyong tentang sesuatu seperti di mana dia sekarang?"
Jihoon menghela napas pelan. "Sudah sejak lama aku tidak mendengar cerita anak perempuanku selain cerita tentang pekerjaan dan rencana-rencana yang ia susun," jawab Jihoon. "Aku rasa dia juga tidak menceritakan apapun pada Jiyong."
"Sejak Jiyong menghajar teman laki-laki yang selalu mengganggu Jisoo ketika sekolah dasar, anak perempuanku itu hampir tidak pernah menceritakan permasalahan dengan teman-temannya," imbuh Jihoon. "Begitu juga setelah dia menikah, dia tidak pernah menceritakan apapun tentang kalian. Kami hanya tahu kalian bahagia bersama, ya meski terkadang Jisoo masih pulang ke sini ketika sedang merajuk, tapi dia hanya pulang, tidak pernah menceritakan apapun."
Jihoon kembali menghela napas pelan. "Kami tahu permasalahanmu kemarin setelah diberi tahu oleh komite, Jisoo bahkan masih menutupi permasalahanmu agar Jiyong tidak segera menghajarmu," ujar Jihoon. "Ya, meski Jiyong tetaplah Jiyong yang akan melindungi adiknya apapun yang terjadi."
Otak Hae In berputar cepat. "Apa mungkin Jisoo pergi karena Jiyong yang memintanya?"
"Kau sudah tahu jawabannya," jawab Jihoon. "Kau tahu sendiri bagaimana Jiyong menyembunyikan Jisoo ketika dia putus dari si bajingan Jinyoung beberapa tahun yang lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Home [Complete]
FanfictionKata orang, rumah tidak selalu berwujud bangunan beratap, tapi juga bisa berbentuk tubuh tempat bersandar. Apakah hal itu juga berlaku pada setiap 'rumah'?