6. Dewi

3.1K 399 74
                                    

Udah siap baca?

Kasih bintang lima dulu!

Selamat membaca🤍

🏠🏠🏠

"Kau belum pulang?"

Hae In menatap In Sub yang sedang berdiri di ambang pintu ruangannya. "Sebentar lagi aku pulang," jawab Hae In, ia menatap jam tangannya. "Kau sudah mau pulang?"

"Aku dan beberapa anggota di lantai lima akan pergi minum untuk menyambut kedatangan Kapten Kang, kau mau ikut?"

"Aku tidak bisa ikut," jawab Hae In. "Aku mau langsung pulang karena istriku di rumah sendiri."

In Sub menatap Hae In tidak percaya. "Bukankah Jisoo selalu di rumah sendiri jika kau bekerja?"

Hae In memilih tidak menjawab, membuat In Sub menghela napas berat dan segera keluar ruangan. "Bagaimana, Hyung?" tanya Minkyu yang memang sudah menunggu In Sub bertanya pada Hae In.

In Sub menggeleng. "Dia tidak ikut, istrinya di rumah sendiri."

"Alasan macam apa itu?!" seru Minkyu tidak percaya. "Jisoo selalu di rumah sendiri jika Hae In-hyung belum pulang kerja," Minkyu menghela napas pelan. "Sudah lama dia tidak ikut kita minum. Bukankah terakhir kali saat dia mau menikah?"

"Sudah lah, lima tahun lagi sikapnya juga akan berubah," jawab In Sub. "Lebih baik kita pergi sekarang."

In Sub bergegas pergi, disusul Minkyu dan Chung Ya yang sejak tadi hanya diam. Sementara itu Hae In bergegas menyelesaikan pekerjaannya agar bisa segera pulang.

Pekerjaan Hae In akhirnya selesai pada pukul sebelas malam. Hae In memang selalu memilih menyelesaikan pekerjaannya di kantor daripada membawanya pulang ke rumah, karena baginya rumah dan kantor adalah tempat yang berbeda.

Bagi Hae In, rumah adalah tempat ia pulang dan beristirahat. Jadi, ia tidak akan membawa pulang pekerjaan ke rumah, sebanyak apapun pekerjaannya.

Sesampainya di rumah, Hae In mendapati rumah dalam keadaan sepi dan lampu rumah pun begitu temaram. Jisoo mungkin sudah tidur, pikirnya. Lagi pula ini sudah hampir tengah malam, sedangkan Jisoo bukan orang yang begadang jika tidak diperlukan.

Hae In bergegas naik ke lantai tiga di mana kamar mereka berada. Ia membuka pintu secara perlahan, bermaksud agar tidak mengganggu tidur istrinya, namun saat masuk kamar yang ia dapati hanya kamar kosong. Hae In meletakkan tas kerjanya di meja sebelum keluar kamar dan mencari Jisoo di studio kerja wanita itu, dan benar saja ia menemukan Jisoo di sana.

Wanita itu sedang tertidur di sofa luas yang memang tersedia, dengan beberapa pensil dan kertas sketsa bertebaran di karpet. Hae In mendekati wanita itu dengan perlahan dan mengambil pensil serta kertas-kertas itu sebelum meletakannya di meja, ia juga mengubah posisi Jisoo dan memberi selimut agar wanita itu tidur lebih nyaman.

Hae In duduk di karpet, tepat di samping sofa dan mengamati Jisoo yang sedang terlelap. Tanpa Jisoo tahu, selama ini ia memang senang mengamati wanita itu ketika sedang tertidur. Hal itu karena menurut Hae In, Jisoo yang sedang tertidur terlihat begitu berbeda, lebih tenang dan menggemaskan. Meski tidak tidur pun istrinya tetap menggenaskan sampai-sampai Hae In terkadang ingin menerkam Jisoo karena tidak berhenti mengomel dan keras kepala.

Yah, meski begitu, Hae In tetap bersyukur karena Jisoo yang menjadi istrinya. Sekarang ini ia bahkan tidak bisa membayangkan jika orang lain yang menjadi istrinya, karena wanita lain itu sudah pasti tidak akan bisa mengimbangi dirinya.

Tangan Hae In perlahan terulur untuk merapikan anak rambut Jisoo. Hae In tersenyum kecil. Ia masih tidak menyangka jika wanita yang dulu sempat tidak mau ia nikahi dan tidak mau menikahinya itu, sekarang menjadi alasan paling kuat untuknya pulang ke rumah. Menjadi wanita yang sanggup menaklukkan singa di dalam dirinya. Juga, menjadi wanita yang bisa membangkitkan anak kecil yang ada di dalam dirinya.

Home [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang