14. Berbeda

2.6K 432 168
                                    

AKHIRNYA AKU UPDATE!

Selamat membaca~

🏠🏠🏠

Hari-hari Hae In berjalan buruk sekali tanpa kehadiran Jisoo. Ia banyak murung dan diam, ia juga tidak banyak bersosialisasi dengan teman-temannya. Hae In bahkan tidak lagi tertawa lepas.

Ia kehilangan cahayanya.

Semua orang yang melihat Hae In saat ini pasti akan tahu jika ia sedang tidak baik-baik saja karena ia memang sudah seperti orang yang hidup hanya karena ia masih bernyawa tapi tidak memiliki jiwa.

Hae In meneguk kaleng bir yang entah sudah ke-berapa. Ia memijat pelipisnya pelan dan kembali menatap layar komputer untuk kembali bekerja. Selain jadi bersahabat dengan bir, sejak Jisoo pergi, Hae In juga menjadi tergila-gila bekerja. Ia bahkan sering pulang dini hari dan berangkat pagi-pagi sekali.

"Astaga, Jung Hae In, apa kau berniat mabuk di siang hari?" seseorang yang baru masuk ke ruangannya membuat Hae In menatapnya, namun Hae In hanya menatapnya sebentar sebelum kembali pada layar monitornya. "Kau terlihat sangat-sangat tidak baik-baik saja."

"Aku sedang tidak ingin berbicara pada siapapun," jawab Hae In dingin. "So, get the fuck off!"

"Aku datang dengan damai," ujar In Sub—orang itu. "Aku hanya merasa sudah lama tidak bertemu denganmu," In Sub duduk di sofa sambil mengambil rokok dan mematik korek apinya. "Aku lelah mendengar pertanyaan dari orang-orang tentang kondisimu."

"Maka jangan dengarkan."

In Sub memutar mata jengah sebelum menyesap rokoknya. "Masalahmu dengan Chung Ya sudah selesai, dia juga sudah di pindah ke batalion lain. Jadi, apa yang membuatmu semurung ini?" tanya In Sub sambil kembali menyesap rokoknya.

Hae In menghela napas pelan. Ia meletakkan bolpoin yang ia pegang di meja sebelum beranjak berdiri dan duduk di sofa seberang In Sub. Ia mengambil satu rokok milik In Sub sebelum membakar rokok itu dan menyesapnya.

Hae In merasa jika ia akan menjadi tidak waras jika menyimpan kegundahannya sendiri. Dan harus Hae In akui, meski terkadang menyebalkan, namun In Sub selalu bisa memberi solusi yang baik.

"Wah, sudah lebih dari satu tahun aku tidak melihatmu merokok," ujar In Sub terkesima. "Sepertinya masalahmu benar-benar berat," komentar In Sub sambil membuang abu rokoknya di asbak. "Apa kau menyesal melepaskan Kang Chung Ya?"

Hae In menatap In Sub tajam. "Aku bahkan sudah tidak pantas untuk terus membuatnya mengikutiku, tidak, aku bahkan sudah tidak pantas membuatnya melihat wajahku."

"Menurutku kau sudah melakukan hal yang benar," jawab In Sub. "Dia memang seharusnya menjauh darimu karena sekarang kau sudah menikah."

Hae In terdiam. "Tapi sepertinya dia sudah sangat membencimu. Saat persidangan terakhir, dia benar-benar tidak ingin melihatmu dan membuat semua berjalan cepat sekali. Sebenarnya apa yang kau katakan padanya?"

"Sesuatu yang membuatnya sakit hati," jawab Hae In sambil mengepulkan asap rokoknya. "Aku mengatakan semuanya."

In Sub menatap Hae In tidak percaya. "Maksudmu kau mengatakan jika pada awalnya kau menjadikan dia pelarianmu dari Jisoo?" Hae In tidak menjawab, namun In Sub sudah tahu jawabannya. "Apa kau juga mengatakan jika seiring berjalannya waktu kau benar-benar mencintainya dengan tulus?"

"Apa itu perlu?" Hae In sambil mematikan rokoknya yang sudah habis di asbak. "Jika aku mengatakannya, bukankah itu hanya akan membuatnya terus berharap padaku?"

"Tapi kau membuatnya membencimu, di saat kau bahkan berkali-kali hampir mati karena dia," sahut In Sub tidak percaya. "Wah, kau benar-benar sudah gila."

Home [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang