13. Kehilangan

3K 444 222
                                    

HOME DATENG LAGI!

Siap-siap, atur napas dulu.

Selamat membaca~

🏠🏠🏠

Teriknya sinar matahari menyambut kehadiran Jisoo yang baru saja turun dari mobil. Ia menghela napas pelan dan menatap pamdangan sekitar yang begitu hijau namun sepi. Kini sudah hampir satu minggu ia jauh dari Hae In, rasanya begitu berat tentu saja, namun Jisoo berusaha untuk tidak mempedulikan perasaannya.

"Jisoo-ya."

Jisoo menatap seseorang yang memanggil namanya, ia tersenyum lebar dan bergegas menghampiri orang itu, Jihoon—ayahnya. "Bagaimana dengan liburan ayah dua hari ini? Apa ayah menikmati pemandian air panasnya?" tanya Jisoo setelah memeluk ayahnya.

"Anak-anakku sibuk bekerja dan membuatku pergi sendiri, jadi rasanya tidak menyenangkan." jawab Jihoon murung.

Jisoo tertawa kecil mendengar jawaban sang ayah. "Harusnya ayah bangga karena anak-anak ayah rajin bekerja," ujar Jisoo. "Lagipula ayah tidak benar-benar sendiri, ada Paman Lee yang menemani ayah."

"Aku memang bangga, tapi aku juga sedih karena lebih sering pergi bersama Junhyeok daripada dengan anak-anakku," jawab Jihoon yang membuat Jisoo terbahak. "Ah, di mana anak nakal itu? Kenapa belum sampai juga?"

Baru saja Jihoon menyelesaikan kalimatnya, sebuah mobil SUV berwarna hitam mengkilat berhenti di parkiran yang tidak jauh dari mobil Jihoon dan Jisoo terparkir. Tak lama si penumpang Rolls-Royce Cullinan itu turun, pria itu nampak gagah dengan triple suit hitam yang ia kenakan dengan seikat bunga di tangannya.

Jisoo heran. Jiyong memiliki paras yang tampan, kekayaannya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, ia juga bisa memperlakukan wanita dengan baik, tapi kenapa senang sekali sendiri?

"Kau terlambat lima menit." komentar Jihoon yang membuat Jiyong memutar mata jengah.

"Aku harus menyiapkan versi terbaikku untuk hari ini," jawab Jiyong sambil merapikan jasnya. "Lagi pula aku baru pulang dari Amerika subuh tadi."

"Sudahlah, sebaiknya kita bergegas sebelum hari semakin siang."

Tanpa membantah, Jisoo, Jiyong, dan Junhyeok—sekretaris Jihoon, segera mengikuti Jihoon yang berjalan lebih dulu. "Kau nampak tampan," ujar Jisoo yang membuat Jiyong semakin membusungkan dadanya. "Tapi kau tidak punya kekasih. Aku jadi bertanya-tanya, apa mungkin kau tidak menyukai wanita?"

Jiyong menatap Jisoo dan menghela napas pelan. "Sudah lah, aku tidak mau berdebat denganmu di hari yang baik ini."

Jiyong dan Jisoo menatap Jihoon heran ketika laki-laki itu tiba-tiba menghentikan langkahnya. Tak lama mereka menyadari apa yang membuat Jihoon menghentikan langkahnya. Tanpa Jisoo maupun Jihoon sadari, Jiyong sudah melangkah maju dan menghampiri seorang laki-laki yang sedang duduk di depan pusara ibunya sebelum menarik laki-laki itu dan memukul pipi kirinya, membuat Jisoo berteriak histeris melihat aksi kakaknya.

"Bajingan!" seru Jiyong sebelum kembali memukul laki-laki itu. Tidak hanya sekali, tapi ia terus menerus menghajar laki-laki yang bahkan tidak melakukan perlawanan itu. "Apa kau pikir, kau berhak menampakkan wajahmu di sini?!" teriak Jiyong sambil kembali memukul pria itu.

Jisoo berteriak histeris meminta Jiyong yang sudah seperti kesetanan segera menghentikan aksinya. "Oppa! Apa kau berniat membunuhnya?!" teriak Jisoo panik.

"Apa kau pikir dia pantas hidup?!" teriak Jiyong sambil mencengkeram erat kerah kemeja laki-laki itu. "Seharusnya dia mati saja ketika dia melakukan percobaan bunuh diri bersama selingkuhannya."

Home [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang