426 45 14
                                    

Jeongin menatap wajah Hyunjin yang tersenyum cerah. Tidak dengannya wajah Jeongin cukup lesu, kantong matanya cukup hitam dan badan lemas. Juga bibir yang terluka berkat pukulan dari seniornya.

"Kak. Berhenti disini aja. Aku mau pulang."

"Uh tapi-" Hyunjin menengok kursi sebelahnya. Jeongin menatap lurus kosong jalanan. Melihat keadaan lelaki tersayangnya, Hyunjin menepikan mobilnya.

Jeongin bahkan tidak berkutik saat Hyunjin mengelus kepalanya. Hyunjin cukup menyesali perbuatannya dulu. Lihatlah akibat dari perbuatannya, sekarang Jeongin seperti raga tanpa nyawa.

Merasa sangat bersalah. Hyunjin mengikis jarak diantara keduanya. Memeluk erat tubuh Jeongin hingga terasa hangat dikedua tubuhnya.

Jeongin masih enggan menatap lelaki yang memeluknya. Bahkan untuk merespon pelukkannya aja, Jeongin enggan. Ia takut, takut akan tersakiti lagi.

Mata Jeongin tiba-tiba bergerak menatap tubuh Hyunjin yang bergetar. Hyunjin menangis sangat deras di pelukkannya.

"Maaf Jeongin... maaf... kakak gak akan maksa kamu buat ikut. Tapi kakak mau kamu kembali berteman dengan Seungmin. Kakak yakin, kamu pasti rindu kan ?"

"Kakak tau. Kamu belum memaafkan kakak sama Seungmin. Kakak gak masalah, kalo kamu gak maafkan kakak. Tapi maafkan Seungmin, kalian sangat dekat dan sangat ngerti satu sama lain."

"Kamu rindu kan sama Seungmin ?"

Jeongin tak kuasa menahan air matanya mengulur tangannya agar melingkar di badan Hyunjin. Rasanya Jeongin ingin teriak kuat-kuat.

"Kakak sama Seungmin tidak ada hubungan lagi. Hubungan kami hanya sekadar saudara tanpa ikatan darah."

Jeongin mengeratkan pelukkannya.

"Karna hubungan yang seharusnya itu hubungan kita. Aku ingin kamu Jeongin, tolong beri kakak kesempatan. Aku cinta kamu Jeongin."

Jeongin menyenderkan kepalanya di bahu Hyunjin. Menangis hingga dadanya sesak. Hyunjin yang mendengarnya ikut terisak dan kembali menangis.

Mereka masih dalam posisinya. Berpelukkan dan keduanya masih menangis.

"Jeongin..." panggil Hyunjin lembut.

"Mungkin ini pertemuan terakhir kita. Izini kakak antar kamu pulang ya. Biar hati kakak tenang."

Jeongin yang awalnya menutup matanya langsung membuka matanya lebar-lebar terkejut mendengar perkataan Hyunjin.

Menarik kepalanya dan perlahan melepas pelukkan. Dilihatnya Hyunjin bermata sembab dan hidung memerah. Lagi.. Jeongin berderai air mata.

Tangannya bergerak menghapus sisa air mata di pipi Hyunjin.

"Apa kakak bakalan nyakitin aku lagi kalo aku kasih kesempatan ?"

Hyunjin menggeleng cepat.

"Aku masih gak percaya."

Bahu Hyunjin merosot.

"Gimana kalo aku kasih kesempatan lagi ? Dengan janji kalo itu terjadi lagi. Jangan berharap buat kesempatan lagi."

Hyunjin mengambil tangan Jeongin yang berada pipinya. Menarik pelan dan mengenggam tangan Jeongin.

"Jeongin...?"

"Hem... aku kasih kesempatan terakhir buat kak Hyunjin."

Hyunjin melebarkan matanya. Bibirnya mengukir senyum lebar.

"Kakak gak bakalan sia-siakan kesempatan ini. Aku sayang kamu YANG JEONGIN !!" Hyunjin tiba-tiba berteriak. Membuat Jeongin menutup kedua telinganya dan tertawa.

SoledadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang