391 38 5
                                    

Sesibuknya Seungmin menyiapkan pernikahan. Dia masih sempat membagi waktu untuk para pasiennya. Seungmin dan Jeongin sangat di kenal sebagai dokter bertangan super. Bukan hanya pandai menyembuhkan, dokter muda ini sangat ramah dan sopan.

Walaupun prakteknya sering di ganti sama Jeongin. Dirinya tidak merasa khawatir, Jeongin lebih pintar berdiagnosa daripadanya.

"Masih banyak berkas yang masih harus di lengkapi..." rengek Seungmin sekembalinya dari luar. Setelahnya Seungmin meletakkan dagunya di atas mejanya. Peluhnya sangat banyak di dahi, diluar cuaca sangat cerah. Secerah hati Seungmin yang bahagia akan pernikahannya.

"Jangan banyak gerak biar gak nambah panas. Pendinginnya udah aku atur paling rendah ni." Jeongin meletakkan remot pendingin di lacinya.

Ruangannya kini cukup nyaman. Pendingin sudah di ganti, tidak rasa kipas angin lagi. Terus gorden di ganti dengan warna ungu lembut juga karena mereka telaten, ruangan selalu tertata rapi. Dinding sudah di cat lagi, tidak terkelupas lagi dan plafon yang sudah di ganti dengan yang baru.

"Kamu enak ya Jeongin... masih dua bulan lagi nikahnya. Ini aku minggu depan...hiks... tau gini aku minta waktu empat bulan lagi. Apa aku minta tambah lagi aja ya ?" Rengek Seungmin lebih kencang.

"Aiishh kak Seungmin...Padahal ini udah kasih waktu lima bulan loh. Masa mau nambah lagi ? Apa mau aku ngelangkahi kak Seungmin ?"

"Iya sih..." kini Seungmin melipat kedua tangannya sebagai bantalan kepala.

"Kak Chan mana ya ? Katanya tadi mau jemput buat ngajak makan." Seungmin sibuk dengan ponselnya.

Jeongin hanya menggeleng melihat tingkah seniornya. Sebenarnya Jeongin juga disuruh cepat-cepat buat nikah. Tapi dirinya menolak secara halus, ia ingin Seungmin naik duluan.

Dan juga kalo dirinya berdekatan tanggal nikah dengan Seungmin. Akan payah buat ambil cuti. Jadi setelah Seungmin kembali abis masa cutinya, disitulah Jeongin akan sibuk menyiapkan segalanya.

Mereka bergantian harus saling mengerti tentunya.

"Tumben gak aktif nomornya ?" Seungmin bingung melihat tanda centang satu tanda tidak terkirimnya pesan.

"Lagi rapat mungkin." Jawab Jeongin sambil membaca buku.

"Iya.. mungkin." Seungmin kembali meletakkan ponselnya di meja. Berjalan ke kamar mandi. Belum Seungmin masuk kamar mandi. Ada suara ketukkan dari pintu masuk.

Tok !!

Tok !!

"Dok !! Ada pasien kecelakaan." Itu perawat yang sering membantu Jeongin.

"Yaampun baru mau ke kamar mandi." Seungmin bergerak mengambil jas identitasnya.

Jeongin pun sudah berlari duluan.

Sesampainya di IGD. Seungmin menunggu kedatangan pasien di pintu masuk IGD. Jeongin membaca laporan yang masuk dari petugas Ambulance. Terlihat mobil ambulance berbelok masuk ke dalam halaman Puskesmas.

Seketika mata Jeongin membulat. Nafasnya menderu berat. Di palingkan kepalanya ke arah mobil ambulance yang baru tiba.

Seungmin tepat di depan pintu belakang. Sesaat pintu terbuka. Seungmin tak kuasa melihat siapa yang terbaring lemah penuh darah di seluruh badannya. Mulut Seungmin terbuka lebar dan sambil gemetaran Seungmin perlahan menutupi mulut dengan tangannya.

Air matanya mengalir tanpa permisi.

"Kak.....Chan...." Seungmin bahkan tidak mampu berteriak. Seluruh tubuhnya kaku dan sulit di gerakkan.

SoledadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang